Isi Piringku Bukan Isi Piringmu
Meski makan dengan menu yang sama, porsi makan untuk anak, ibu, ayah, kakek, serta nenek dalam satu keluarga akan berbeda. Untuk itu, ”Isi Piringku” pada setiap tahapan usia akan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Setiap usia memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda. Meski menu makanan yang disantap antara anak balita dan orangtua sama, porsi pada setiap jenis makanan akan berbeda.
Karena itulah, makanan mengandung protein hewani akan lebih banyak dibutuhkan oleh anak dibandingkan usia dewasa. Sebaliknya, makanan yang mengandung serat, seperti buah dan sayur, akan lebih banyak dibutuhkan oleh usia dewasa dibandingkan anak. Hal ini yang membuat ”isi piringku” untuk setiap tahapan kehidupan menjadi berbeda.
Jika dulu, masyarakat lebih akrab dengan slogan empat sehat lima sempurna kini slogan tersebut diperbaiki menjadi ”Isi Piringku”. Dalam kampanye isi piringku, masyarakat tidak hanya diajak mengenal jenis makanan yang harus disantap, tetapi juga persentase porsi jenis makanan yang dikonsumsi.
Secara umum, sepertiga dari isi piringku terdiri atas makanan pokok, seperti nasi dan jagung, kemudian sepertiga bagian lain terdiri atas sayuran, seperenam bagian terdiri atas buah, dan sisanya lauk-pauk yang mengandung protein. Dalam kampanye isi piringku disertai pula dengan pilar lainnya dalam pemenuhan gizi seimbang, yakni membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak, beraktivitas fisik minimal 30 menit sehari, minum air minimal delapan gelas, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Staf Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) Rina Agustina, Senin (17/10/2022), mengatakan, konsep isi piringku yang telah disebutkan tersebut untuk usia dewasa. Porsi untuk jenis makanan pada bayi, anak balita, remaja, dan lansia akan berbeda.
Gizi seimbang pada anak hingga lansia tidak bisa disamakan. “Setiap usia memiliki kebutuhan makanan yang berbeda sesuai dengan tumbuh kembangnya,” katanya.
Baca juga: Biasakan Konsumsi Gizi Seimbang pada Anak sejak Dini
Sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014, telah dijabarkan mengenai panduan pemenuhan gizi masyarakat. Untuk bayi usia 0-6 bulan, kebutuhan gizi cukup hanya dari ASI atau air susu ibu.
ASI merupakan makanan terbaik. Semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi usia 0-6 bulan bisa terpenuhi dari ASI. Pemberian kolostrum yang keluar saat bayi baru lahir juga sangat penting sebagai antibodi.
Setiap usia memiliki kebutuhan makanan yang berbeda sesuai dengan tumbuh kembangnya. (Rina Agustina)
Selanjutnya, pada bayi usia 6-24 bulan. Kebutuhan gizi yang semakin meningkat tidak lagi bisa diperoleh dari ASI saja sehingga membutuhkan makanan pendamping ASI (MPASI). Pada usia 6-8 bulan, ASI memberikan sekitar tiga perempat dari kebutuhan energi anak sehingga sisanya harus dipenuhi dari makanan pendamping ASI.
Jumlah itu semakin menurun pada usia berikutnya. Usia 9-12 bulan, ASI hanya memberikan sekitar setengah kebutuhan energi dan pada usia 12-23 bulan, ASI memberikan sekitar sepertiga dari kebutuhan energi sehingga sebagian besar harus dipenuhi dari MPASI.
Baca juga: Pastikan Tumbuh Kembang Anak Anda Tercukupi Protein Hewani
Untuk porsi makan pada usia 6-24 bulan, sebanyak 35 persen dari porsi setiap makan dalam “Isi Piringku” merupakan makanan pokok, 25 persen terdiri dari sayur dan buah, 10 persen terdiri dari protein nabati atau kacang-kacangan, serta 30 persen terdiri dari protein hewani seperti daging sapi, ayam, ikan, dan telur.
Jumlah itu berbeda pada anak usia balita 2-5 tahun. Sebanyak 35 persen porsi dalam “Isi Piringku” terdiri atas makanan pokok, seperti nasi, kentang, singkong, sagu, dan ubi. Selain itu, sebanyak 30 persen terdiri dari sayur dan buah, serta 35 persen terdiri atas lauk-pauk, baik yang mengandung protein hewani maupun protein nabati.
Pada usia anak 6-9 tahun, persentase tersebut tidak jauh berbeda. Namun, kebutuhan gizi pada usia ini cenderung mulai meningkat secara bermakna seiring dengan peningkatan aktivitas yang dijalankan. Makanan selingan juga bisa diberikan sebagai tambahan energi.
”Pada remaja yang perlu diperhatikan adalah konsumsi asupan kalsium karena terjadi pertumbuhan tulang yang luar biasa. Selain itu, perlu diperhatikan juga asupan vitamin A, yodium, zat besi, dan zink,” kata Rina.
Ia menambahkan, khusus pada remaja putri, pemenuhan zat besi amat penting. Remaja putri yang kurang zat besi akan rentan mengalami anemia. Dampaknya bisa berlanjut saat ia hamil dan melahirkan. Berbagai risiko bisa terjadi, antara lain, anak yang lahir akan mengalami kekurangan gizi hingga tengkes (stunting).
Rina mengatakan, pemenuhan gizi seimbang pun akan berbeda pada kelompok lansia. Protein pada lansia juga perlu ditingkatkan, tetapi disarankan untuk menghindari protein yang berasal dari daging tinggi lemak. ”Protein yang dikonsumsi sebaiknya lean meat (tanpa lemak), seperti dada ayam atau tahu dan tempe,” ucapnya.
Ibu hamil dan menyusui
Fasilitator kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTIK) Kementerian Kesehatan, Dian Anggorowati menuturkan, kebutuhan gizi seimbang juga berbeda pada ibu hamil dan menyusui. Pada ibu hamil pun berbeda pada setiap trimester kehamilan.
Baca juga: Makanan Bergizi Tak Melulu Sayur dan Buah
Pada trimester pertama, biasanya napsu makan ibu akan berkurang karena mual dan muntah. Untuk itu, porsi makan akan lebih sedikit tetapi sering. Makanan yang dikonsumsi pun sebaiknya makanan segar, seperti jus buah, roti panggang, dan buah segar, sesuai pada pedoman gizi seimbang. Tambahan energi pada ibu hamil trimester pertama, yakni sekitar 180 kalori per hari.
Sementara pada trimester kedua, kebutuhan energi harian akan bertambah sekitar 300 kalori. Makanan harus cukup energi, protein, vitamin, dan mineral. ”Untuk trimester ketiga janin sudah berkembang pesat dan umumnya nafsu makan ibu sangat baik. Namun, perlu diperhatikan agar ibu tidak makan berlebihan, mengurangi makanan manis dan berminyak, serta meningkatkan konsumsi protein hewani, vitamin, dan mineral,” kata Dian.
Ia mengatakan, kebutuhan kalori pada ibu hamil bisa berbeda tergantung pada status gizinya.Ibu hamil harus mengonsumsi tablet tambah darah minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Setelah melahirkan dan menyusui, porsi makan ibu akan menyesuaikan. Anjuran jumlah porsi makan dan minum pada ibu menyusui dalam sehari adalah enam porsi makanan pokok dengan setiap porsi terdiri dari 100 gram makanan pokok, 4 porsi protein hewani, 4 porsi protein nabati, 4 porsi sayuran, 4 porsi buah, dan 6 porsi minyak atau lemak.
Minyak atau lemak ini termasuk santan, mentega, kemiri, atau sumber lemak lainnya yang digunakan dalam pengolahan. Umumnya, ibu menyusui membutuhkan tambahan energi sekitar 300-400 kalori.
”Dalam gizi seimbang penting pula untuk memastikan konsumsi aneka ragam jenis makanan. Protein tidak hanya telur, tetapi juga ada ikan, susu, dan daging. Begitu pula dengan asupan zat besi, vitamin, kalsium, yodium, dan asam folat,” kata Dian.