Apakah Anda menghadirkan elemen alam di lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja Anda? Misalnya dengan merawat binatang peliharaan, membuat taman kecil, atau setidaknya menghadirkan nuansa hijau melalui lukisan pohon?
Oleh
KRISTI POERWANDARI
·3 menit baca
Apakah Anda berkesempatan untuk meluangkan waktu sejenak keluar dari beton-beton gedung tinggi yang mengurung Anda, atau lebih beruntung lagi, sempat berlibur ke luar kota untuk menikmati hijau pohon, biru laut dan langit, dan bertemu dengan makhluk hidup lain di alam?
Banyak dari kita yang merasa lebih baik, lebih nyaman, atau lebih sejahtera bila memiliki kesempatan untuk terhubung dengan komponen alam. Berkendara di tengah pemandangan sawah dan hutan juga terasa berbeda daripada berkendara di tengah kemacetan kota. yang Mengapa demikian?
Ada Wilson (1984) dengan tesis klasiknya, yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia terlahir di tengah hidup yang alamiah, dan bertumbuh dalam setting alam yang natural juga. Karenanya, kita memiliki kebutuhan bawaan untuk terhubung dengan alam.
Dan demikianlah berbagai penelitian mengungkapkan temuannya. Untuk mengawali penelitiannya sendiri, Zelenski dan Nisbet (2014) melakukan reviu terhadap berbagai penelitian terdahulu. Mereka mencatat banyaknya penelitian yang menguatkan kesimpulan bahwa kontak dengan alam memberikan banyak keuntungan bagi manusia.
Misalnya, keterpaparan pada alam menghadirkan suasana hati positif, dengan gambar, nuansa atau citra alam cenderung mengundang aspirasi untuk berbuat baik. Alam memungkinkan kita mengembalikan perhatian yang sebelumnya kurang terfokus, dan membantu kita lebih mampu mengendalikan diri. Penelitian lain menunjukkan bahwa kedekatan dengan alam berdampak positif pada kesehatan. Bahkan ada penelitian yang menemukan bahwa kedekatan dengan alam dapat membantu individu untuk mengurangi agresinya.
Kota
Tampaknya kehidupan manusia modern di perkotaan saat ini menunjukkan kenyataan yang berbeda, yakni bahwa kita telah jauh dan mungkin tidak terkoneksi lagi dengan alam. Kita terhubung dengan berbagai mesin dan tembok beton. Sepanjang hari ada di dalam ruangan tertutup dengan pendingin.
Udara kota tidak segar lagi, malah dapat membuat kita terserang infeksi saluran pernafasan. Kita terlalu sibuk sehingga tidak beraktivitas fisik, dan tidak sempat berlibur keluar kota dengan udara yang bersih.
Kesibukan kita dengan internet juga menjauhkan kita dari alam. Ini karena ketika jenuh dan lelah, kita memilih untuk berbaring dan menghabiskan waktu mencari hiburan dengan lagi-lagi, mengakses internet. Bahkan kita berwisata ke daerah atau negara lain, cukup secara daring saja.
Saya cukup sering mendengar teman-teman di lingkungan kerja mengeluh lelah, jenuh, kurang bersemangat, sakit kepala, tidak dapat berkonsentrasi, merasa tegang dan tidak bahagia, dan lain sebagainya. Saya bertanya-tanya, apakah kekurangdekatan dengan alam juga menjadi salah satu alasannya?
Kembali pada Zelenski dan Nisbet (2014), mereka ingin memperoleh penjelasan lebih jauh tentang koneksi manusia dengan alam. Mereka ingin membandingkannya dengan koneksi manusia terhadap hal-hal lain. Jadi pertanyaannya: apakah koneksi manusia dengan alam, memiliki fungsi yang sama atau berbeda, dengan koneksi manusia dengan hal-hal lain? Yang dimaksud hal-hal lain, misalnya adalah koneksi dengan keluarga, rumah, musik, teman, budaya, hingga negara.
Zelenski dan Nisbet (2014) menggunakan beberapa kuesioner berskala untuk penelitiannya. Partisipan penelitian mereka utamanya adalah para mahasiswa di Kanada. Tetapi mereka juga menyertakan masyarakat umum dari beberapa negara lain, yakni Selandia Baru, Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.
Kedekatan dengan alam memang secara khusus menghadirkan manfaat pada kebahagiaan manusia.
Temuan penelitian adalah, bahwa keterhubungan manusia dengan gabungan berbagai hal lain di sekitarnya berdampak positif pada kebahagiaan. Yang terlihat lebih berperan pada kebahagiaan adalah koneksi dengan teman, keluarga dan rumah. Sementara yang kurang berperan adalah kelekatan dengan budaya, negara atau musik.
Bagaimana mengenai kedekatan dengan alam? Menarik bahwa temuannya adalah: kedekatan dengan alam menjadi prediktor kebahagiaan yang kuat, meskipun dengan menghilangkan peran dari faktor-faktor lain (misalnya rumah, keluarga atau teman). Jadi, kesimpulannya, kedekatan dengan alam memang secara khusus menghadirkan manfaat pada kebahagiaan manusia.
Menjaga alam
Para pecinta lingkungan hidup membahas pentingnya kita memelihara alam. Salah satu tujuannya agar alam tidak rusak, dan dapat dijaga keberlanjutannya bagi tempat hidup generasi penerus. Tujuan yang lain adalah memastikan bahwa alam itu sendiri terus menghadirkan kehidupan berkelanjutan.
Tentang hal di atas, temuan sederhana dari berbagai penelitian Psikologi yang ada dapat menjadi suatu alat awal yang berharga bagi gerakan keberlanjutan alam. Yakni, dengan memanfaatkannya untuk menyadarkan mereka yang belum memahami tentang pentingnya alam dan kedekatan dengan alam bagi kebahagiaan manusia.
Setelah pemahaman di atas diperoleh, dan kita sendiri merasakan efek positif dari kedekatan dengan alam, baru kita berlanjut ke tahap-tahap berikutnya yang seakan tidak langsung terhubung dengan kita. Yakni, bahwa alam yang rusak akan merusak manusia. Bahwa alam yang rusak juga merusak kehidupan.
Elizabeth Kristi Poerwandari, Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia