Keras Kepalakah Saya?
Anggaplah semua orang setara dan perlahan kurangi sifat keras kepala Anda.
Terkadang kita semua bisa menjadi keras kepala. Bertahan pada pendirian sebenarnya dapat merupakan hal yang baik, tetapi jika kita tidak pernah mau berkompromi atau mundur dan tidak ingin berubah, hal ini dapat menyebabkan konflik interpersonal dan menghambat pertumbuhan pribadi.
Keras kepala adalah sifat psikologis yang ditandai oleh tekad yang tegas atau tidak fleksibel untuk mematuhi ide, keyakinan, atau keputusan sendiri, sering kali ketika menghadapi bukti atau argumen rasional yang bertentangan. Sifat ini dapat mempunyai implikasi positif dan negatif, tergantung pada konteks di mana sifat tersebut ditunjukkan (www.psychology-lexicon.com, diakses 29 Februari 2024).
Keras kepala didefinisikan sebagai ciri kepribadian di mana seseorang menolak untuk mengubah pikiran dan keputusannya, apa pun situasinya. Orang yang keras kepala sangat menolak perubahan. Setiap kali orang lain mencoba mengubah keyakinan atau sikapnya, mereka menolaknya (www.psychologs.com, diakses 29 Februari 2024).
Baca juga: Reparenting 1
Memang setiap orang adalah campuran unik dari kualitas yang berbeda, bagi sebagian orang sifat keras kepala adalah salah satu ciri mereka.
Dari kedua sumber di atas, diuraikan keras kepala dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti keyakinan pribadi (politik atau agama yang kuat dan menolak untuk mempertimbangkan sudut pandang alternatif), relasi dengan pasangan, pengasuhan orangtua yang memaksakan metode disiplin yang ketat meskipun tidak efektif), tempat kerja (berkukuh menolak perubahan dalam organisasi), maupun kesehatan (mengabaikan pengobatan medis atau tidak bergaya hidup sehat).
Umumnya, seseorang yang menunjukkan ciri keras kepala disebabkan oleh adanya keinginan akan otonomi dan kemandirian; keinginan untuk mengontrol pihak lain; atau memiliki ketakutan/kecemasan terhadap perubahan, ingin tetap berada dalam zona nyaman yang memberikan rasa aman dan stabilitas pada mereka. Selain itu, ada pula yang mengalami ketakutan akan kegagalan menerima pandangan baru. Penyebab lain adalah karena adanya pola pikir perfeksionisme yang membuat dirinya menolak segala sesuatu yang menurut dia tidak sempurna. Ketika ekspektasi tersebut tidak terpenuhi, muncullah keraguan pada diri sendiri dan perasaan tidak mampu.
Cara menanggulangi
Alice Boyes (2021), seorang psikolog, menyampaikan lima hal untuk diidentifikasi ketika sifat keras kepala tidak menguntungkan Anda dan ingin menghentikannya.
Pertama, identifikasi siapa yang ingin Anda dengarkan. Mungkin mentor yang Anda kagumi. Kedua, identifikasi kapan Anda bersedia mendengarkan. Tulis waktu yang sesuai bagi Anda. Ketiga, identifikasi bagaimana sifat keras kepala terasa melindungi diri. Hal ini dapat dilakukan dengan merenungkan penyebab berupa perasaan yang mendasari sikap keras kepala Anda.
Anda tidak bisa mengharapkan orang lain selalu sependapat dengan Anda.
Keempat, identifikasi kapan sikap keras kepala Anda berada pada titik terburuknya. Misalnya, terasa paling parah ketika pasangan tiba-tiba menyela pembicaraan Anda untuk menyampaikan keluhan, memberikan saran, atau mengajukan permintaan.
Kelima, identifikasi kapan sifat keras kepala Anda menyabotase diri sendiri. Keras kepala terkadang menimbulkan konsekuensi besar. Misalnya, ketika pasangan romantis Anda menjadi sangat frustrasi sehingga ingin pergi meninggalkan Anda atau ketika membuat rekan kerja yang pandai menolak bekerja sama dengan Anda.
Dengan mengidentifikasi hal-hal tersebut, Anda lebih mudah menyadari dan mewaspadai bagaimana mulai menghentikan sikap keras kepala.
