Bagi banyak orang, kekacauan fisik dan situasi berantakan di sekitar dapat memengaruhi kesehatan mentalnya. Mari kita simak bagaimana hal itu dapat terjadi.
Oleh
AGUSTINE DWIPUTRI
·5 menit baca
Kristen Fuller (2022), seorang dokter dan penulis kesehatan mental, menjelaskan bahwa kondisi kekacauan/berantakan mengacu pada barang-barang yang berserakan secara tidak teratur. Umumnya, ada kumpulan berbagai barang yang ditumpuk seseorang di rumahnya, tidak perlu digunakan, tetapi tetap disimpan. Sebagai contoh, pakaian, kursi, peralatan dapur, ataupun peralatan elektronik yang sudah tidak dipakai lagi.
Bisa jadi Anda sampai kekurangan akses ke ruang tertentu di rumah, seperti tidak dapat membuka pintu ke gudang atau melewati garasi. Anda jadi enggan kedatangan tamu karena keadaan rumah yang berantakan. Kekacauan bahkan bisa bersifat digital, mungkin karena tidak pernah membersihkan kotak masuk e-mail atau mengatur dokumen di laptop. Hanya dengan melihat jumlah berkas (file) di komputer sudah membuat Anda kewalahan.
Dampak negatif
Diane Roberts Stoler (2023), seorang neuropsikolog sekaligus psikolog kesehatan, menjelaskan, beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara disorganisasi, kekacauan fisik, dan kondisi kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, dan stres. Lingkungan yang berantakan dapat menyebabkan frustrasi, ketidakberdayaan, dan perasaan kewalahan.
Kekacauan yang berlebihan sering menyebabkan perasaan malu, putus asa, dan bersalah. Perasaan bisa berputar sehingga sulit menemukan motivasi untuk mengatasi kekacauan. Jika seseorang sudah menderita depresi, rumah yang berantakan dapat memperburuk depresi tersebut. Ini menjadi suatu siklus, semakin Anda tertekan, semakin sulit untuk membersihkan dan menatanya.
Mark Travers (2023), seorang psikolog, menulis bahwa kekacauan yang dikombinasikan dengan rasa tidak memiliki kendali atasnya dapat membuat kita mengambil keputusan yang buruk. Sebuah studi tahun 2016 mengeksplorasi bagaimana pola pikir kita di sekitar dapur yang kacau menyebabkan beberapa orang membuat pilihan makanan yang buruk. Secara khusus, penelitian ini menemukan bahwa ketika orang merasa tidak memiliki kendali atas kekacauan dan berantakan di dapurnya, mereka makan lebih banyak kue secara tidak sehat.
Saat kita melihat kekacauan, otak kita mencoba mengidentifikasi informasi yang paling relevan yang akan membantu mencapai tujuan langsung kita. Informasi ini disebut ”perangkat perhatian”. Ketika tujuan kita berubah, otak kita perlu menekan set perhatian lama dan mengalihkan fokus ke set perhatian baru, yang menghabiskan kekuatan otak.
Dalam studi ini, para peneliti meneliti bagaimana otak partisipan bereaksi ketika mereka melihat gambar dari obyek yang berbeda. Ditemukan bahwa ketika orang mencari jenis obyek tertentu (target), otak mereka lebih memperhatikan jenis obyek itu dan kurang memperhatikan jenis obyek lain (pengalih perhatian) yang dulunya penting menjadi tidak lagi.
Dengan membereskan, tanpa disangka Anda sering menemukan barang-barang yang terlupakan.
Semakin banyak bidang pandang Anda dipenuhi dengan obyek yang tidak ada hubungannya dengan tujuan Anda, semakin keras otak harus bekerja untuk menjauhkan tiap-tiap obyek dari rangkaian perhatian. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, rasa malas, dan menjadi kurang produktif.
Di sisi lain, jika lingkungan rapi atau minimalis, otak Anda terfokus pada lebih sedikit hal untuk disaring, memungkinkannya mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk tugas yang ada. Membersihkan rumah atau lingkungan bukan hanya proses fisik, melainkan juga mental.
Mengurangi kekacauan meminimalkan gangguan memungkinkan otak Anda berkonsentrasi pada tugas-tugas yang lebih penting. Tindakan mengatur ruangan juga dapat memberikan rasa kontrol dan keteraturan, yang dapat meredakan perasaan stres dan meningkatkan rasa sejahtera.
