Dalam suatu relasi, saling berbagi pembicaraan dan mengungkapkan diri merupakan hal baik yang mempererat hubungan. Namun bila terjadi keterbukaan yang berlebihan tentunya dapat berdampak negatif.
Oleh
AGUSTINE DWIPUTRI
·5 menit baca
Deauna Roane (2023), penulis artikel di berbagai majalah mengatakan bahwa di dunia yang sangat terhubung saat ini, dorongan untuk berbagi pemikiran, pengalaman dan emosi telah tertanam kuat dalam diri kita. Platform media sosial menawarkan saluran menarik tempat kita dapat mengekspresikan diri, mencari validasi dan terhubung dengan orang lain dalam skala global.
Berbagi berlebihan mengacu pada tindakan mengungkapkan informasi pribadi dalam jumlah sangat banyak, seringkali melebihi batas yang dianggap pantas atau perlu. Hal ini terjadi ketika individu berbagi rincian intim tentang kehidupan, pemikiran atau pengalaman mereka tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang potensial.
Berbagi berlebihan terjadi dalam beberapa cara dan konteks yang berbeda. Hal ini dapat terjadi di platform media sosial, dalam percakapan antarpribadi maupun lingkungan profesional. Hal ini mengaburkan batas antara publik dan privat, sehingga seringkali menimbulkan dampak negatif seperti rusaknya hubungan, terganggunya privasi dan potensi kerugian terhadap reputasi seseorang.
Hubungan yang sehat memerlukan berbagi diri dengan orang lain, namun juga memerlukan batasan tingkat kedekatan yang nyaman.
Penulis konten Krista Brown (https://www.scienceofpeople.com/stop-oversharing/ diakses 5 September 2023) menambahkan bahwa seringkali apa yang dikatakan menjadi berlebihan ketika Anda tidak memiliki hubungan yang cukup mendalam dengan seseorang, atau Anda membuka diri di tempat yang tidak nyaman atau tidak aman. Artinya, berbagi secara berlebihan biasanya tidak ada hubungannya dengan apa yang dikatakan, melainkan lebih berkaitan dengan kapan, mengapa dan kepada siapa Anda mengatakannya.
Dalam bukunya “Daring Greatly” (2019), Brenè Brown mengibaratkan berbagi berlebihan seperti lampu sorot, merupakan sesuatu yang berlebihan dan membuat pendengarnya berkedip dalam cahaya yang sangat terang. Jika Anda berbagi secara berlebihan melalui media sosial, dapat merusak reputasi Anda dan merugikan peluang profesional. Banyak perekrut pekerjaan akan memeriksa akun media sosial calon karyawan dalam proses evaluasinya. Jika terlalu banyak berbagi, akun media sosial Anda mungkin mengungkapkan hal-hal negatif tentang Anda yang tadinya tidak diketahui oleh pewawancara.
Deauna Roane, Krista Brown dan Amy Morin (2016, psikoterapis dan penulis) memberikan berbagai alasannya, yang kurang lebih sama. Penyebab yang paling umum adalah adanya keinginan untuk validasi, mendapat simpati, kebutuhan pelepasan emosi, budaya dalam media sosial, kurangnya batasan personal, kecemasan sosial, mencoba mempercepat relasi, merasakan rasa kedekatan yang palsu dan menghindari kecanggungan. Berikut beberapa penjelasannya.
Rasa kedekatan yang palsu
Ada alasan mengapa penata rambut mendengarkan detail kehidupan kliennya secara mendalam. Saat seseorang menyentuh Anda, memotong rambut atau mengecat kuku kaki, hal ini menciptakan rasa keintiman yang palsu. Anda mungkin bahkan tidak mengetahui nama orang tersebut, tetapi orang tersebut berada dalam ruang pribadi dan menyentuh Anda. Bagi banyak orang, sentuhan fisik tersebut memberi mereka "izin" untuk mulai berbicara seolah-olah mereka sedang berkomunikasi dengan teman dekat atau pasangan.
