Indonesia bersama negara-negara Asia Tenggara bukan baru kali ini menghadapi realitas persaingan kekuatan besar. Kebersamaan, dialog terus-menerus memberi dasar kuat mencegah persaingan menjadi perang terbuka.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Persaingan kekuatan besar merupakan realitas yang tak dapat diingkari. Persoalan sekarang ialah mengelola realitas itu agar tidak menjadi perang terbuka.
Persaingan Amerika Serikat (AS)-China menjadi isu utama dunia serta akan terus seperti itu hingga bertahun-tahun mendatang. Dampak persaingan mereka menyentuh sektor pertahanan, hubungan internasional, ekonomi, hingga teknologi. Asia-Pasifik menjadi medan persaingan tersebut.
Di tengah kondisi ini, Shangri-La Dialogue digelar International Institute for Strategic Studies (IISS) di Singapura, 10-12 Juni 2022. Menteri pertahanan negara-negara Asia memberikan pandangan mutakhir mengenai tantangan keamanan yang mau tak mau terkait persaingan AS-China.
Kita gembira karena pertemuan dihadiri tokoh penentu kebijakan politik luar negeri ataupun pertahanan negara. Menteri Pertahanan China Wei Fenghe hadir. Demikian pula Menhan AS Lloyd Austin. Ada Menhan Jepang Nobuo Kishi serta Menhan Indonesia Prabowo Subianto.
Kehadiran mereka memberikan petunjuk kuat, siapa pun mengedepankan dialog, mengutamakan pembicaraan damai. Tidak ada yang beritikad buruk menutup komunikasi. Sebaliknya, setiap pemimpin ingin komunikasi berjalan lancar guna menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan kalkulasi.
Austin menegaskan kebijakan luar negeri AS bahwa Asia merupakan medan penting persaingan dengan China. Washington fokus pada Asia. Ia juga menyoroti China yang dinilai provokatif dalam isu Taiwan. Namun, AS tetap tak mendukung kemerdekaan Taiwan. ”Kami telah menyaksikan peningkatan aktivitas militer (yang) provokatif dan tindakan destabilisasi di dekat Taiwan,” kata Austin, seperti dikutip Kompas, Minggu (12/6/2022).
Sebaliknya, Wei menuding Washington membuat panas Indo-Pasifik karena membentuk kelompok eksklusif negara pro-AS. Diingatkan pula oleh Wei, negaranya akan bertindak keras jika ada upaya mendukung kemerdekaan Taiwan sebab, bagi Beijing, wilayah tersebut merupakan bagian integral dari China.
Realitas ini harus kita hadapi bersama. Indonesia beserta ASEAN dan negara-negara Asia lain perlu bijak mengelolanya. Hal ini disampaikan pula oleh Prabowo dengan menyatakan, realitas persaingan kekuatan besar di Asia terjadi sejak lama. Bahkan, lebih kurang 50 tahun terakhir, Asia mampu menegakkan perdamaian di tengah persaingan kekuatan utama dengan caranya sendiri.
Negara-negara besar yang bersaing diyakininya memiliki moral dan tanggung jawab. Mereka terbukti bersahabat sejak lama dengan Indonesia, seperti AS yang pro-kemerdekaan Republik Indonesia serta China yang senasib seperjuangan dalam membendung intervensi asing di masa silam.
Upaya terus menjalin komunikasi krusial demi tegaknya perdamaian. Selain itu, Indonesia bersama negara-negara Asia Tenggara bukan baru kali ini menghadapi realitas persaingan kekuatan besar. Kebersamaan, dialog terus-menerus memberi dasar kuat mencegah persaingan menjadi perang terbuka.