Manfaat merapikan
Jauh sebelumnya, Alice Boyes (2018) telah menguraikan beberapa kegunaan dari membersihkan lingkungan fisik (decluttering).
1. Mengembangkan rasa percaya diri dan rasa kompeten
Merapikan dapat memanfaatkan keterampilan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Agar semuanya sesuai, Anda perlu membuat keputusan yang cukup cepat tentang apakah akan menyimpan atau membuang barang dan di mana harus meletakkannya. Melakukan hal ini dapat membantu Anda merasa percaya diri dengan keterampilan pengambilan keputusan.
Ini berkaitan dengan poin pertama. Saat membuat serangkaian keputusan cepat (dan karena itu memecahkan serangkaian masalah), Anda menempatkan diri dalam mode menyelesaikan sesuatu. Ketika melakukan ini, kemungkinan besar Anda akan menemukan bahwa Anda merasa cukup berenergi untuk mulai menandai hal-hal lain dari daftar tugas Anda.
3. Mengurangi kecemasan
Mengembangkan preferensi untuk keteraturan dan simetri dapat memberikan keuntungan evolusioner di lingkungan keluarga dan leluhur. Ketika segala sesuatu terasa tidak teratur, hal itu dapat (tetapi tidak selalu demikian) membuat kita merasa terpencar dan cemas. Menciptakan keteraturan menghilangkan kecemasan itu. Kita dapat mengamati hal ini paling jelas pada orang dengan gangguan obsesif-kompulsif. Dengan perilaku membersihkan, mengatur, atau menghitung sesuatu, membuat penderita merasa (meski untuk sementara) lebih tenang.
4. Mengurangi ketegangan relasi dan keluarga
Kekacauan dapat membuat keluarga mengalami stres. Anda mungkin berdebat tentang kondisi yang berantakan dengan pasangan, atau mendapati diri membentak anak-anak karena Anda telah menghabiskan banyak waktu untuk mencari sesuatu sehingga terlambat berangkat bekerja.
Dengan membereskan, tanpa disangka Anda sering menemukan barang-barang yang terlupakan. Misalnya, beberapa tablet magnesium yang belum kedaluwarsa, syal bagus dari nenek, atau termos pendingin untuk di perjalanan. Temuan ini dapat menciptakan rasa kebetulan dan kelimpahan yang dapat meningkatkan suasana hati dan energi Anda untuk mengatasi masalah yang lebih besar.
Diane Roberts Stoler menambahkan bahwa perilaku merapikan meningkatkan harga diri, menciptakan kebiasaan sehat, dan meningkatkan produktivitas. Rumah yang bersih dan rapi juga dapat meningkatkan kualitas tidur, suasana hati, dan relaksasi.
Beberapa langkah
Dari penjelasan di atas, tampaknya tak perlu lagi diragukan untuk segera mulai membersihkan dan menata lingkungan kita secara fisik. Diane Roberts Stoler memberikan langkah-langkahnya.
1. Mulai dari yang kecil. Tetapkan tujuan yang kecil dan dapat dikelola. Tangani satu tugas, satu tumpukan, atau satu ruangan dalam satu waktu.
2. Minta bantuan, bisa kepada anggota keluarga, teman, atau konsultan berbayar yang dapat membantu Anda membuat keputusan. Kadang-kadang mendapatkan ”izin” dari orang lain memudahkan Anda memasukkan barang-barang ke dalam tumpukan donasi.
3. Ambil foto. Jika Anda kesulitan berpisah dengan pakaian bayi dan buku atau kenang-kenangan liburan anak-anak, potretlah. Memberikannya sering terasa seperti menyerahkan sebagian dari identitas kita atau masa lalu kita sehingga sulit untuk dilepaskan. Dengan memotret barang yang membawa nilai sentimental, Anda masih bisa memiliki ikatan itu.
4. Putuskan apa yang akan dilakukan dengan barang-barang yang tidak diperlukan. Tujuannya adalah mengeluarkan barang-barang itu dari rumah Anda dan sampai ke tangan seseorang yang membutuhkannya. Hubungi tempat penampungan tunawisma atau pusat donasi setempat untuk menjadwalkan pengantaran atau penjemputan barang.
Salam sukses.
Agustine Dwiputri, Psikolog; Dosen PTT di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia