Motivasi dalam Pencapaian Tujuan
Setiap individu memiliki tujuan dalam hidupnya, baik jangka pendek maupun panjang. Kita bisa mengalami ada tujuan yang sangat sulit dicapai. Selain motivasi, adakah faktor lain yang juga berperan dalam mencapainya?
Motivasi adalah kata yang berasal dari kata motive yang berarti ’kebutuhan’, ’keinginan’, atau ’dorongan’ dalam diri individu. Seperti dikatakan Baumeister (2016), definisi motivasi yang paling sederhana bermuara pada keinginan (wanting). Kita menginginkan pencapaian suatu tujuan dalam kehidupan.
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
Kebanyakan dari kita sudah memahami bahwa untuk setiap perilaku tertentu, motivasi kita terbagi dalam dua kubu umum: ekstrinsik dan intrinsik.
Matt Johnson (2021), penulis, pembicara, sekaligus profesor bidang pendidikan berkelanjutan, mengatakan bahwa motivasi itu kompleks. Katakanlah, kita pergi lari pagi ini. Mengapa kita melakukannya? Karena rasanya enak atau karena ingin sehat atau karena kita hanya pergi lari setiap pagi?
Motivasi intrinsik adalah dorongan yang datang murni dari dalam diri, tanpa imbalan eksternal yang nyata. Anda melakukannya karena itu secara inheren menyenangkan, bukan karena imbalan yang diantisipasi, batasan waktu, atau tekanan dari luar.
Orang yang secara intrinsik termotivasi untuk berlari melakukannya karena mereka hanya menyukai tindakan berlari itu sendiri. Rasanya seperti bagian penting dari identitas dirinya, dia menyukai tindakan itu sendiri, terlepas dari apa pun yang bisa terjadi. Motivasi intrinsik sangat baik untuk pencapaian tujuan. Dalam berbagai bidang, benar-benar mencintai perilaku itu akan membuat kita mudah mencapai tujuan dan terus maju.
Baca juga : Invalidasi Emosional
Namun, tentu saja, itu tidak selalu terjadi dengan semua yang kita lakukan. Kita mungkin tidak menyukai pekerjaan kita, tetapi kita tetap pergi bekerja; kita mungkin tidak suka berlari, tetapi kita melakukannya setiap pagi. Di sinilah motivasi ekstrinsik masuk.
Ketika Anda termotivasi secara ekstrinsik, Anda melakukan perilaku untuk mendapatkan imbalan eksternal. Jika Anda bukan penggemar bidang kerja Anda, Anda masih butuh dibayar dan gaji berfungsi sebagai motivasi ekstrinsik. Penelitian menunjukkan, tidak mudah mempertahankan kinerja dengan mengembangkan motivasi yang ekstrinsik.
Adakah penjelasan lain yang dapat lebih memperjelas mengapa satu tujuan lebih mudah atau lebih sulit dicapai?
Motivasi keinginan, motivasi wajib, dan pengendalian diri.
Arash Emamzadeh (2022), ahli dalam bidang psikologi klinis dan neuropsikologi di Amerika Serikat, membahas penelitian dari Leduc-Cummings dan kolaboratornya yang diterbitkan dalam Journal of Research in Personality edisi Agustus 2022. Ia mengutarakan konsep yang agak berbeda, yaitu motivasi keinginan, motivasi wajib, dan pengendalian diri.
Leduc-Cummings menjelaskan bahwa bila seseorang mengejar tujuan yang mencerminkan minat, preferensi, keinginan, dan nilai mereka, berarti mereka memiliki motivasi keinginan. Contohnya, seseorang yang sangat tertarik untuk menjadi bugar kemungkinan akan memiliki motivasi keinginan yang tinggi untuk berolahraga, belajar tentang diet, dan suplemen.
Di lain waktu, orang mengejar tujuan karena tekanan dan harapan. Misalnya, jika seseorang tidak tertarik untuk menjadi bugar tetapi diberitahu bahwa dia harus menurunkan berat badan karena alasan kesehatan, maka dia memiliki motivasi wajib untuk berolahraga yang lebih besar daripada motivasi keinginan untuk melakukannya.
Baca juga : Psikologi Positif, Upaya Menuju Kebahagiaan
Pengendalian diri mengacu pada kapasitas untuk membawa respons seseorang sejalan dengan tujuan yang dihargai. Kontrol diri sering dikaitkan dengan disiplin, kemauan keras, dan kemampuan untuk tetap sabar serta menolak kesenangan jangka pendek untuk keuntungan jangka panjang.
Pertanyaannya adalah, apakah orang-orang yang memiliki pengendalian diri yang tinggi, pandai menahan godaan atau mereka mengalami lebih sedikit godaan sejak awal. Penelitian sebelumnya menunjukkan, banyak orang yang berhasil mengendalikan diri lebih mudah dalam pengaturan dirinya, yang berarti mereka menghadapi lebih sedikit godaan.
Pengendalian diri dan motivasi keinginan berkorelasi dengan kecenderungan memilih lingkungan dengan jumlah rintangan lebih sedikit dan dengan menempatkan lebih jauh jarak antara diri sendiri dan godaan
Kemungkinan, hal itu karena mereka memilih lingkungan yang relatif bebas hambatan atau memodifikasi pengaturan mereka untuk mengurangi gangguan atau tujuan yang bersaing (misalnya, mematikan telepon seluler ketika belajar). Atau, karena sejak awal mereka mempersepsi lebih sedikit kesulitan yang ada, misalnya seorang atlet tidak menganggap cuaca dingin sebagai penghalang untuk tetap berolahraga di luar ruangan.
Hasil riset Leduc-Cummings dkk., menunjukkan bahwa motivasi keinginan dan pengendalian diri terkait mereka yang mengatur lingkungan mereka sedemikian rupa. Hal tersebut mengurangi pengalaman rintangan.
Sementara motivasi wajib dikaitkan dengan menempatkan rintangan lebih dekat dengan diri sendiri. Misalnya, orang yang dipaksa untuk diet, mungkin secara otomatis dan tanpa niat sadar, telah meletakkan kantong keripik dan kue kering di rak bawah dapur, berarti makanan ringan yang tidak sehat ini berada dalam jangkauannya.
Lebih lanjut, ditemukan bahwa motivasi wajib dikaitkan dengan mempersepsi hambatan sebagai lebih bermasalah. Sementara pengendalian diri dikaitkan dengan mempersepsi hambatan sebagai kurang bermasalah.
Penelitian juga menyimpulkan pengendalian diri dan motivasi keinginan berkorelasi dengan kecenderungan memilih lingkungan dengan jumlah rintangan lebih sedikit dan dengan menempatkan lebih jauh jarak antara diri sendiri dan godaan. Misalnya, jika Anda ingin makan sehat, Anda cenderung tak akan melewati toko kue dalam perjalanan pulang kerja. Di rumah, Anda pun menempatkan makanan yang sehat lebih dekat sementara es krim disingkirkan jauh-jauh.
Sebaliknya, motivasi wajib berkorelasi dengan lingkungan dengan jumlah rintangan yang lebih besar atau dengan mengurangi jarak antara diri sendiri dengan rintangan. Sebagai ilustrasi, jika Anda membaca buku karena harus membacanya untuk ujian, Anda mungkin secara tidak sadar membacanya di dekat televisi yang menyala atau buku komik favorit.
Dalam jangka panjang, memiliki perasaan campur aduk dan ambivalensi terhadap suatu tujuan dapat memiliki konsekuensi negatif, yang mengarah pada lebih banyak sabotase diri dan bahkan terlepas dari tujuan.
Baca juga : Dukungan Tak Terlihat, Bergunakah?
Arash Emamzadeh menyimpulkan bahwa pengendalian diri yang efektif bukanlah tentang menolak godaan melainkan tentang mengurangi kemungkinan atau pengalaman akan godaan. Ini melibatkan penetapan tujuan yang lebih baik dan lebih otentik, mengembangkan kebiasaan sehat, dan menggunakan strategi situasional dan persepsi. Singkatnya, Anda dapat menggunakan tiga teknik untuk mencapai tujuan, berupa strategi tentang cara memotivasi diri sendiri untuk melakukan pekerjaan yang tidak Anda sukai, sebagai berikut:
Strategi pemilihan situasi. Contoh, berolahraga di tempat gimnasium daripada di rumah; menghindari lorong coklat di toko serba ada.
Strategi modifikasi situasi. Contohnya, menggunakan piring yang lebih kecil untuk makan lebih sedikit; memakai headphone peredam suara saat belajar di lingkungan yang bising.
Strategi modifikasi persepsi. Ini termasuk teknik yang melibatkan penyebaran atensi, penilaian kembali logika dan kognisi. Contohnya, melakukan perhatian penuh pada pernafasan (mindfulness) untuk mengurangi keinginan ngemil cokelat.
Salam semangat.