Ketidakadilan yang memicu anarkisme. Adapun eko-anarkisme adalah gerakan yang menggabungkan cita-cita kebebasan dan keadilan yang tidak berhenti pada manusia saja, tetapi bermuara pada keberlanjutan lingkungan hidup.
Oleh
Saras Dewi
ยท4 menit baca
SALOMO TOBING
Saras Dewi
Apakah yang membuat anarkisme begitu memukau bagi para pengagumnya? Anarkisme sebagai pandangan politik, juga filsafat yang gagasannya tak putus-putusnya diperbincangkan serta digaungkan. Anarkisme adalah gagasan yang diabadikan dalam foklor urban, digoreskan di dinding jalanan sebagai cetusan politik. Anarkisme dipopulerkan dalam sinema, musik bawah tanah, hingga ruang diskusi intelektual diselingi secangkir kopi.
Anarkisme adalah idealisme yang bertempat di buku-buku yang dituding utopis, namun, pada momen krisis ia serasa nyata dan menggentarkan sebagai ekspresi politik. Meski demikian wajar saja orang merasa gerah dengan kata anarki, sebab sepanjang sejarah, kata itu dilekatkan secara sempit pada kekerasan dan kekacauan. Padahal, anarkisme lebih mendalam dari citra itu.
Pada tahun 2015, semasa saya menjadi kepala program studi Ilmu Filsafat UI, bekerja sama dengan penerbit Marjinkiri, kami mengundang Benedict Anderson, seorang pakar studi Indonesia dan sejarawan. Ia memberikan kuliah umum tentang anarkisme yang merupakan sebagian dari pembahasan bukunya yang berjudul Di Bawah Tiga Bendera Anarkisme Global dan Imajinasi Antikolonial.
Hari itu, ruangan auditorium dipadati oleh orang-orang, ratusan dari mereka tidak saja mahasiswa dari kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, UI, tetapi siapun yang mengikuti gagasan-gagasan Pak Ben (sebagaimana ia akrab dipanggil). Ia mengaitkan bukunya dengan pergolakan politik yang terjadi pada tahun itu, termasuk perlawanan masyarakat Hongkong terhadap pemerintah Tiongkok, yang dikenal sebagai revolusi payung.
Ia menegaskan bahwa ketidakadilan yang memicu anarkisme, ia menguraikan bahwa para anarkis adalah individu-individu yang mendambakan kebebasan dan kesetaraan. Benedict Anderson menjelaskan bahwa memang ada dua cara para anarkis menunjukkan perlawanannya, dengan cara damai dan tidak damai. Cara nirkekerasan tidak terlampau lazim diketahui, padahal menurutnya, mematahkan rantai kekerasan merupakan tindakan yang sangat radikal. Kuliah umum itu ramai dengan pertanyaan yang dijawab oleh Benedict Anderson secara sabar dan gembira.
Sebab, setelah sekian lama akhirnya ia melihat langsung geliat para pemuda-pemudi berdiskusi dengan kritis dan terbuka, termasuk mengkritik anarkisme itu sendiri. Selepas merampungkan acara, kami bersantap makan malam sambil melanjutkan obrolan. Saya dan Pak Ben berbagi sepiring karedok, sambil menikmati hidangan, saya tanyakan kepadanya, โPak Ben, saat ini isu apakah yang paling penting di Indonesia ?โ Tanpa ragu-ragu ia menjawab, โlingkungan hidup!โ
Eko-anarkisme adalah gerakan yang menggabungkan cita-cita kebebasan dan keadilan yang tidak berhenti pada manusia saja, tetapi bermuara pada keberlanjutan lingkungan hidup. Para eko-anarkis seperti Murray Bookchin, Jacques Ellul, juga Peter Kropotkin menekankan peran kerja sama antar individu untuk mengorganisir gerakan kepedulian demi menjaga lingkungan hidup.
Murray Bookchin berargumentasi bahwa dalam membongkar persoalan lingkungan, tidak dapat mengabaikan hierarki yang selama ini bertahan dalam sistem pengetahuan, sosial dan ekonomi kita. Seperti pandangan; bahwa manusia adalah yang superior, sementara alam seolah-olah ada di bawah manusia sebagai benda yang tersedia hanya untuk melayani kebutuhan manusia semata. Menghancurkan hierarki menjadi intisari gerakan eko-anarkis, mereka mengusulkan paradigma yang berlandaskan pada kepedulian, ketersalingan, keselamatan bersama dan cinta kasih.
Peter Kropotkin dan usulan politik etik saling membantu (mutual aid), atau kesukarelaan timbal balik adalah imajinasi seorang anarkis yang terinspirasi dari pola relasi antar makhluk hidup di dalam alam. Argumentasi utama Kropotkin adalah kehidupan sosial maupun ekologis kita sejatinya menunjukkan kekuatan kerja sama dibandingkan dengan cara kompetisi (sintasan yang paling layak). Kropotkin menafsirkan kembali teori evolusi Darwin dan membalikkan asumsi bahwa evolusi manusia didorong karena kompetisi sengit untuk mempertahankan diri. Berlawanan dengan hal itu, Kropotkin menyatakakan bahwa evolusi manusia sangat ditunjang oleh cara manusia melindungi sesamanya.
Dalam pengantar bukunya edisi tahun 1914, Kropotkin mengungkapkan kerisauannya melihat perang dunia I yang sedang bergulir. Ia melancarkan kritik yang keras terhadap anggapan yang sembrono; bahwa perang di Eropa tersebut adalah kewajaran karena insting sosial manusia adalah membunuh dan bersaing. Ia menuduh hasutan sekelompok penguasa yang memperuncing kondisi dengan kecurigaan dan kebencian. Sedangkan, masyarakat yang suaranya tidak bertempat di mana pun, harus menanggung kesengsaraan peperangan itu.
Satu hal lagi yang ingin saya sampaikan dalam esai ini, pengamatan saya tentang korelasi gerakan anarki dan teknologi digital. Meski rawan kebisingan serta manipulasi pendengung, ruang digital beserta platform-platformnya perlu dipertahankan sebagai bentuk instrumen yang efektif bagi warganet untuk menyampaikan ekspresi dan menunjukkan solidaritas. Tentu, kehadiran teknologi digital perlu dipahami secara kritis, dan hendaknya tidak begitu saja dimaknai sebagai tujuan akhir suatu gerakan sosial. Sehingga, perubahan sosial dalam konteks ini adalah peristiwa urun daya masyarakat melalui dalam dan luar jejaring.
Pembangkangan siber yang belakangan ini terjadi, bagaimana peretas membantu perjuangan masyarakat sipil di Iran, atau upaya menyibak kekerasan yang terjadi di Ukraina oleh militer Rusia, adalah contoh-contoh keterhubungan antara anarkisme dan sibernetika. Sibernetik dalam hal ini diartikan sebagai partisipasi individu mengelola dirinya sendiri secara otonom bekerja sama dengan individu lainnya.
Anarki melalui perspektif ini, adalah politik orang biasa, politik tindakan sehari-hari. Kelaliman ditantang oleh individu-individu yang tidak selalu memiliki posisi awal kuasa yang besar, namun melalui solidaritas, tekanan itu akan berlipat ganda. Sehingga, politik tidak saja kepentingan para titan, tetapi politik berkembang merambat-rambat dari pinggiran dalam wujud kepedulian dan tolong-menolong.