Pasar bereaksi lebih kejam lagi. Mereka menghukum dengan memberi sentimen buruk terhadap harga saham salah satu andalannya yaitu Tesla
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. CEO Tesla dan pemilik Twitter mengingkari pepatah ini. Ia terus menambah musuh. Bukan hanya kompetitor bisnis saja yang menjadi musuh, tetapi juga otoritas, karyawan, dan publik. Gaya eksentriknya kali ini sepertinya bukan lagi simbol kreatif tetapi awal dari pamornya yang bakal redup.
Beberapa hari lalu ia membuat jajak pendapat tentang dirinya melalui Twitter. Aljazeera melaporkan, pengguna Twitter telah memberikan suara yang luar biasa untuk memberi “hukuman” pada Elon Musk tentang kemungkinan posisinya sebagai CEO platform media sosial tersebut.
Sebagai reaksi atas perubahan kebijakan terbaru perusahaan, 57,5 persen dari 17,5 juta suara yang diberikan adalah untuk “ya’ agar Musk turun dari jabatan CEO sementara 42,5 persen menentang gagasan Musk untuk mengundurkan diri dari jabatan itu menurut jajak pendapat yang diluncurkan miliarder itu pada Minggu malam.
Reaksi publik tersebut merupakan salah satu dari reaksi terhadap Elon Musk. Pasar bereaksi lebih kejam lagi. Mereka menghukum dengan memberi sentimen buruk terhadap harga saham salah satu andalannya yaitu Tesla.
CNN melaporkan, manajemen Twitter dan Elon Musk yang membuat pelarangan terhadap banyak jurnalis telah “merusak parah” sentimen pasar di sekitar saham Tesla. Seorang analis Wall Street memperingatkan pada hari Senin bahwa, langkah-langkah mereka berisiko memicu reaksi balik dari para pengiklan dan konsumen di Twitter hingga berdampak pula ke saham Tesla.
Oppenheimer & Co telah menurunkan peringkat saham Tesla. Mereka melihat risiko yang ditimbulkan akibat ulah Musk dan manajemen Twitter yang bakal merembet ke bisnis Tesla. Ada dampak serius apa yang dilakukan Musk di Twitter terhadap perusahaan otomotif itu. Mereka langsung membuat antisipasi.
“Kami yakin Musk semakin terisolasi sebagai pengelola Twitter dengan para penggunanya di platform tersebut. Kami melihat potensi respons balik yang negatif berupa kepergian para pengiklan dan pengguna Twitter, ” tulis analis Oppenheimer Colin Rusch kepada klien.
Saham Tesla anjlok sekitar 58 persen sejak Musk mengungkapkan kabar kepemilikan sahamnya di Twitter. Saham Tesla kembali turun dalam perdagangan Senin pekan ini setelah Musk “iseng” melakukan jajak pendapat kepada pengguna tentang apakah dia harus berhenti sebagai CEO Twitter itu.
Ross Gerber, pemegang saham di Twitter dan Tesla, mengatakan pada akhir pekan bahwa dia berharap Musk bisa mendapatkan CEO Twitter selama kuartal pertama 2023. “Saya pikir itu adalah kepentingan terbaik bagi pemegang saham Tesla agar Elon kembali bekerja penuh waktu di Tesla,” kata Gerber melalui akun Twitter-nya.
Laman Marketwatch melaporkan, saham Tesla terus jungkir balik sejak Musk setuju untuk mengakuisisi Twitter senilai 44 miliar dollar AS awal tahun ini. Setelah berbagai drama, Musk akhirnya secara resmi menutup kesepakatan pembelian Twitter pada bulan Oktober. Musk tampaknya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berfokus pada layanan media sosial itu. Ia dilaporkan telah menarik sejumlah karyawan Tesla serta SpaceX dalam upaya untuk mengubah Twitter.
Colin Rusch mengatakan, ia sebenarnya mengabaikan apa yang terjadi di Twitter dan berusaha memisahkan masalah di media sosial itu dengan Tesla. Akan tetapi ternyata kedua masalah tersebut berkait dan tak mungkin tidak saling mempengaruhi.
“Sementara kami terus melihat Tesla mengembangkan mobil listrik dan teknologi otonom di antara para pemain dan mendorong biaya ke level yang sama dimana kini para pesaing tersebut berjuang untuk menyamainya. Di sisi lain kami telah mencoba memisahkan upaya Elon Musk di luar urusan Tesla baik secara pribadi maupun profesional. Dari analisis kami, kedua urusan tak bisa dipisahkan. Sekarang kami melihat, membuat pemisahan keduanya itu tidak dapat dipertahankan, ”kata Rusch.
Ia menambahkan, kombinasi dari kebutuhan uang tunai di Twitter yang tidak jelas dan pilihan yang minim bagi Musk untuk mendapatkan dana tunai sangat merepotkannya. Apalagi ditambah reaksi publik yang meluas karena penerapan standar yang tidak konsisten di dalam penggunaan Twitter, terutama membuat pelarangan terhadap jurnalis tertentu, mendorong ia lebih berhati-hati. “Semua ini mendorong kami memilih ke pinggir lapangan,” kata Rusch.
Musk makin menambah masalah karena berkonflik dengan karyawan. Setelah memecat ribuan karyawan Twitter tanpa alasan yang jelas, ia juga bermasalah dengan karyawan di perusahaan lainnya.
SpaceX telah memecat beberapa karyawan di balik kasus surat yang mengkritik perilaku Musk secara blak-blakan. “Sekelompok kecil” karyawan meminta tanda tangan kolega mereka untuk menunjukkan dukungan atas surat tersebut dan berpartisipasi dalam survei tentang bosnya itu.
Musk menghadapi serangan dari berbagai pihak. Sebelumnya ia telah menantang otoritas pasar saham (SEC) berkait dengan keputusan denda yang menimpanya. Musk sepertinya lebih banyak “menabung” musuh dan semua ini akan membebaninya dalam urusan bisnis. Investor juga mulai tak percaya dengan dirinya.
Sulit membayangkan Musk bisa keluar dari masalah ini. Kegilaannya sangat mungkin bakal berakhir. Namanya bakal redup. Urusan bisnis bukan urusan menambah musuh. Sebaliknya, mencari kawan sebanyak-banyaknya. Musk mungkin bakal menjadi ikon sejarah saja tetapi warisan berupa kelanggengan bisnisnya mungkin bakal nol.