Meskipun mendapat serangan penembakan yang melukai satu anggotanya, Tim Gabungan Pencari Fakta Intan Jaya, Papua, yang dibentuk pemerintah, tetap berkomitmen selesaikan tugasnya ungkap kematian empat warga Papua.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tim Gabungan Pencari Fakta Intan Jaya, Papua, diserang dalam perjalanan dari kampung Hitadipa ke kampung Mamba, Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Jumat (9/10/2020) sore. Dua orang terluka yaitu sosiolog Universitas Gadjah Mada Bambang Purwoko dan seorang anggota TNI.
Wakil Ketua Investigasi Lapangan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya Sugeng Purnomo di Papua, Jumat mengatakan, tim investigasi lapangan diserang saat perjalanan pulang dari kampung Hitadipa ke kampung Mamba, Sugapa, Intan Jaya.
Saat itu, tim baru saja selesai menemui sejumlah tokoh untuk menginvestigasi kekerasan dan penembakan yang terjadi di Intan Jaya pada September lalu. Sekitar pukul 15.40 WIT, atau sekitar 4-5 kilometer mendekati Sugapa, rombongan tiba-tiba diserang dari sisi kiri dan kanan. Kedua korban saat ini dirawat di puskesmas Sugapa. Adapun, anggota tim investigasi lain yang ikut dalam investigasi, juga masih berada di Kabupaten Intan Jaya.
“Pak Bambang Purwoko adalah dosen yang sudah berpengalaman meneliti Papua dan Papua Barat, beliau terkena peluru di bagian kaki. Sedangkan seorang anggota TNI terkena peluru di bagian perut. Besok, akan diupayakan untuk evakuasi perawatan ke Timika,” kata Sugeng.
“Pak Bambang Purwoko adalah dosen yang sudah berpengalaman meneliti Papua dan Papua Barat, beliau terkena peluru di bagian kaki. Sedangkan seorang anggota TNI terkena peluru di bagian perut. Besok, akan diupayakan untuk evakuasi perawatan ke Timika”
Sugeng menambahkan, atas kejadian tersebut tim akan melakukan evaluasi tentang langkah-langkah yang sudah dilakukan di Papua. Tim I adalah tim investigasi lapangan yang bertugas mencari fakta dan kebenaran di lokasi kejadian. Sedangkan tim II, berada di Jayapura, Papua, untuk mengadakan pertemuan dan dialog dengan pemangku kepentingan. Pasca kejadian itu, tim II tetap akan menyelesaikan kegiatan untuk menggali fakta dari pejabat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat Papua. Adapun untuk tugas dari tim I di Intan Jaya, masih belum diketahui apakah fakta dan keterangan yang dikumpulkan sudah cukup.
“Kami akan berkomunikasi kembali dengan tim I untuk menentukan apakah tim masih perlu melanjutkan investigasi di sana atau tidak,” kata Sugeng.
Terkait dengan pelaku penembakan, Sugeng mengatakan kuat dugaan bahwa pelakunya adalah kelompok kriminal bersenjata (KKB). Sebab, tim menuju lapangan didampingi oleh aparat TNI dan Polri. Meskipun demikian, Sugeng tidak menjelaskan apakah polisi sudah memeriksa dan mengantongi jenis peluru yang digunakan untuk menyerang anggota TGPF.
“Kalau mereka bekerja untuk ungkap fakta dan kebenaran, dikawal oleh aparat tetapi diserang? Siapa yang melakukan penyerangan? Saya yakin kalian tahu dan saya pastikan ini dilakukan oleh KKB,” ujar Sugeng.
Tetap berkomitmen tuntaskan tugas
Sugeng juga mengatakan bahwa tim I dan II tetap berkomitmen untuk menuntaskan tugas dalam kurun waktu dua minggu. Apabila waktu kurang, akan ditambah satu minggu lagi untuk perpanjangan. Namun, saat ini, yang dilakukan adalah berfokus untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi tim ke tempat yang lebih aman.
Sementara itu, anggota Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Ronald Tapilatu mengatakan, saat ini, kondisi anggota tim yang selamat masih shock dengan penyerangan tersebut. Seorang anggota TNI juga dikabarkan terluka cukup parah di bagian pinggang karena menghalangi mobil saat diserang peluru dari sisi kiri, kanan, dan depan. TGPF sendiri sudah berada di Papua sejak Rabu (7/10/2020) lalu. Setibanya di Papua, mereka langsung bekerja melakukan investigasi empat kasus kekerasan dan penembakan di Papua.
"Sejak kejadian penembakan sipil dan militer di Hitadipa, situasi keamanan memang masih rawan. Bahkan, warga sempat diminta untuk mengungsi oleh aparat TNI. Namun, karena melaksanakan tugas negara, tim tetap bergerak ke lokasi untuk investigasi lapangan. Apalagi, mereka hanya diberi waktu dua minggu untuk melaporkan"
Ronald menambahkan, sejak kejadian penembakan sipil dan militer di Hitadipa, situasi keamanan memang masih rawan. Bahkan, warga sempat diminta untuk mengungsi oleh aparat TNI. Namun, karena melaksanakan tugas negara, tim tetap bergerak ke lokasi untuk investigasi lapangan. Apalagi, mereka hanya diberi waktu dua minggu untuk melaporkan investigasi ke Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD.
Sebelumnya, pemerintah membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk mengusut kasus kekerasan dan penembakan di Kabupaten Intan Jaya, Papua. TGPF diberi waktu dua minggu untuk menginvestigasi kejadian tersebut. Tim bertugas untuk mencari kebenaran dan fakta kekerasan dan penembakan warga sipil, seorang pendeta, dan dua anggota TNI tewas di Kabupaten Intan Jaya, Papua dalam kurun waktu 16-20 September.
Korban tewas itu adalah warga sipil bernama Badawi, dua anggota TNI Serka Sahlan dan Pratu Dwi Akbar, serta pendeta Yeremias Zanambani. Terjadi saling tuding terkait pelaku penembakan. Pihak kelompok kriminal bersenjata (KKB) menuding TNI sebagai pelakunya. Sementara itu, TNI menuding KBB sebagai pelakunya.