Di tengah kebutuhan pertahanan yang besar karena status Perang Korea yang belum berakhir permanen, Korea Selatan terus mengembangkan industri alutsista.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pengembangan persenjataan tak hanya terkait dengan perang dan perdamaian. Ada pula dimensi ekonomi di dalamnya. Semuanya saling berjalin.
Dulu belum diperlukan rudal yang melaju lebih kencang daripada kecepatan suara. Kini sejumlah negara mengembangkan rudal hipersonik dengan laju berkali-kali lebih cepat ketimbang suara. Dengan rudal ini, sistem pertahanan antirudal milik musuh diharapkan menjadi tak berdaya.
Diperlukan inovasi di bidang mekanika, teknologi jet, sistem pemanduan, dan sebagainya untuk menghasilkan rudal semacam itu. Di belakang produk rudal hipersonik, ada kerja keras, riset mendalam, dan inovasi. Belum lagi ada industri penopangnya, dirgantara, elektronika, hingga pengolahan material, yang terus dipacu.
Selama dikembangkan secara mandiri, pertahanan dan militer mampu menggerakkan industri domestik. Industri baja hingga industri perkapalan tumbuh. Hal berbeda terjadi jika alat utama sistem persenjataan (alutsista) mengandalkan produk impor. Uang yang dikeluarkan tak terserap industri domestik, tetapi industri negara asing.
Korea Selatan menyadari hal itu. Di tengah kebutuhan pertahanan yang besar karena status Perang Korea yang belum berakhir permanen, negara itu terus mengembangkan industri alutsista. Hasilnya, berdasarkan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, ekspor senjata Korsel pada 2016-2020 meningkat 210 persen dibandingkan dengan 2011-2015. Anggaran untuk lokalisasi produksi peranti alutsista juga hendak dinaikkan empat kali lipat. Mereka ingin industri domestik memproduksi alutsista berupa senjata, kendaraan, pesawat nirawak, robot, sistem kecerdasan buatan, dan perangkat antariksa.
Seoul melihat industri persenjataan dapat ikut mendorong jenis industri lainnya. Di sisi lain, Korsel melihat persenjataan dibutuhkan untuk memastikan perang tak terjadi. ”Pertahanan penting. Perdamaian tercapai jika kita memiliki pertahanan yang baik,” kata Presiden Korsel Moon Jae-in.
Berbeda dengan Korsel, Korea Utara mengembangkan alutsista di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Korut dijatuhi sanksi ekonomi berat akibat melanggar larangan mengembangkan senjata nuklir. Meski demikian, Korut tak ragu mengembangkan alutsista. Belum lama ini Korut meluncurkan rudal hipersonik. Lalu, 19 Oktober 2021, Korut meluncurkan rudal balistik dari kapal selam.
Perdamaian tercapai jika kita memiliki pertahanan yang baik.
Persaingan senjata rasanya tak dapat dihindari. Satu kubu merasa harus lebih hebat daripada kubu lainnya. Dalam situasi itu, seruan penghentian perlombaan senjata sangat baik, tetapi lebih realistis jika komunitas internasional terus mengingatkan pentingnya komunikasi dan diplomasi. Keduanya efektif mencegah insiden berbuntut konflik bersenjata.
Perlombaan senjata, harus diakui, tak bisa dihindari. Hal paling penting sekarang, mengerahkan segenap kemampuan untuk memastikan senjata-senjata tercanggih tak akan pernah dipakai.