JAKARTA, KOMPAS — Sentimen primordial berbasis suku, agama, kedaerahan, dan etnis kembali muncul meskipun masa kampanye baru dimulai pada 15 Februari. Politik identitas akan berbahaya jika disalahgunakan.
Badan Pengawas Pemilu telah menerima laporan penyebaran spanduk-spanduk bermuatan agama terkait pemilihan gubernur dan wakil gubernur Kalimantan Barat. Unggahan terkait pilkada di beberapa daerah yang menggunakan sentimen kedaerahan dan agama mulai muncul di media sosial.
Saat ditemui di Jakarta, Selasa (13/2), pengamat politik dari Universitas Paramadina, Zainul Ma’arif, mengatakan, politik identitas dapat dilihat sebagai aspirasi suatu kelompok untuk kehidupan bersama.
”Politik identitas tidak bermasalah jika dapat berkontribusi untuk kehidupan bersama agar lebih baik,” ujar Zainul.
Menurut dia, politik identitas akan berbahaya jika sentimen primordial dikerucutkan untuk menjatuhkan kelompok lain.
Zainul menegaskan, setiap kelompok seharusnya dapat memberikan hal baik untuk kehidupan bersama, bukan untuk saling menjatuhkan. ”Berpolitik itu untuk kebaikan bersama,” ujarnya.
Zainul mengatakan, ketika mengedepankan kepentingan bersama, indentitas tersebut akan hilang. (DD08)