Sebagian orang yang disebut sukarelawan lebih sering menunjukkan kemarahan. Malah ada yang melakukan sesuatu karena mengharapkan imbalan. Rada aneh mengingat sukarelawan mestinya dilakukan dengan ”suka” dan ”rela”.
Oleh
Kris R Mada
·2 menit baca
Setidaknya ada dua persoalan pokok soal sukarelawan saat ini. Pertama, penulisannya kerap kali tidak baku. Kedua, maknanya kerap kali diperdebatkan dan sering pula tidak selalu cocok sesuai dengan yang tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Untuk persoalan pertama, jamak ditemui di berbagai kesempatan dan tempat. Relawan adalah bentuk tidak baku dari sukarelawan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, versi buku ataupun digital, sama-sama mencatat sukarelawan sebagai bentuk baku, sedangkan relawan dicatat sebagai bentuk tidak baku.
Meski jelas tidak baku, kata relawan paling kerap dipakai. Terlebih menjelang pemilu seperti sekarang. Beberapa partai politik dan bakal calon peserta pemilu membentuk kelompok yang disebut kumpulan relawan. Kelompok itu tidak disebut kumpulan sukarelawan. Nasib sukarelawan sama dengan nasib beberapa kata baku lain dalam bahasa Indonesia, kurang dikenal dan jarang dipakai.
Mumpung musim kampanye belum mencapai puncaknya, mungkin para calon peserta pemilu mau mempertimbangkan penggunaan sukarelawan alih-alih relawan. Bukankah para calon peserta pemilu itu ramai-ramai berjanji memperbaiki Indonesia?
Perwujudan janji itu bisa dimulai dengan meninggalkan penggunaan istilah yang tidak baku pada masa kampanye. Cara ini praktis tidak membutuhkan biaya. Jika cara gratis ini pun tidak mau dilakukan, sepertinya akan sulit menganggap serius janji kampanye yang pewujudannya membutuhkan biaya.
Persoalan kedua dari sukarelawan adalah maknanya. Sukarelawan berakar dari kata suka dan rela. Dengan demikian, orang yang disebut sukarelawan adalah orang yang suka dan rela melakukan sesuatu. Ia suka melakukan itu, tidak ada yang memaksanya.
Membawa kesenangan
Dalam Kamus Besar, suka tidak hanya bermakna ’tanpa paksaan’. Suka juga dapat berarti ’senang’. Dapat pula berarti ’menyayangi sesuatu atau seseorang’. Suka juga dapat dimaknai ’kerap kali’.
Karena itu, menjadi sukarelawan seharusnya membawa kegembiraan dan kesenangan. Sayangnya, sekali lagi dalam konteks politik, sebagian orang yang disebut sukarelawan lebih sering menunjukkan kemarahan. Wujudnya berupa memaki atau berkata kasar soal kelompok lain.
Memang, cara orang bersenang-senang bisa berbeda. Ada orang yang senang jika melihat orang lain susah. Dalam bahasa Jerman, kondisi seperti itu disebut schadenfreude. Dalam bahasa gaul saat ini, orang seperti itu disebut julid.
Makna lanjutan dari suka adalah ’mau’, ’sudi’, ’rela’. Adapun makna rela adalah ’melakukan sesuatu tanpa pamrih atau tidak mengharapkan imbalan’.
Sekali lagi, makna ini kadang tidak dijumpai pada sukarelawan. Alih-alih melakukan sesuatu karena senang dan tidak mengharapkan pamrih, sebagian orang malah melakukan sesuatu karena mengharapkan imbalan.
Kelompok sukarelawan dibentuk sebagai cara menaikkan daya tawar atas target imbalan yang diinginkan. Semakin besar kelompoknya, semakin besar imbalan yang diharapkan. Bentuknya bisa jadi jabatan tinggi di berbagai lembaga. Pahala yang diharapkan dapat pula berupa proyek yang didanai lembaga negara atau lembaga milik negara.
Sukarelawan akan tetapi mengharapkan imbalan? Ada dan banyak.