Jangan terperdaya dengan orang yang memperdaya lewat nama besar. Amati karakter seseorang, apakah dia seorang penipu atau tidak.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Elizabeth Holmes bukan seorang pengusaha rintisan di bidang apa pun. Perempuan berusia 37 tahun dropped-out dari Stanford itu adalah seorang penipu sejati.
Lewat Theranos, yang berdiri pada 2003, Holmes melakukan penipuan sempurna. Ia menjanjikan alat tes darah canggih seukuran desktop. Rupanya hasil tes darah yang dikeluarkan Theranos menggunakan mesin buatan Siemens.
Erika Cheung, mantan petugas lab di Theranos, adalah si pembocor kebohongan Holmes. Tak banyak keterlibatan Holmes dalam tes darah yang dilakukan Theranos. Alat tes Theranos itu tidak memiliki kualifikasi. ”Holmes bukan perusahaan rintisan teknologi ala karya Silicon Valley,” demikian harian The New York Times edisi 4 Januari 2022.
Namun, Holmes, lewat Theranos, berhasil memiliki citra bagus sebagai pengusaha rintisan bidang teknologi. Ia sempat kuliah jurusan teknik kimia di Standford University. Theranos mencengangkan pemodal lewat citra itu dengan akumulasi dana investasi hingga 9 miliar dollar AS pada 2015.
Holmes berhasil memperdaya investor besar Warren Buffett yang turut menginvestasikan dana di Theranos. ”Sebab, pemodal fokus pada masa depan,” demikian Holmes suatu waktu.
”Akan tetapi, alumni Standford merasa tak beres dengan nama Holmes yang menjulang,” kata jebolan Standford tahun 2013, Jamaal Gleen, seperti dituliskan di situs Time, 4 Januari lalu.
Holmes memperdaya pemodal lewat nama yang duduk sebagai penasihat Theranos. Ada politisi dan mantan menteri, seperti George Shultz, William Perry, Sam Nunn, Henry Kissinger, dan Bill Frist. Ada petinggi militer, seperti Gary Roughead dan James Mattis (mantan Menteri Pertahanan).
Nama-nama yang tak paham dunia kesehatan ini mengundang antusiasme. ”Aku kira semua yang dikatakan Holmes benar,” demikian kesaksian Mattis dalam salah satu sidang atas Holmes yang berlangsung sejak September 2021.
Bukan hanya Mattis, seorang gubernur negara bagian seakan menjadi alat bagi Holmes untuk melejitkan pamor Holmes dan Theranos. Gubernur Negara Bagian Arizona Doug Ducey pernah gencar mempromosikan Theranos.
Pertanyaannya, mengapa kasus penipuan Holmes baru heboh sepanjang 2021, padahal harian The Wall Sreet Journal sudah menuliskan serangkaian analisis tentang potensi ketidakbenaran alat Theranos pada 16 Oktober 2015.
Nama besar memperdaya publik dan mungkin juga aparat negara. Kultur Silicon Valley yang kadang diwarnai kehadiran penipu, serta kerakusan dan hasrat investor yang ingin kaya cepat, membuat orang seperti Holmes mendapatkan tempat. Orang lupa akan sejarah penipuan dalam bisnis di Amerika Serikat (AS), yang dari dekade ke dekade selalu ada.
Jangan teperdaya dengan orang yang memperdaya lewat nama besar. Amati karakter seseorang, apakah dia seorang penipu atau tidak, demikian pesan seorang mantan agen FBI, Robin Dreeke. Tentu, bersandar dan percaya buta serta turut saja pada opini kapitalis juga hal tak bagus.