Menilai Layanan Rumah Sakit
Layanan untuk memenuhi kepuasan pasien lebih mudah dinilai, tetapi mutu layanan medis adakalanya hanya dapat dipahami oleh kalangan medis.
Sebagai penyandang penyakit kronik, sekitar 20 tahun ini, saya harus berkonsultasi dengan berbagai dokter di rumah sakit. Saya juga sempat berobat di berbagai rumah sakit di Indonesia. Kesan saya, layanan rumah sakit sudah jauh lebih ramah dan nyaman.
Namun, sebagai konsumen rumah sakit, saya juga ingin memberi masukan berdasarkan pandangan saya tentang layanan rumah sakit. Sebagai orang yang tak punya latar belakang pendidikan kesehatan, penilaian saya lebih bersifat yang saya rasakan. Saya tak punya pemahaman untuk menilai layanan rumah sakit secara medis.
1. Parkir
Pada umumnya parkir rumah sakit sempit. Acap kali pasien harus berputar-putar sebelum mendapat tempat parkir. Biaya parkir cukup memberatkan karena umumnya harus parkir cukup lama. Bagi pasien yang mampu memang dapat menggunakan valet parking, tetapi bagi saya cukup mahal karena harus menambah sekitar Rp 50.000.
2. Pendaftaran
Pada umumnya pendaftaran sudah dapat dilakukan online. Jika pun datang langsung, dapat mendaftar di mesin yang telah disediakan. Namun, sebagian pasien baru harus dibantu karena cukup banyak yang harus diisi.
Pihak rumah sakit merekomendasikan untuk tidak membawa anak atau orang tua yang kekebalan tubuhnya menurun untuk berkunjung ke rumah sakit jika tak ada keperluan.
3.Layanan poliklinik
Ruang tunggu cukup nyaman. Sebagian rumah sakit menyediakan minuman dan camilan. Masa tunggu biasanya cukup lama. Pasien dipanggil berdasarkan nama. Untuk sebagian pasien yang ingin tak diketahui orang lain, cara ini kurang nyaman. Mungkinkah dipanggil berdasarkan nomor atau memanfaatkan Whatsapp (WA)?
Layanan dokter beragam, ada yang menyediakan waktu cukup lama, tetapi juga ada yang hanya sebentar. Untuk pasien kronik seperti saya tak menjadi soal karena dokter telah mengetahui penyakit saya sejak lama, tinggal memantau perubahan yang terjadi. Namun, pasien baru perlu waktu konsultasi yang lama.
4. Laboratorium
Juga ada kemajuan. Meski kadang-kadang masih antre lama, masih cukup lancar. Hasil lab bahkan di beberapa rumah sakit dapat dicetak mandiri atau dikirim melalui WA. Penjelasan mengenai hasil lab biasanya dilakukan oleh dokter di klinik.
5. Radiologi dan penunjang lain
Juga sudah ada kemajuan. Harus mengantre, tetapi cukup lancar. Hasil pemeriksaan diberikan dalam bentuk CD sehingga mudah dibuka oleh dokter yang memerlukan. Juga dapat membaca hasil di data komputer rumah sakit.
6. Farmasi
Di sini biasanya terjadi penumpukan. Pasien harus menunggu cukup lama. Penjelasan mengenai obat diberikan, tetapi singkat saja. Apakah mungkin rumah sakit menyediakan lebih banyak loket untuk layanan farmasi?
Baca Juga: Kapasitas Riset Farmasi dan Alat Kesehatan Perlu Diperkuat
7. Ruang perawatan
Cukup nyaman. Meski dirawat di kelas tiga bersama pasien lain, ruang perawatan cukup bersih . Kedatangan perawat teratur, tetapi kedatangan dokter tidak teratur. Keluarga dapat menunggu di luar atau di kamar pasien. Penjelasan untuk pasien dan keluarga lumayan lengkap.
Ruang perawatan, terutama ruang perawatan intensif, acap kali penuh sehingga pasien yang memerlukan harus mencari di rumah sakit lain. Keluarga harus mendatangi beberapa rumah sakit untuk mendapat tempat di ruang perawatan intensif. Mungkinkah pihak rumah sakit membantu dengan adanya jaringan rumah sakit sehingga keluarga tak perlu repot mencari tempat?
8. Kantin rumah sakit
Dari segi layanan medis kantin rumah sakit mungkin hanya pelengkap, tetapi dari segi kebutuhan pengunjung rumah sakit penting. Pengunjung rumah sakit membutuhkan kantin yang bersih, enak dan harganya terjangkau.
Beberapa rumah sakit pemerintah yang sebagian besar pengunjungnya menggunakan pembiayaan BPJS kesulitan untuk mendapatkan kantin yang baik dan murah. Harga makanan di kantin beberapa rumah sakit sama dengan di mal. Makan siang harganya bisa lebih dari Rp 50.000.
Baca Juga: Layanan Nonmedis Rumah Sakit
Harga ini tentu amat memberatkan pengunjung yang kurang mampu. Jika ditanya ke pemilik konter makanan harganya mahal karena sewa tempat di rumah sakit amat mahal. Mungkin pengelola rumah sakit harus memikirkan kantin yang baik dan harganya terjangkau.
Karyawan rumah sakit juga banyak yang tak mampu makan di kantin rumah sakit karena terlalu mahal. Akibatnya, kita sering melihat karyawan rumah sakit makan di warung kaki lima tak jauh dari rumah sakit. Belum lagi layanan kantin malam hari, pada umumnya kantin sudah tutup pada sore hari.
9. Harga
Biaya layanan di rumah sakit beragam. Pasien yang membayar sendiri tentu mencari layanan yang ramah baik dan terjangkau. Sebagai konsumen acap kali pasien tak memahami biaya yang harus dibayar. Karcis rumah sakit bervariasi dari Rp 25.000-Rp 100.000.
Kalau kita dirawat, ada pungutan biaya administrasi yang cukup memberatkan. Apakah ada lembaga konsumen yang dapat membela pasien dalam memenuhi kewajibannya membayar biaya rumah sakit?
Saya dapat meneruskan banyak hal lain, tetapi saya rasa hal-hal yang dikemukakan semoga pendapat perhatian dan perbaikan. Saya ingin mendapat informasi dari Dokter bagaimana rumah sakit menjaga agar layanan rumah sakit dari segi medis menjaga profesionalisme serta memperhatikan hak-hak pasien. Terima kasih.
M di S
Terima kasih banyak atas usul perbaikan Anda. Memang rumah sakit di Indonesia sudah mulai meningkatkan mutu layanan, baik layanan medis maupun layanan untuk kepuasan pasien. Layanan untuk memenuhi kepuasan pasien lebih mudah dinilai, tetapi mutu layanan medis adakalanya hanya dapat dipahami oleh kalangan medis. Sebenarnya ada ukuran-ukuran layanan mutu rumah sakit dari segi medis.
1.Keamanan pasien
Ini merupakan ukuran yang amat penting. Pada akreditasi rumah sakit patient safety mendapat penilaian yang tinggi. Termasuk dalam keselamatan pasien adalah ketepatan pasien (tidak terjadi salah orang), ketepatan lokasi operasi, ketepatan obat (dosis dan cara pemberian obat), lingkungan yang menjamin tidak terjadi kecelakaan, termasuk jatuh di kamar mandi, dan sebagainya.
Baca Juga: Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien Belum Optimal
Pihak rumah sakit harus amat peduli dengan keselamatan pasien ini. Ini bukan hanya menjadi kewajiban tenaga kesehatan, tetapi juga menjadi tanggung jawab pimpinan rumah sakit dan tenaga nonkesehatan.
2.Infeksi di rumah sakit.
Meski gedung rumah sakit tampaknya bersih, risiko orang yang berada di rumah sakit untuk terkena infeksi dari kuman-kuman yang beredar di rumah sakit cukup tinggi. Karena itulah pihak rumah sakit merekomendasikan untuk tidak membawa anak atau orang tua yang kekebalan tubuhnya menurun untuk berkunjung ke rumah sakit jika tak ada keperluan.
Kuman-kuman yang beredar di rumah sakit pada umumnya banyak yang sudah tak dapat diatasi dengan antibiotik biasa. Jadi, pengobatannya lebih rumit dan antibiotiknya juga lebih mahal.
3.Dekubitus
Pada waktu pasien dirawat dapat terjadi risiko timbulnya luka di bagian tubuh yang mengalami tekanan seperti di bagian belakang tubuh atau bagian belakang kaki. Luka tersebut disebut dekubitus. Perawatan rumah sakit yang baik biasanya akan dapat mencegah timbulnya dekubitus.
4. Flebitis
Flebitis adalah radang akibat infeksi yang terjadi pada tempat infus. Jika perawatan kurang teliti, mungkin akan terjadi flebitis, biasanya karena infus tidak dipindahkan dalam waktu yang cukup lama.
Baca Juga: Layanan Rumah Sakit yang Nyaman
5. Keberhasilan terapi
Di kalangan medis sudah ada ukuran keberhasilan suatu, terapi atau tindakan bedah. Operasi usus buntu misalnya keberhasilannya hampir 100 persen. Sudah tentu dapat terjadi kesulitan jika keadaan pasien tidak dalam keadaan normal, misalnya gizinya kurang, kekebalannya rendah atau infeksi usus buntunya sudah mengalami komplikasi.
Masih banyak ukuran lain dari segi medis atau mutu layanan medis di rumah sakit diawasi oleh komite medik. Komite ini biasanya terdiri dari para senior yang sudah berpengalaman.
Kasus-kasus di rumah sakit secara teratur akan dibahas oleh komite medik sehingga jika ada terjadi kekurangan, segera dapat dikoreksi. Untuk laboratorium rumah sakit ada pengawasan mutu internal dan eksternal sehingga hasilnya dapat dipercaya.
Kita semua perlu berusaha untuk terus meningkatkan mutu layanan rumah sakit kita baik mutu medis maupun mutu nonmedis. Terima kasih atas masukan Anda. Semoga teman-teman pengelola rumah sakit dapat memanfaatkan masukan Anda.
Samsuridjal Djauzi, Dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta