Perang Gaza Rekatkan Hubungan Mesir-Turki
Perang Gaza jadi puncak pendorong Mesir-Turki mempererat hubungan. Mereka disatukan kepentingan strategis yang sama.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Rabu (14/2/2024), mengunjungi Kairo, Mesir, untuk menemui Presiden Abdel Fattah el-Sisi. Kunjungan Erdogan ke Mesir itu merupakan yang pertama kali dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Selama lebih dari satu dekade terakhir, hubungan Mesir-Turki lebih banyak diwarnai ketegangan. Ini terkait sikap Turki mengkritik keras aksi militer Mesir menggulingkan pemerintahan Presiden Muhammad Mursi dari Ikhwanul Muslimin (IM) pada tahun 2013. Mursi menjadi presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis seusai memenangi pemilu tahun 2012.
Banyak perkembangan baru regional yang mendekatkan hubungan Mesir-Turki terakhir ini. Beberapa perkembangan itu, misalnya, rekonsiliasi Qatar dengan kuartet Arab (Arab Saudi, Uni Emirat Arab/UEA, Bahrain, dan Mesir) melalui KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Al-Ula, Arab Saudi, pada Januari 2021. Seperti diketahui, pada masa konflik Qatar-kuartet Arab tersebut, Turki mendukung Qatar. Bahkan, Turki mengirim pasukan ke Qatar untuk melindungi kekuasaan keluarga besar Al-Thani di Doha.
Pascarekonsiliasi di Al-Ula, Mesir-Turki semakin bisa membangun kesepahaman di beberapa wilayah konflik, seperti di Libya dan kawasan Laut Tengah Bagian Timur yang kaya gas. Erdogan dan Sisi beberapa waktu terakhir ini juga sering bertemu secara langsung dalam beberapa kesempatan di Doha, Qatar. Meski demikian, Erdogan belum juga mengunjungi Kairo. Begitu pula sebaliknya, Sisi juga belum mengunjungi Ankara.
Baca juga: Piala Dunia Ajang Reuni Para Pemimpin Timur Tengah yang Bermusuhan
Adalah perang Gaza yang meletus sejak 7 Oktober 2023 dan telah menelan korban tewas lebih dari 29.000 jiwa dari warga Palestina, yang menjadi puncak pendorong Mesir dan Turki untuk semakin mempererat hubungan. Karena ada kepentingan strategis bersama Mesir-Turki yang tercipta akibat perang Gaza, Erdogan memutuskan berkunjung ke Kairo dan bertemu langsung dengan Sisi.
Sebaliknya, Sisi dijadwalkan akan mengadakan kunjungan balasan ke Ankara, Turki, pada April 2024, sekaligus menghadiri acara pertemuan Dewan Strategis di Ankara.
Baca juga: Mesir Semakin Sulit Akibat Perang Gaza
Ada kepentingan strategi yang sama antara Mesir dan Turki di Jalur Gaza. Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza sejak tahun 2007 secara geopolitik adalah bagian dari poros Turki. Hamas adalah kekuatan politik Islamis di kancah politik Palestina. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Erdogan yang berkuasa di Turki juga merupakan kekuatan politik Islamis di pentas politik Turki.
Banyak tokoh Hamas berdomisili di Istanbul, Turki. Mereka mendapat perlindungan dari Pemerintah Turki. Hamas mendapat dukungan politik yang sangat kuat dari Turki.
Ada kepentingan strategi yang sama antara Mesir dan Turki di Jalur Gaza.
Adapun Jalur Gaza secara geografis berbatasan langsung dengan Mesir. Pintu gerbang Rafah adalah satu-satunya akses Jalur Gaza menuju Mesir dan dunia luar tanpa melalui wilayah Israel. Maka, Jalur Gaza dan Hamas sangat butuh Mesir karena Mesir secara geografis menjadi jalur lintasan antara Jalur Gaza dan dunia internasional.
Baca juga: Mengenang Kota Rafah di Jalur Gaza
Sebaliknya, Mesir juga butuh Hamas dan Jalur Gaza. Adalah Mesir yang banyak berkorban untuk perjuangan Palestina. Mesir terlibat sejak perang Arab-Israel pertama tahun 1948, kemudian perang Suez tahun 1956, perang Arab-Israel tahun 1967, dan kemudian perang Arab-Israel tahun 1973.
Selain itu, perlu dicatat pula, Jalur Gaza sebelum tahun 1967 secara administratif di bawah Mesir. Itu sebabnya, Mesir berkepentingan turut andil dalam ikut merancang solusi politik Palestina.
Setelah meletusnya perang Gaza sejak 7 Oktober 2023 dan Israel sampai saat ini menolak menghentikan perang, kepentingan strategis Mesir dan Turki terancam. Kepentingan strategis bersama Mesir-Turki saat ini adalah segera ada gencatan senjata permanen di Jalur Gaza.
Baca juga: Kepentingan Strategis Mesir dalam Isu Perang Gaza
Dalam konferensi pers dengan Erdogan, Sisi mengungkapkan bahwa Mesir dan Turki sepakat tentang pentingnya segera ada gencatan senjata permanen di Jalur Gaza. Erdogan juga menyampaikan, isu perang Gaza adalah isu utama yang menjadi agenda pembicaraan dengan Sisi.
Kepentingan strategis bersama Mesir-Turki saat ini adalah segera ada gencatan senjata permanen di Jalur Gaza.
Erdogan menegaskan pula, Turki menolak keras keinginan atau rencana Israel mengusir dan memindahkan secara paksa warga Jalur Gaza ke negara lain. Ia menyampaikan apresiasi kepada Mesir yang juga menolak keras evakuasi warga Gaza ke negara lain, khususnya ke wilayah Mesir.
Baca juga: Mengapa Turki Terlambat Bersikap Tegas dalam Perang Israel-Hamas?
Seperti diketahui, Mesir menolak keras keinginan Israel memindahkan penduduk Jalur Gaza, yang berjumlah sekitar 2,3 juta jiwa ke Gurun Sinai, Mesir, atau negara lain. Mesir sangat khawatir atas keinginan Israel menjadikan Gurun Sinai sebagai wilayah alternatif Palestina.
Dalam isu evakuasi secara paksa penduduk Jalur Gaza ke negara lain, Mesir dan Turki memiliki kepentingan strategis yang sama, yakni sama-sama menolak keras. Dua negara itu kompak menegaskan, negara Palestina mendatang hanya berdiri di Jalur Gaza dan Tepi Barat, bukan di wilayah lain, termasuk Gurun Sinai.
Selain isu gencatan senjata dan evakuasi massal penduduk Jalur Gaza ke negara lain, isu ekonomi juga menjadi kepentingan strategis bersama Mesir-Turki.
Perang Gaza, yang kemudian merambah ke Laut Merah, sangat memukul perekonomian Mesir dan Turki. Masa depan pengembangan hubungan ekonomi Mesir-Turki sangat tergantung pada masa depan perang Gaza.
Baca juga: Mesir Semakin Sulit Akibat Perang Gaza
Sisi dalam acara konferensi Mesir Internasional untuk Perminyakan tahun 2024 di Kairo, Sabtu (17/2/2024), mengungkapkan, pemasukan Terusan Suez sejak meletusnya perang Gaza pada 7 Oktober lalu turun hingga 50 persen.
Terusan Suez adalah salah satu sumber utama pemasukan devisa di Mesir, selain pariwisata, ekspor gas-minyak, dan pajak dari transfer gaji warga Mesir di luar negeri. Pada periode 2022-2023, Terusan Suez menyumbang devisa 9,4 miliar dollar AS.
Turun drastisnya pemasukan Terusan Suez itu terjadi lantaran sebagian besar kapal tanker dan komersial menghindari jalur Laut Merah dan Terusan Suez setelah kelompok Houthi di Yaman menembaki kapal-kapal di Laut Merah yang diduga ada hubungan dengan Israel. Sebagian besar kapal tanker dan komersial dari Asia yang menuju Eropa, Turki, Afrika Utara, kini memilih lewat Afrika Selatan.
Akibat turun drastisnya pemasukan Terusan Suez itu, perekonomian Mesir yang selama ini sudah mengalami krisis, akibat Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina, terpukul. Lesunya perekonomian Mesir tersebut akan memukul upaya pengembangan hubungan ekonomi Mesir-Turki pascakunjungan Erdogan ke Mesir.
Baca juga: Antisipasi Serangan Israel ke Rafah, Mesir Siapkan Tempat Suaka di Sinai
Erdogan menginginkan neraca perdagangan Mesir-Turki mendatang bisa mencapai nilai 15 miliar dollar AS. Tentu keinginan Erdogan itu sulit terwujud jika perang Gaza tidak segera berakhir dan perekonomian Mesir pulih kembali.
Langkah Mesir dan Turki, dua kekuatan besar di kawasan, bergandengan tangan akan memperkuat upaya mewujudkan kepentingan strategis bersama itu, khususnya upaya mengakhiri perang Gaza, sekaligus mencegah tercapainya kepentingan strategis Israel yang bertentangan dengan kepentingan strategis bersama Mesir-Turki.
Musthafa Abd Rahman, Wartawan Kompas 1991-2022