Mempercepat relasi
Saat bertemu orang baru, mungkin asisten kantor atau teman kencan, ada sedikit ketegangan saat Anda mulai menegosiasikan hubungan tersebut. Anda harus mencari petunjuk untuk mengetahui apakah dia menyukai Anda atau tertarik untuk mengenal lebih dekat. Banyak orang menganggap fase awal ini memicu kecemasan. Dalam upaya untuk melewati periode "mari kita saling mengenal", mereka mengungkapkan masalah personalnya di awal pertemuan. Mereka berharap dengan berbagi detil pribadi akan segera membawa hubungan ke tingkat selanjutnya.
Batasan yang buruk
Orang yang terlalu banyak berbagi terkadang tidak memiliki batasan pribadi. Mereka tidak tahu bahwa tidak pantas memberi tahu rekan kerja tentang masalah relasi dengan pasangan hidup atau mengungkapkan masalah keuangan mereka kepada orang baru. Orang yang tidak memiliki batasan terkadang tidak memiliki hubungan yang dekat dengan siapapun. Akibatnya, dia sering kekurangan orang terpercaya yang tertarik untuk mendengarkan masalah pribadinya.
Upaya Mengatasi
Dari berbagai cara yang ada, saya menganggap penting mengupayakan adanya batasan pribadi dalam mengatasi gejala berbagi berlebihan ini. Andrea Brandt (2019) seorang terapis pernikahan dan keluarga menjelaskan bahwa batasan adalah garis tak kasat mata yang menggambarkan identitas diri kita. Kita membatasi bagian-bagian diri kita yang ingin kita bagikan kepada orang lain dan apa yang ingin kita rahasiakan. Batasan kita bergantung pada hubungan kita. Apa yang membuat kita merasa nyaman untuk berbagi dengan pasangan kita berbeda dengan apa yang kita merasa nyaman untuk berbagi dengan orangtua kita. Bagaimana menetapkan batasan tersebut?
Pertama, putuskan apa batasan Anda. Disarankan untuk membuat daftar. Ambil selembar kertas dan gambar tiga garis vertikal untuk membentuk empat kolom. Kolom pertama diberi judul “Orang Penting”, kolom kedua “Keluarga”, kolom ketiga “Teman”, dan kolom keempat “Kenalan/Orang Baru”. Sekarang, tuliskan topik yang tidak nyaman Anda diskusikan dengan orang-orang dalam empat kategori ini. Misalnya, Anda mungkin menempatkan “kehidupan seks” di bawah hal-hal yang tidak nyaman Anda bicarakan dengan keluarga dan orang baru, atau “trauma masa kecil” di keempat kategori tersebut. Tidak apa-apa jika masalah tertentu tak masuk dalam semua kategori. Begitu mengetahui batasan Anda, akan lebih mudah untuk mempertahankannya.
Kedua, bicarakan batasan Anda dengan orang yang Anda harap akan menghormatinya. Jika ayah Anda terus-menerus mencampuri hubungan romantis Anda, katakan padanya dengan jelas bahwa Anda tidak nyaman mendiskusikannya. Jika sahabat Anda bergosip tentang teman-teman yang lain di belakang mereka dan hal itu membuat Anda tidak nyaman, beri tahu dia. Ingat, orang tidak bisa membaca pikiran Anda. Kecuali Anda jelas mengenai batasan Anda, orang lain akan terus melanggar batasan Anda tanpa menyadarinya.
Ketiga, lakukan perubahan di media sosial agar sesuai dengan tingkat kenyamanan Anda dalam berbagi. Anda mungkin mengira hanya teman terdekat dan keluarga yang melihat foto anak Anda, namun jika profil Anda bersifat publik atau tidak memiliki batasan audiens, ratusan, mungkin ribuan orang dapat melihatnya. Jika Anda tidak suka mengungkapkan kehidupan Anda kepada orang asing, jadikan akun Anda pribadi dan tetapkan batasan siapa saja yang dapat melihat postingan Anda.
Memiliki batasan tidak akan membuat Anda tegang. Merasa tidak nyaman saat seseorang berbagi berlebihan bukan berarti Anda menjadi orang yang tidak peduli. Setiap orang mempunyai batasan. Mengakui, menetapkan, dan melindungi milik Anda adalah semacam perawatan diri. Ketika orang lain mengenali dan tidak mencoba untuk melanggarnya, itu adalah tanda rasa hormat. Hubungan yang sehat memerlukan berbagi diri dengan orang lain, namun juga memerlukan batasan tingkat kedekatan yang nyaman.