Survei Kompas : Tahun 2022 Jadi Momentum Partai Melumasi Mesin Politik
Survei ”Kompas” Januari merekam pergeseran elektabilitas kelompok partai politik pada kluster tiga besar. Partai Demokrat mencuat masuk urutan ketiga besar dengan elektabilitas mencapai 10,7 persen, menggeser Golkar.
Oleh
YOHAN WAHYU
·6 menit baca
Tahun ini akan menjadi babak awal bagi partai politik untuk menyiapkan strategi pemenangan menuju Pemilihan Umum 2024. Tingkat keterpilihan di awal tahun ini akan menjadi acuan bagi kerja-kerja partai, khususnya pada dua tahun ke depan menjelang pemungutan suara.
Derajat keterpilihan partai politik seperti yang direkam dari hasil survei periodik Kompas pada Januari ini menyimpulkan, hampir semua partai politik memiliki tambahan insentif elektoral dibandingkan dengan survei sebelumnya pada Oktober 2021. Komposisi partai politik pun secara umum tidak jauh berubah. Partai-partai politik yang saat ini memiliki kursi di DPR karena lolos ambang batas parlemen di Pemilu 2019 berpeluang bertahan di Pemilu 2024.
Potensi itu bisa dilihat dari tren elektabilitas yang direkam survei Kompas. Pada survei terakhir Januari tahun ini terjadi pergeseran elektabilitas di kelompok partai politik pada kluster tiga besar. Selama ini kluster tiga besar didominasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), dan Partai Golkar. Namun, di survei Januari ini, Partai Demokrat mencuat masuk dalam kluster ini dengan elektabilitas mencapai 10,7 persen. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan elektabilitasnya di survei Oktober tahun lalu.
Penambahan elektabilitas juga dialami hampir semua partai politik. PDI-P dan Gerindra yang masih berada di peringkat pertama dan kedua pada kluster tiga besar juga mengalami peningkatan elektabilitas. Tingkat keterpilihan PDI-P pada survei kali ini mencapai 22,8 persen atau meningkat 3,7 poin dibandingkan dengan survei sebelumnya. Hal yang sama juga dialami Partai Gerindra dengan elektabilitas 13,9 persen. Angka ini meningkat 5,1 persen dibandingkan dengan survei Oktober tahun lalu.
Sementara itu, Partai Golkar, meskipun tergeser dari kluster tiga besar, elektabilitasnya meningkat di survei ini. Tingkat keterpilihan Partai Golkar berada di angka 8,6 persen atau naik 1,3 poin dibandingkan dengan survei sebelumnya. Kenaikan elektabilitas Partai Demokrat yang kemudian menggeser Partai Golkar di kluster tiga besar disinyalir tidak lepas dari konsolidasi Partai Demokrat pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono setelah diguncang konflik hukum. Agus gencar melakukan konsolidasi setelah adanya konflik dengan Partai Demokrat kubu Moeldoko.
Namun, jika kita lihat tren survei periodik Kompas, posisi Partai Golkar di kluster tiga besar juga pernah tergeser oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yakni di periode survei Januari 2021. Artinya, kluster tiga besar ini jika diilustrasikan ada dua partai politik yang posisinya relatif sudah mapan, yakni PDI-P dan Partai Gerindra. Di sisi lain, ada tiga partai politik yang berpeluang besar berebut masuk dalam kluster ini, yakni Partai Golkar yang selama ini lebih sering masuk kluster tiga besar dan dua partai papan menengah yang berpeluang naik kluster, yakni Partai Demokrat dan PKB.
Kluster menengah
Partai Demokrat dan PKB sejauh ini kerap masuk dalam partai kluster menengah, yakni partai-partai dengan elektabilitas kurang dari 10 persen. Kluster menengah ini juga dimaknai sebagai partai-partai politik yang mengalami dinamika pergeseran antarpartai terkait tingkat keterpilihannya. Dinamika itu tampak dari posisi antarpartai yang saling berubah antarsurvei.
Selama ini kluster tiga besar didominasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), dan Partai Golkar. Namun, di survei Januari ini, Partai Demokrat mencuat masuk dalam kluster ini dengan elektabilitas mencapai 10,7 persen. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan elektabilitasnya di survei Oktober tahun lalu.