Langkah praktis
Selain itu, Rebecca Kason (2024), seorang psikolog klinis, dalam suatu tulisan bersama, menyarankan pendekatan praktis melalui beberapa langkah.
Langkah pertama, dengarkan sisi lain dari informasi tersebut. Anda mungkin setuju dengan beberapa hal yang Anda dengar, tetapi tidak setuju dengan yang lain. Hal ini memberi kesempatan untuk mendengar hal-hal yang mungkin belum pernah Anda dengar sebelumnya serta meningkatkan peluang Anda untuk mencapai kesepakatan.
Ketika kedua belah pihak saling mendengarkan, segalanya akan lebih mudah bagi semua orang. Jika Anda memikirkan semua alasan untuk mengatakan ”tidak” ketika orang lain berbicara, Anda tidak mendengarkan secara aktif. Usahakan untuk berhenti berbicara sejenak dan fokus pada lawan bicara. Pertahankan kontak mata yang baik dan tidak menyela pembicaraan orang lain. Ini akan membantu Anda tetap fokus dan menunjukkan ketertarikan untuk mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.
Langkah kedua, ingatkan diri bahwa Anda tidak selalu benar. Saat mendengarkan seseorang berbicara, Anda mungkin berpikir semua yang dia katakan salah karena Anda tahu ”cara yang benar”.
Ada perbedaan antara fakta dan opini. Pendapat Anda bukanlah satu-satunya hal yang penting dan belum tentu semua pengetahuan Anda benar. Anda harus menerima bahwa Anda mempelajari sesuatu yang baru setiap hari meskipun itu sesuatu yang Anda pikir sudah diketahui. Anda berhak berpendapat, tetapi Anda tidak bisa mengharapkan orang lain selalu sependapat dengan Anda. Setiap orang juga berhak atas pendapatnya.
Tidak ada seorang pun yang menyukai orang yang tahu segalanya. Jika ingin menjaga hubungan dengan keluarga, teman, dan bisnis, Anda harus mempertimbangkan pandangan Anda.
Baca juga: Lebih Jauh tentang ”Overthinking”
Langkah ketiga, bangun kepercayaan pada orang lain. Sikap keras kepala Anda mungkin disebabkan oleh ketidakpercayaan terhadap orang lain.
Ada cara untuk membangun kemampuan Anda memercayai orang lain. Mulailah dengan langkah kecil yang mengarah ke langkah yang lebih besar. Misalnya, jika Anda merasa seseorang tidak mampu bertanggung jawab, izinkan dia mengambilkan pesanan surat Anda. Ini adalah aktivitas yang berisiko rendah, tetapi tetap memungkinkan Anda membangun kepercayaan.
Setelah orang tersebut menunjukkan bahwa dia dapat diandalkan, Anda dapat mengizinkannya melakukan tugas yang lebih penting dan seterusnya. Meski seseorang lupa melakukan sesuatu untuk Anda, bukan berarti dia tidak bisa dipercaya. Beri dia kesempatan kedua untuk mendapatkan kepercayaan Anda.
Langkah keempat, tetap berpikiran terbuka. Ikuti diskusi dan situasi apa pun dengan pola pikir terbuka dan netral, tanpa prasangka atau penilaian. Lakukan pendekatan dengan sikap bahwa Anda bersedia mendengarkan apa yang dikatakan seseorang sehingga Anda dapat mengambil keputusan yang adil dan penuh pertimbangan. Fokus pada perasaan positif yang menghasilkan hal yang baik dan biarkan hal ini memotivasi Anda melalui situasi tersebut.
Langkah kelima, bersikap rendah hati. Tidak apa-apa untuk percaya diri dan memiliki harga diri, tetapi melakukannya secara berlebihan dapat membuat Anda terlihat keras kepala dan berpikiran tertutup, apalagi sombong dan egois.
Baca juga: Berbagi Berlebihan
Untuk menjadi rendah hati, Anda perlu menghadapi setiap situasi dari sudut pandang bahwa Anda bersyukur atas apa yang dimiliki. Anggaplah semua orang setara. Hargai apa yang Anda miliki dan orang-orang dalam hidup Anda. Jika Anda selalu mengingat hal ini, sifat keras kepala Anda secara perlahan akan berkurang.
Selamat melatih diri menjadi manusia yang lebih baik.
Agustine Dwiputri, Psikolog; Dosen PTT di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia