Kutu Busuk, ”Bangsat” Kecil yang Sedang Betah-betahnya di Kota
Kutu busuk tak hanya menginvasi Paris. Hama ini betah tinggal di seluruh kota dunia, penuh manusia, mangsa favoritnya.
Kutu busuk seperti menyentak, menyita perhatian publik global, ketika banyak ditemukan di kota Paris di Perancis, salah satu kota modern. Hama yang juga disebut bangsat atau kepinding itu ditemukan di lipatan kasur, tempat duduk di kereta komuter, dan banyak tempat lain.
Pemimpin Kota Paris sempat menyatakan tidak ada orang yang aman dari kutu busuk. Sampai pekan ini, dari berbagai laporan media, Paris masih berjibaku mengendalikan serangan kutu busuk tersebut.
Belum reda kehebohan di Paris, kasus gigitan kutu busuk juga muncul di Kanada. Tak berhenti di sana, banyak wisatawan ataupun pelaku bisnis yang sering bepergian ke sejumlah kota di dunia berbagi pengalaman menjadi korban bangsat. Mereka diserang kepinding saat di hotel atau di rumah, kamar, ataupun vila yang mereka sewa melalui aplikasi penginapan daring.
Baca juga: Uang Judi Gagal Membangun Kota, ”Bang Oma” Sudah Ingatkan
Wabah kutu busuk muncul. Time melaporkan hingga tahun 1950-an, binatang yang hidup dari mengisap darah manusia dan mamalia lain itu masih mengakrabi negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat.
Kejayaan kutu busuk baru meredup sejak pestisida semakin biasa digunakan untuk membasmi hama di tingkat rumah tangga.
Akan tetapi, mulai 1990-an, serangan hewan yang tergolong ektoparasit atau parasit eksternal itu kembali muncul. Menjelang pergantian abad, menurut Vox.com, parasit yang hidup di luar tubuh inangnya tersebut menghantui negara maju dan modern, seperti Jepang, Australia, Amerika Serikat, dan Eropa.
Pada 2010, the Centers for Disease Control (CDC) dan Prevention and the Environmental Protection Agency, badan khusus di AS yang berwenang mengendalikan penyakit dan pelestarian lingkungan, mengeluarkan pernyataan bersama terkait kutu busuk. Kedua badan tersebut memperingatkan publik atas naiknya ancaman teror kutu busuk.
Baca juga: Demam Haiking dan Keriuhan Orang Kota di Kampung Baduy
Berulang kali seusai peringatan dari AS tersebut, terbukti serangan kutu busuk terjadi di sejumlah kota utama di dunia. Kasus terakhir yang masih berlangsung di Paris saat ini.
Apakah negara Asia selain Jepang dan Afrika serta bagian bumi lain aman dari kutu busuk? Tidak juga. Hal itu di antaranya ditunjukkan dari hasil penelitian Dita Meisyara, Ikhsan Guswenrivo, dan G Veera Singham yang diterbitkan di Jurnal Plos One, 27 Juli 2023.
Dalam jurnal Perception, attitudes, and knowledge on infestation and management of bed bugs in major cities of Indonesia: A cross-sectional online survey, Meisyara dan timnya memaparkan siklus kutu busuk di Asia, khususnya di Jepang, China, dan Asia Tenggara.
Pada 1940-1960, kutu busuk merajalela di kawasan tersebut. Sejak 1970, kutu busuk bisa dikendalikan. Setelah 1990-an, sama seperti di Eropa dan AS, kutu busuk bangkit kembali setelah hiatus (ketiadaan sementara) selama 2-3 dekade. Hama yang di sebagian daerah di Jawa Tengah disebut tinggi itu juga terdeteksi lebih banyak muncul di perkotaan.
Baca juga: Pesan Manis dari Tabebuya Kemang
Kembali berkembang biaknya kutu busuk itu, di antaranya banyak dilaporkan di kawasan urban Jawa Barat, Banten, dan Jakarta. Walakin, kutu busuk di Asia secara umum kurang menjadi perhatian pemerintah yang ditunjukkan dengan tidak adanya peringatan khusus serangan hama tersebut.
Generasi yang lebih muda, lahir di atas tahun 1970, cenderung tak paham tentang kutu busuk dan bagaimana mengatasinya. Mereka tidak menyangka rasa gatal di tubuhnya bukan karena gigitan nyamuk atau serangga lain. Warga perkotaan yang berusia 50 tahun ke atas barangkali mengenali gigitan kutu busuk di tubuhnya karena mereka memiliki memori tentang itu semasa kecil.
Kota dengan mobilitas tinggi warganya juga memudahkan kutu busuk berpindah-pindah. Tempat baru berarti peluang baru untuk berkembang biak.
Kebal pestisida
Dari berbagai riset dan laporan di media massa, pemicu kutu busuk berkembang biak lagi, salah satunya karena parasit pipih cenderung bundar berukuran 4-5 milimeter ini kian resisten terhadap berbagai jenis pestisida.
Penggunaan pestisida berlebihan turut membunuh predator kutu busuk, seperti kecoak. Tubuh yang kian kebal pestisida dan predator berkurang membuat harapan hidup kutu busuk membesar.
Di luar itu, kutu busuk menemukan tempat hidup nyaman, kawin-mawin dan beranak pinak di perkotaan. Kawasan urban menjadi pusat populasi manusia yang berarti di sana kutu busuk mudah menemukan pasokan makanannya.
Kota dengan mobilitas tinggi warganya juga memudahkan kutu busuk berpindah-pindah. Mereka dan telurnya melekat pada baju dan berbagai barang yang dibawa manusia bepergian ke berbagai lokasi. Tempat baru berarti peluang baru untuk berkembang biak.
Di sisi lain, kutu busuk abad ke-21 disebut kian kebal pestisida. Selain pestisida, kutu busuk masa kini juga kebal terhadap racun lain berupa bubuk tanah diatom. Racun ini sebelumnya sukses membuat kutu busuk mati mengering.
Kini, pembasmi hama profesional menggunakan pengasapan atau fumigasi dari kombinasi zat kimia beracun dan insektisida (pembasmi hama berbasis pestisida) untuk membunuh kutu busuk beserta hama rumah tangga lain, seperti kecoak. Cara ini baru akan efektif mengenyahkan parasit eksternal jika dilakukan beberapa kali secara intensif.
Baca juga: Transportasi Publik hingga ”Tenant” Favorit Sulap Mal Sepi Jadi Ramai
Salah satu cara yang sekarang dinilai cukup ampuh adalah memaparkan panas pada kutu busuk untuk mematikannya. Kutu busuk menyukai suhu hangat. Parasit ini akan mati pada suhu panas, yaitu 45 derajat celsius ke atas. Butuh alat khusus untuk bisa menciptakan suhu tersebut dan untuk memaparkannya ke arah perabot atau barang yang dihuni kutu busuk.
Di masa lalu, kasur, kursi, atau bantal rutin dijemur di tengah panas matahari dan dipukul-pukul rotan khusus secara berkala, salah satunya karena membunuh kutu busuk secara alamiah. Namun, seiring waktu dan diyakini terkait kutu busuk yang makin bisa beradaptasi, panas matahari semata tidak bisa membunuh parasit ini.
Yang menjadi persoalan, kedua cara terakhir dengan fumigasi dan pemanasan membutuhkan biaya yang tidak murah. Tidak semua orang mampu melakukannya. Selain itu, penggunaan pestisida berlebihan yang tidak dilakukan secara profesional bisa berdampak buruk bagi manusia, bahkan sampai menyebabkan kematian.
Wabah parasit pada akhirnya turut membuka wajah ketimpangan antara si kaya dan miskin. Dawn Day Biehler dalam bukunya, Pests in The City: Flies, Bedbugs, Cockroaches, and Rats (2013) menyinggung secara khusus isu tersebut. Biehler menekankan binatang hama sebaiknya dipastikan hidup di luar rumah manusia.
Pembangunan dan penataan rumah sehat bagi warga kelas menengah ke bawah menjadi kewajiban pemerintah pusat ataupun daerah. Rumah sehat yang dimaksud meliputi beberapa aspek, termasuk mudah dibersihkan dari berbagai hama yang mengancam manusia.
Baca juga: Butuh Satu Kota untuk Membesarkan Anak
Akan tetapi, penyediaan rumah sehat terjangkau selalu menjadi masalah di sejumlah negara. Semakin banyak rumah warga dengan kutu busuk menahun di suatu daerah kaya bisa menambah indikasi lebarnya jurang ketimpangan di sana.
Cegah dini invasi
Menjaga agar kutu busuk tidak semakin menyebar, ada cara relatif mudah dan tanpa biaya mencegah invasi hama parasit, yaitu rajin-rajin menginspeksi barang-barang di rumah. Setiap ditemukan telur atau kutu busuk di baju, buku, koper, atau lainnya, segera tangani.
Jangan pula seenaknya memasukkan barang dari luar, terutama sofa, kasur, dan perabot lain tanpa memastikan ada tidaknya jejak kutu busuk di sana.
Orang kota perlu pula mengenal ancaman berbagai hama pada manusia, alergi yang dapat ditimbulkan, dan cara penanganan di level individu secara tepat.
Baca juga: Catatan Urban
Bangsat kecil ini sedang betah-betahnya menghuni kota, susah mengusirnya begitu saja. Mencegah sejak dini dari diri sendiri dinilai ampuh menangkal wabah kutu busuk mengganggu kita kala belum ditemukan lagi cara efektif lain yang tak membahayakan manusia dan lingkungannya. Jadi, selamat memastikan rumah kita bebas kutu busuk alias bangsat ini, ya.