Ada dua isu dari perang Gaza yang menggelisahkan Pemerintah Mesir dan dianggap mengancam keamanan nasional negara itu.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·4 menit baca
Kota Kairo, ibu kota Mesir, hanya berjarak sekitar 400 kilometer dari Jalur Gaza. Lebih kurang seperti jarak antara Jakarta dan Semarang. Dari Kairo menuju Jalur Gaza butuh waktu sekitar empat jam dengan mobil. Jarak yang bisa dibilang tidak terlalu jauh.
Kota Kairo, dengan penduduk sekitar 20 juta jiwa, seperti hari-hari biasa sibuk dengan arus lalu lintas yang padat di berbagai titik jalan. Perang sengit antara Hamas dan Israel sejak 7 Oktober 2023 dan memakan korban tewas hampir 19.000 jiwa dari pihak Palestina sejenak seperti tidak terasa dampaknya terhadap kota Kairo.
Namun, setiap hari Jumat tiba, baru terasa dampak perang Gaza di kota Kairo. Hampir seluruh khotbah Jumat yang dibacakan para khatib di masjid-masjid bertema tentang isu Palestina dengan mengecam keras kebiadaban Israel. Maka, seusai shalat Jumat, biasanya serempak digelar unjuk rasa di berbagai masjid untuk mengecam keras Israel dan membela Palestina.
Unjuk rasa-unjuk rasa itu digelar secara spontan oleh para jemaah shalat Jumat di berbagai masjid besar. Aksi-aksi tersebut biasanya menutupi jalan di sekitar masjid-masjid besar tersebut.
Aparat keamanan Mesir selalu membiarkan aksi unjuk rasa bela Palestina setiap selesai shalat Jumat itu. Pemerintah Mesir pun secara politis mengizinkan dan membiarkan unjuk rasa-unjuk rasa bela Palestina tersebut.
Dampak perang Gaza juga sangat terasa di kota Kairo jika membaca media massa dan menonton televisi. Media-media utama di Mesir, seperti Al Ahram, Al Akhbar, dan Al Joumhouriah, selalu menurunkan berita utama tentang perang Gaza.
Stasiun-stasiun televisi juga lebih sering menggelar acara talk show tentang isu Palestina dengan menghadirkan para pakar Palestina dari berbagai perguruan tinggi, lembaga riset, dan wartawan senior. Jadi, jika ingin melihat sejauh mana dampak perang Gaza di kota Kairo khususnya dan Mesir pada umumnya, lihatlah hari Jumat dan pemberitaan media massa di negara itu, seperti televisi, media cetak, dan media daring.
Pemerintah Mesir tampak memberi lampu hijau dan bahkan mendukungnya atas berbagai aksi unjuk rasa bela Palestina di kota Kairo dan kota lain di Mesir. Pemerintah Mesir melihat perang Gaza saat ini berbeda dari perang-perang Gaza sebelumnya. Perang Gaza saat ini dianggap sangat mengancam keamanan nasional Mesir.
Ada dua isu dari perang Gaza saat ini yang sangat menggelisahkan Pemerintah Mesir dan dianggap mengancam keamanan nasional negara itu. Pertama, isu kecenderungan Israel memaksa warga Gaza mengungsi ke Gurun Sinai di Mesir.
Ada dua isu dari perang Gaza saat ini yang sangat menggelisahkan Pemerintah Mesir dan dianggap mengancam keamanan nasional negara itu.
Kedua, aksi kelompok Houthi di Yaman menyerang kapal-kapal laut milik Israel atau berhubungan dengan Israel di Laut Merah. Pemerintah Mesir menganggap terganggunya stabilitas di Laut Merah akan mengganggu Terusan Suez, salah satu sumber utama devisa bagi Mesir. Maka, Pemerintah Mesir berusaha segala cara agar perang Gaza segera berhenti total atau dengan gencatan senjata meskipun sementara.
Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi segera setelah berkobarnya perang Hamas-Israel pada 7 Oktober 2023 selalu memberi peringatan tentang bahayanya keinginan Israel mengusir penduduk Jalur Gaza yang berjumlah sekitar 2,2 juta jiwa ke Mesir. Mesir menolak keras keinginan Israel mengusir warga Jalur Gaza ke Gurun Sinai di Mesir.
Mesir pada 21 Oktober 2023 menggelar konferensi perdamaian internasional dalam upaya mencari solusi isu Palestina. Ini pertama kali Mesir menggelar konferensi perdamaian internasional di saat perang Jalur Gaza atau perang antara Hamas dan Israel sedang berkecamuk sengit.
Padahal, sejak Hamas mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza pada tahun 2007, sudah lima kali meletus perang besar Israel-Hamas, yaitu perang tahun 2009, 2012, 2014, 2021, dan 2023. Pada empat perang Hamas-Israel sebelum ini, yakni tahun 2009, 2012, 2014, dan 2021, Mesir tidak menggelar konferensi perdamaian internasional.
Namun, saat perang Hamas-Israel 2023, Mesir menggelar konferensi internasional. Langkah Mesir menggelar konferensi itu jelas. Mesir sudah melihat gelagat Israel yang ingin mengevakuasi secara paksa warga Jalur Gaza ke Mesir.
Presiden Sisi dalam sambutan pada forum konferensi tersebut secara tegas menyatakan dan memperingatkan Israel agar jangan mencari solusi perang Gaza dengan cara merugikan pihak lain. Pernyataan Sisi itu jelas ditujukan kepada Israel yang ingin memaksakan solusi perang Gaza dengan merugikan pihak Mesir, yakni ingin mengevakuasi warga Jalur Gaza ke Mesir. Sisi pun menyerukan warga Jalur Gaza untuk terus bertahan di tanah airnya.
Mesir sangat curiga Israel ingin menggunakan kedok dan peluang perang Gaza untuk menghidupkan impian lamanya, yaitu berdirinya negara Palestina di Gurun Sinai sebagai ganti dari berdirinya negara Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Selama ini Israel dikenal mempunyai proyek lama, yaitu berdirinya negara Palestina di Gurun Sinai atau Jordania. Maka, Mesir dan Jordania adalah dua negara yang paling menolak keras keinginan Israel mengevakuasi warga Jalur Gaza ke Mesir atau ke tempat lain. Kairo dan Amman khawatir, Israel menghidupkan proyek lama Israel, yaitu berdirinya negara Palestina di Gurun Sinai atau Jordania.
Mesir terakhir ini juga cemas atas aksi-aksi kelompok Houthi di Yaman menyerang dengan rudal kapal-kapal yang dicurigai milik Israel atau punya hubungan dengan Israel. Houthi pada awal Desember 2023 mengklaim menyerang dua kapal komersial yang diduga kuat punya hubungan dengan Israel, yaitu Unity Explorer dan Number 9, di Laut Merah.
Mesir cemas, jika stabilitas di Laut Merah terganggu oleh aksi-aksi Houthi itu, dampaknya bisa buruk terhadap Terusan Suez, salah satu sumber utama devisa bagi Mesir. Karena itu, Mesir terus berusaha agar perang Gaza bisa segera berhenti total atau minimal ada gencatan senjata lagi. Tujuannya agar perang Gaza tidak berdampak lebih luas lagi hingga mengganggu keamanan dan stabilitas di Laut Merah.
Inilah kepentingan strategis Mesir terkait isu perang Gaza. Jika perang Gaza bisa segera berhenti, Mesir bisa sangat berperan dalam proses pembangunan kembali Jalur Gaza karena jalur bantuan logistik ke Jalur Gaza dari masyarakat internasional pasti lewat Mesir mengingat Mesir adalah satu-satunya jalur darat menuju Jalur Gaza.