Di survei Januari ini, Demokrat masuk kluster tiga besar, sedangkan Golkar masuk kluster menengah atas. Kluster menengah atas terdiri dari partai-partai yang meraih elektabilitas dengan tetap berpeluang lolos ambang batas tanpa memasukkan angka margin error. Selain Golkar, partai-partai menengah atas kali ini juga PKB dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Sementara itu, di kluster menengah bawah dimaknai sebagai partai-partai dengan elektabilitas yang masih berada di bawah ambang batas parlemen. Partai-partai ini tetap berpeluang lolos ambang batas parlemen jika memasukkan angka margin error dalam tingkat keterpilihannya. Mereka adalah Partai Nasdem yang meraih 3,5 persen, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan 2,8 persen, dan Partai Amanat Nasional (PAN) dengan elektabilitas mencapai 2,5 persen.
Jika mengacu kluster tiga besar dan kluster menengah (baik atas maupun bawah), sembilan partai yang saat ini memiliki kursi di DPR berpeluang besar mempertahankan posisi di Pemilu 2024. Namun, jika dihitung mundur kurang dari dua tahun dari hari pemungutan suara pemilu, peluang distribusi perpindahan pilihan pemilih masih relatif terbuka.
Loyalitas pemilih
Potensi perpindahan pilihan pemilih terhadap partai ini tetap terbuka lebar meskipun tidak besar. Setiap partai memiliki pemilih loyal dengan derajat yang berbeda. Hal ini tampak dari hasil survei periodik Kompas, di mana pemilih setiap partai cenderung loyal dengan pilihan mereka kepada partai. Partai-partai yang memiliki karakter ideologi yang kuat cenderung memiliki loyalitas pemilih lebih tinggi dibandingkan dengan partai-partai yang selama ini cenderung tidak kuat secara ideologis.
Partai-partai seperti PDI-P, PKB, dan PKS masuk dalam kategori partai yang kuat loyalitas pemilihnya, angkanya di atas 70 persen. Loyalitas ini diukur dari konsistensi pilihan pemilih di Pemilu 2019 dengan pilihan mereka jika pemilu dilakukan saat survei digelar. PDI-P selama ini dikenal dengan partai yang kuat ideologinya sebagai partai nasionalis dan marhaen warisan pemikiran Bung Karno. PKB adalah partai politik yang berbasis kuat di warga Nahdlatul Ulama yang selama ini merupakan representasi terbesar dari kekuatan Islam tradisional di Indonesia. Sementara PKS dikenal sebagai partai yang berbasis pemilih Islam modernis perkotaan, dibangun dan mengakar pada kelompok-kelompok dakwah yang besar di wilayah urban.
Loyalitas pemilih dari ketiga partai ini relatif kuat. Sebanyak 71,3 persen responden yang mengaku pemilih PDI-P di 2019 akan tetap memilih partai ini jika pemilu digelar saat survei. Hal yang sama juga terekam dari responden pemilih PKB dan PKS. Sebanyak 78,4 persen pemilih PKB akan tetap menjatuhkan pilihan ke partai ini di pemilu nanti. Demikian juga dengan pemilih PKS, sebanyak 75 persen pemilihnya akan tetap menjatuhkan pilihan politik ke partai ini.
Meskipun demikian, senada dengan partai politik lain yang memiliki loyalitas pemilih di bawah 70 persen, baik PDI-P, PKB, maupun PKS juga berpeluang kehilangan pemilih. Pemilih antarpartai juga saling ”bertukar pilihan”. Pemilih PDI-P, misalnya, sebagian juga akan berlari ke Gerindra, PKB, dan Demokrat. Bahkan, kurang dari 2 persen akan beralih ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI), partai pendatang baru di Pemilu 2019 yang selama ini dinilai banyak pihak beririsan dengan pemilih PDI-P.
Distribusi perpindahan pemilih juga dialami partai lainnya, terutama dari kelompok pemilih mengambang atau swing voters dari setiap partai. Semua partai pada akhirnya akan fokus untuk mempertahankan strong voters mereka sebagai bagian dari pemilih loyalnya. Di satu sisi, semua partai juga akan berharap mendapat limpahan tambahan dukungan dari pemilih mengambang dari setiap partai dan pemilih yang belum menentukan pilihan politiknya.
Hasil survei merekam, setidaknya ada 17,6 persen kelompok responden yang masuk dalam pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters). Tahun ini tahapan pendaftaran partai politik akan dimulai. Tentu tahapan ini menjadi peluang bagi partai untuk menyosialisasikan diri sekaligus menjadi momentum bagi partai untuk melumasi mesin politiknya. Kurang dari dua tahun waktu tersisa, semoga mesin politik yang dilumasi akan panas dan siap berjibaku mendulang dukungan di pemilu nanti.