Konsumsi makanan sehat di masyarakat kita masih cukup baik. Namun, jika dibiarkan, kecenderungannya akan menjurus ke konsumsi gula, garam, dan lemak serta kalori yang tinggi.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·6 menit baca
Dulu saya menyangka makanan masa depan akan berupa tablet. Cukup ditelan tiga kali sehari dan semua kebutuhan gizi kita terpenuhi. Namun, melihat kecenderungan kuliner yang ada sekarang ini, rasanya tak akan menuju ke arah satu tablet, tetapi akan kembali ke makanan berbasis tanaman. Masalah pangan merupakan kekhawatiran sebagian besar masyarakat di tahun 2023. Menjelang akhir tahun, harga lauk-pauk mulai merambat naik.
Para pakar ekonomi meramalkan pada tahun 2023 energi dan bahan pangan masih akan menjadi isu utama. Jika ekonomi dunia mengalami resesi, perang Rusia-Ukraina tak berhenti, bahkan ketegangan di Asia Timur antara China dan Taiwan juga meningkat, akan semakin banyak masyarakat yang kesulitan menyediakan makanan untuk keluarga mereka.
Meski harga pangan mahal bagi sebagian masyarakat Indonesia, kita dengan mudah dapat menemukan bahan makanan serta makanan sudah jadi di mana-mana. Kita tak perlu antre dan makanan apa pun yang kita ingin tersedia. Harga mungkin merupakan suatu tantangan.
Jika pada G20 Indonesia telah memperlihatkan kepedulian yang besar pada masalah pengurangan emisi karbon dan lingkungan hidup, sudah sewajarnya negeri kita juga memperlihat kepedulian yang nyata pada makanan sehat.
Media elektronik sering menyajikan acara makan enak. Berbagai menu baru dan yang digemari masyarakat ditayangkan. Para influencer (pemengaruh) juga mempertunjukkan kelezatan makanan tersebut. Kita semua terpengaruh dan ingin mencoba. Kelezatan makanan masih merupakan daya tarik utama dalam menentukan pilihan makanan.
Dulu Prof Poorwo Soedarmo memopulerkan semboyan empat sehat lima sempurna. Prof Poorwo Soedarmo mengajarkan kepada kita tentang jenis makanan yang diperlukan tubuh kita, empat sehat dan akan lebih sempurna jika ditambah susu.
Sekarang Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan pedoman makanan yang sehat, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai kalorinya dengan kebutuhan tubuh kita. Kita diperkenalkan pada piring sehat yang sebagian besar berisi sayur dan buah, baru kemudian lauk dan makanan pokok (nasi).
Jumlah nasi yang dimakan generasi sekarang tampaknya sudah jauh berkurang dibandingkan dengan generasi terdahulu. Generasi sekarang cenderung mengonsumsi lebih banyak protein dan lemak. Bahkan, sudah ada pula kelompok yang makanannya mengandung amat sedikit karbohidrat. Pada umumnya kelompok yang menghindari karbohidrat ini adalah mereka yang ingin menurunkan berat badan dengan cepat.
Saya sebagai anggota masyarakat merasa agak bingung dengan perkembangan makanan dewasa ini. Tayangan makanan lezat (tetapi tak sehat) secara bebas dipertontonkan. Bahkan, ada iklan makan lemak boleh saja asalkan setelah itu minum obat penurun kadar lemak.
Mohon pendapat Dokter bagaimana sebenarnya makanan sehat yang dianjurkan profesi kesehatan. Apakah semua pihak sudah berusaha untuk mendorong masyarakat agar menuju makanan yang sehat? Kapan pemerintah (Badan Pengawas Obat dan Makanan/BPOM) akan mewajibkan pemberian label makanan di restoran dan warung makan agar melindungi masyarakat dari konsumsi gula, garam, lemak, dan kalori yang berlebihan?
Semoga negara kita tak terlambat memopulerkan makanan sehat ini sehingga kita tak perlu terlanjur punya pola makan yang tidak sehat. Tentu akan sulit bagi masyarakat terutama generasi muda untuk mengubah pola makan jika sejak kecil tak dikenalkan dengan pola makan sehat dan makanan yang digolongkan makan sehat. Terima kasih atas penjelasan Dokter.
