logo Kompas.id
OpiniArdanariswari
Iklan

Ardanariswari

Jejak sastra, foklor, dan artefak kita berlimpah menceritakan citra serta keberadaan kelompok transjender yang mengisi dan menginspirasi peradaban. Imaji tentang penyatuan unsur feminin dan maskulin ada dalam Siwaisme.

Oleh
Saras Dewi
· 4 menit baca
Saras Dewi
SALOMO TOBING

Saras Dewi

Kekerasan dan diskriminasi tidak kunjung usai membayangi keberadaan komunitas yang menampilkan keanekaragaman ekspresi jender. Seolah-olah mereka selalu berdiri dalam penghakiman publik, diinterogasi, dicerca, dan dipertanyakan: apakah identitas jendernya lelaki atau perempuan?

Kejadian yang dilalui seorang mahasiswa di Makassar yang menyatakan dirinya nonbiner memantik berbagai tanggapan di masyarakat. Sebagian mengutuk, namun ada pula yang menunjukkan dukungan. Saya mengingat kembali keunikan keragaman jender dalam masyarakat Bugis beserta dengan filosofi ataupun tradisi yang melekat dalam lima ragam jender tersebut. Sosok bissu dipandang sebagai orang terpilih yang disucikan oleh para penghayatnya. Ciri metajender merupakan salah satu keistimewaan seorang bissu, seiringan dengan itu mereka pun diyakini memiliki kekuatan gaib untuk menjadi penghubung dengan alam roh.

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000