Selangkah Lagi Aset Kripto Bakal Jadi Alat Pembayaran
Singapura mungkin akan menjadi negara pertama di mana aset kripto, terutama yang berupa koin stabil, digunakan untuk berbagai keperluan ekonomi sejauh aktivitas itu bersifat ”on chain”.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·6 menit baca
Setiap kali bos Tesla Elon Musk ”mengigau” soal aset kripto, saat itu pula nilai aset kripto bergerak. Elon menjadi semacam ”nabi” yang omongannya menjadi petunjuk pergerakan nilai aset kripto. Berkali-kali nilai aset kripto bergerak liar. Misalnya 1 Bitcoin pernah mendekati Rp 1 miliar, kemudian terempas hanya sekitar Rp 400 juta. Oleh karena itu, instrumen ini digolongan sebagai instrumen investasi dengan risiko sangat tinggi. Orang tidak bisa memastikan pergerakan nilai aset kripto.
Kegaduhan di seputar perdagangan aset kripto mungkin sebentar lagi akan sedikit berkurang. Orang macam Elon mungkin tidak akan terlalu didengar lagi dalam perdagangan aset kripto. Pasalnya, pekan ini Otoritas Moneter Singapura (MAS) telah menyelesaikan aturan tentang koin stabil (stablecoin). Koin stabil adalah aset kripto yang dipatok dengan nilai mata uang fiat tertentu (alat pembayaran yang kita pakai sehari-hari saat ini) dan dijaga stabilitasnya dengan menggunakan ”sejumlah jaminan” yang bersifat likuid. Bila semua lancar, aset kripto akan makin diterima sebagai alat pembayaran.
Upaya untuk membuat patokan dalam perdagangan aset kripto sudah lama dilakukan. Menurut laman Investopedia, koin stabil adalah jenis aset kripto yang mendapatkan popularitas karena komitmen mereka untuk meminimalkan volatilitas harga yang membatasi penggunaan Bitcoin (BTC) dan mata uang digital lainnya sebagai media pertukaran. Sejak koin stabil pertama, yaitu Tether (USDT) diluncurkan pada tahun 2014, daftar koin stabil tersebut telah berkembang hingga mencakup Dai (DAI), USD Coin (USDC), True USD (USDT), Digix Gold, Nomin Havven, Paxos Standard, dan Binance USD (BUSD ).
Ada beberapa jenis aset cadangan untuk menjamin nilai koin stabil, seperti uang fiat, komoditas, aset kripto, dan kode algoritma. Jenis terakhir ini mungkin memiliki aset atau mungkin tidak ada. Namun, ciri aset cadangan ini untuk menjaga kestabilan nilainya dengan mengontrol pasokannya melalui algoritma melalui program komputer yang menjalankan formula yang telah ditetapkan. Ketika nilai koin itu turun, maka ”mesin” akan otomatis bekerja melakukan intervensi dengan memastikan bahwa jaminan terhadap aset kripto itu tersedia.
Aturan yang diluncurkan otoritas Singapura akan memberi kepastian soal jaminan untuk menstabilkan aset kripto. Selama ini publik tidak mengetahui secara persis jaminan itu. Permasalahan kepastian jaminan ini menjadi pemicu beberapa kasus yang berkait dengan koin stabil beberapa waktu lalu.
Kasus yang terjadi di TerraUSD (UST) yang merupakan ”saudara” dari aset kripto LUNA pada tahun lalu membuktikan kepastian aset cadangan itu. Nilai koin stabil ini merosot jauh di bawah 1 dollar AS. Tidak seperti koin stabil lainnya yang memiliki aset riil seperti uang fiat, emas, atau obligasi, UST menggunakan pengendalian dengan algoritma. Mereka memiliki jaminan berupa Bitcoin. Namun, ketika terjadi penukaran UST dalam jumlah besar, ternyata mereka kelabakan.
Aturan yang diluncurkan otoritas Singapura akan memberi kepastian soal jaminan untuk menstabilkan aset kripto.
UST hancur dan kini nilainya 0,055 dollar AS. Begitu pula dengan ”saudaranya”, yaitu LUNA, nilainya juga anjlok hingga 90 persen. Belakangan yang disebut sebagai koin stabil algoritmik itu dituduh pergerakannya dilakukan oleh eksekutifnya UST dan LUNA sendiri. Otoritas Bursa dan Sekuritas Amerika Serikat (SEC) menggugat mereka dan akan membawa mereka ke pengadilan dengan tuduhan melakukan penipuan setelah SEC melakukan investigasi. Para eksekutif itu juga dituduh tidak memberikan informasi kepada publik secara terbuka dan terang tentang kedua aset kripto itu. Ada yang disembunyikan dalam operasi mereka.
Kasus lainnya menimpa USDC pada Maret lalu setelah Silicon Valley Bank (SVB) bermasalah. Nilai USDC pernah anjlok di bawah 1 dollar AS. Saat itu banyak perusahaan aset kripto mempertanyakan apakah keruntuhan SVB akan memiliki implikasi yang lebih besar pada ekosistem koin stabil. Pasalnya, keruntuhan bank itu menyebabkan ketidakpastian sekitar 40 miliar USDC karena sebagian aset cadangan USDC disimpan di bank itu.
Circle, penerbit USDC, menyebutkan bahwa 3,3 miliar dollar AS , atau sekitar 8,2 persen dari total cadangan USDC disimpan di SVB. Akan tetapi, kecemasan itu tidak lama setelah Circle kemudian mengumumkan bahwa risiko kehilangan aset cadangan tidak perlu dicemaskan lagi karena dana tersedia beberapa hari kemudian. Meski demikian, kasus ini tetap menyiratkan kelemahan dalam koin stabil, yaitu tentang penyimpanan aset cadangan.
Meski demikian, upaya untuk membangun koin stabil tidak musnah. Berbagai cara dilakukan. Alasannya, di salah satu laman disebutkan, meningkatnya adopsi koin stabil dapat membantu memopulerkan penggunaan aset kripto sebagai media pertukaran untuk transaksi keuangan sehari-hari. Intinya, aset kripto kelak bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Penggunan itu kelak untuk perdagangan barang dan jasa melalui jaringan rantai blok, solusi asuransi terdesentralisasi, kontrak derivatif, aplikasi keuangan, seperti pinjaman konsumen, dan pasar prediksi.
Kembali ke keputusan Otoritas Moneter Singapura (MAS). Saat otoritas masuk wilayah aset kripto, kepastian semakin terang. Dalam lamannya, mereka mengumumkan fitur kerangka peraturan baru yang berupaya memastikan stabilitas nilai tingkat tinggi untuk koin stabil yang diatur di Singapura. Kerangka peraturan mempertimbangkan umpan balik yang diterima setelah konsultasi publik Oktober 2022. Mereka menyebut, koin stabil adalah token pembayaran digital yang dirancang untuk mempertahankan nilai konstan terhadap satu atau lebih mata uang fiat tertentu.
Ketika diatur dengan baik untuk menjaga stabilitas nilai tersebut, koin stabil dapat berfungsi sebagai media pertukaran tepercaya untuk mendukung inovasi, termasuk pembelian dan penjualan aset digital ”on chain” atau yang menggunakan teknologi rantai blok (blockchain).
Kerangka peraturan koin stabil MAS akan berlaku untuk satu mata uang koin stabil dipatok ke dollar Singapura atau mata uang G10 apa pun yang diterbitkan di Singapura. Penerbit koin stabil tersebut harus memenuhi persyaratan utama terkait dengan menjaga stabilitas nilai dengan memiliki aset cadangan yang akan tunduk pada persyaratan yang berkaitan dengan komposisi, penilaian, penjagaan, dan auditnya, untuk memberikan tingkat jaminan stabilitas nilai yang tinggi. Mereka harus harus mempertahankan modal dasar minimum dan aset likuid untuk mengurangi risiko kebangkrutan dan memungkinkan penghentian bisnis secara tertib jika diperlukan.
Bila terjadi penebusan aset, mereka harus mengembalikan nilai nominal koin stabil kepada pemegangnya dalam waktu lima hari kerja sejak permintaan penebusan. Penerbit koin stabil harus memberikan pengungkapan yang sesuai kepada pengguna, termasuk informasi tentang mekanisme stabilisasi nilai koin stabil, hak pemegang, serta hasil audit aset cadangan.
Deputy Managing Director MAS Ho Hern Shin mengatakan, ”Kerangka peraturan koin stabil MAS bertujuan untuk memfasilitasi penggunaan koin stabil sebagai media pertukaran digital yang kredibel, dan sebagai jembatan antara fiat dan ekosistem aset digital. Kami mendorong penerbit yang ingin koin stabil mereka diakui sebagai ’koin stabil teregulasi MAS’ untuk melakukan persiapan awal untuk kepatuhan.”
Apa yang akan terjadi setelah aturan ini muncul? Singapura mungkin akan menjadi negara pertama di mana aset kripto, terutama yang berupa koin stabil, digunakan untuk berbagai keperluan ekonomi sejauh aktivitas itu bersifat ”on chain”. Selama ini mereka sangat ketat mengawasi penggunaan aset kripto dalam bisnis. Keputusan ini akan memperkuat Singapura sebagai negara dengan inovasi finansial yang maju. Mereka tentu telah mempersiapkan berbagai hal agar risiko bisa tertangani dengan baik. Keputusan ini termasuk berani di tengah kebingungan orang dalam berinvestasi di aset kripto. Apalagi selama ini banyak pihak pesimistis dengan regulasi koin stabil.
Aset kripto yang tidak berupa koin stabil mungkin tidak lagi bergerak terlalu liar. Mereka setidaknya sudah mulai menengok apa yang terjadi dengan koin yang teregulasi. Investasi aset kripto akan makin menarik karena investor tidak perlu lagi panik setiap saat karena selama ini nilai aset kripto bisa jungkir balik tanpa bisa diduga. Aturan seperti di Singapura menjadi jalan tengah antara dunia aset kripto yang liar dan kebutuhan publik terhadap kepastian dan keamanan investasi mereka. Di sisi lain, koin stabil mengakomodasi perkembangan teknologi yang tidak bisa ditolak lagi. Perkembangan teknologi itu sendiri akan mengubah lanskap industri finansial tradisional.