Z di J
Anda benar, negara kita punya kesempatan baik untuk mengajak masyarakat melaksanakan pola makan sehat serta mengonsumsi makanan sehat. Jika dibandingkan dengan negara maju yang penggunaan lemak dan proteinnya sudah amat tinggi, kita masih berada pada penggunaan lemak dan protein yang benar. Konsumsi karbohidrat masih tinggi. Ini tentu perlu disepakati apakah kita akan tetap menggunakan karbohidrat sampai 70 persen total kalori kita atau hanya cukup 50 persen saja.
Di warteg, porsi sepiring nasi masih amat banyak. Di rumah makan padang, jika membeli nasi bungkus, porsi nasinya juga besar sekali. Mungkin kita memerlukan pedoman berapa porsi nasi (karbohidrat) orang dewasa Indonesia sehat sekarang ini.
Makanan lezat dan makanan sehat
Anda benar, sekarang kita banyak disuguhi iklan dan anjuran tentang makanan lezat tetapi kurang mempertimbangkan aspek kesehatan. Makanan yang diiklankan kebanyakan masih mengandung garam dan gula yang tinggi, juga kadar lemaknya tinggi. Sebagian besar masyarakat kita sudah mengalami obesitas. Prevalensi obesitas di negeri kita terus bertambah padahal kita mengetahui obesitas dikaitkan dengan risiko berbagai penyakit serius.
Sudah waktunya kita semua peduli pada makanan sehat. Pemerintah telah membuat panduan. Panduan ini perlu disebarluaskan dengan merata. Seperti iklan rokok, maka tayangan makanan lezat namun kurang sehat harus dikurangi. Sekurangnya tayangan tersebut perlu disertai informasi bahwa makanan tersebut mengandung gula, garam, atau lemak yang berlebih dan memengaruhi kesehatan kita jika dikonsumsi terus-menerus.
Restoran juga perlu membantu konsumennya untuk memilih makanan yang sehat. Jumlah kalori serta komposisi karbohidrat, lemak, dan protein suatu menu mungkin sudah waktunya dicantumkan. Akan lebih baik lagi jika restoran yang ada sekarang punya konter atau gerai makanan sehat. Konsumen punya pilihan untuk memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan kesehatannya.
Memang benar, tampaknya makanan di masa depan akan lebih banyak berbasis tanaman. Panel ahli makanan di dunia juga sudah merekomendasikan agar kita lebih banyak mengonsumsi makanan yang berbasis tanaman. Makanan ini tetap mengandung protein dan lemak yang dibutuhkan tubuh kita. Makanan yang berbasis hewani akan semakin dikurangi dan ini dapat menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi emisi karbon.
Melihat kemajuan industri kuliner di negeri kita yang tumbuh dengan amat cepat, kepedulian Anda pada makanan sehat harus digaungkan. Bukan hanya pemerintah, melainkan juga organisasi profesi kesehatan serta lembaga swadaya masyarakat perlu mengajak masyarakat untuk memilih makanan sehat serta mengamalkan pola makan yang sehat.
Kesibukan di luar rumah sering kali memaksa kita untuk makan siang dan makan malam di restoran. Karena itu, peran serta restoran dan warung makan dalam membina kebiasaan makan yang sehat perlu ditingkatkan secara nyata. Konsumen hendaknya memilih restoran bukan saja karena masakannya lezat, melainkan juga memenuhi persyaratan kesehatan.
Peran media massa dan juga media sosial amat penting. Kebiasaan kita sehari-hari banyak dipengaruhi oleh media sosial. Media sosial perlu kita ajak agar dapat memengaruhi masyarakat dalam memilih makanan yang sehat dan menerapkan pola makan sehat.
Sebenarnya masyarakat global berharap Indonesia dan India dapat menjadi pelopor dalam memasyarakatkan makanan sehat di negerinya. Jika pada G20 Indonesia telah memperlihatkan kepedulian yang besar pada masalah pengurangan emisi karbon dan lingkungan hidup, sudah sewajarnya negeri kita juga memperlihat kepedulian yang nyata pada makanan sehat.
Konsumsi makanan sehat di masyarakat kita masih cukup baik. Namun, jika dibiarkan, kecenderungannya akan menjurus ke konsumsi gula, garam, dan lemak serta kalori yang tinggi. Semoga kita tak terlambat menjaga dan mewujudkan makanan sehat bagi masyarakat kita. Semoga Anda sekeluarga sehat selalu.