Akhir-akhir ini kata ”literasi” makin sering kita dengar/baca di media massa. Karena ”literat” tidak ada, maka perlu kita cari terjemahan dari kata sifat ”literate”.
Oleh
L WILARDJO
·2 menit baca
Dalam bahasa Inggris ada verba (kata kerja) tolerate. Nomina (kata benda)-nya juga ada, yakni toleration. Alih ejaan (transkripsi/transliterasi)-nya dalam bahasa Indonesia tidak ada.
Tolerat dan tolerasi tidak ada dalam bahasa Indonesia. Namun, terjemahan tolerate ada, yakni tenggang, yang juga merupakan kata kerja. Adapun adjektiva (kata sifat/keadaan) yang bersesuaian dengan kata kerja tolerate dalam bahasa Inggris ada, yakni tolerant.
Dari kata sifat ini dapat dibentuk kata bendanya, yakni tolerance. Namun, kata ini tidak ada atau—kalaupun ada—sangat jarang alias tidak lazim kita dengar. Namun, alih ejaannya dalam bahasa Indonesia ada, yakni toleransi. Kata tolerance dalam bahasa Inggris tidak ada atau—kalaupun ada—tidak lazim kita dengar. Akan tetapi, alih ejaannya dalam bahasa Indonesia ada, yakni toleransi.
Kata gaptek ini kurang spesifik karena tidak khusus merujuk ke ”perkomputeran/perdigitalan ”. Lebih baik kita pakai gapTIK atau buta TIK.
Belajar dari ”kesimpangsiuran” ini, kita dapat menggarap kata literate (kata sifat, Ing). Kata bendanya dalam bahasa Inggris ada, yakni literacy. Alih ejaan literacy ini dalam bahasa Indonesia ialah literasi, tetapi alih ejaan kata sifat literate (semestinya literat) tidak ada.
Akhir-akhir ini kata literasi semakin sering kita dengar/baca di media massa. Karena literat tidak ada, maka perlu kita cari terjemahan dari kata sifat literate.
Terjemahan darikosokbali (lawan kata)-nya literate, yakni illiterate, sejak dulu sudah ada dalam bahasa Indonesia, yakni buta huruf atau buta aksara. Kita juga tahu bahwa ada kata majemuk buta warna, buta politik, dan sebagainya. Maka literate dapat kita terjemahkan menjadi melek huruf.
Makna kata (il)literate dan (il)literacy dapat—dan sudah—diperluas ke bidang-bidang lain. Literasi sekarang lazim kita mengerti sebagai melek komputer atau melek digital.
Alih-alih memakai buta komputer atau buta digital sebagai kosokbalinya literasi, kita sering mendengar istilah gaptek (gagap teknologi). Akan tetapi, kata gaptek ini kurang spesifik karena tidak khusus merujuk ke ”perkomputeran/perdigitalan”. Lebih baik kita pakai gapTIK atau buta TIK.
TIK ialah singkatan (bukan akronim!) dari teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan padanan dari ICT (information and communication technology).
Beranjak dari gapTIK atau buta TIK, kita rekacipta kata majemuk melek TIK. Kata sifat melek TIK lebih spesifik dan lebih jelas—meskipun kurang ringkas—daripada literasi (apalagi kalau kata literasi ini dipakai sebagai kata sifat!).
Melek TIK itu ”TIK”-nya tidak kita baca sebagai wanda/suku kata (syllable) sebab ia singkatan, bukan akronim. TIK kita eja huruf demi huruf, seperti kita mengucapkan BAB (buang air besar).