Pemerataan sumber daya kesehatan masih menjadi tantangan dalam menyongsong 76 tahun Indonesia. Akses pada layanan kesehatan pun masih menjadi pekerjaan rumah di sejumlah daerah hingga kini.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Transportasi di pulau amat sulit. Jalan tanah sering berlumpur. Jika hujan, jalan tak dapat dilalui mobil atau motor. Jika musim panas masih lumayan, mobil dan motor dapat berjalan, tetapi harus hati-hati, banyak lubang yang menganga. Ketersediaan bahan bakar juga ternyata tak berkesinambungan. Jika bahan bakar habis, mobil dan motor terpaksa istirahat dulu. Listrik ada mulai dari pukul enam sore sampai enam pagi saja. Ini tentu mengakibatkan kurangnya produktivitas masyarakat. Air bersih di tempat saya lumayan meski saya selalu merebus air sampai masak sebelum diminum.
Puskesmas dan puskesmas pembantu tersedia, tetapi obat dan alat kedokteran sering habis. Tenaga kesehatan staf puskesmas sering harus berjalan kaki mengunjungi pasien yang tak sanggup datang ke puskesmas. Puskesmas gratis, baik untuk peserta BPJS maupun bukan.
Di kota besar banyak orang memperbincangkan bonus demografi serta Indonesia Emas 2045. Namun, di pulau tempat saya tinggal sekarang ini kami masih bergulat untuk memperoleh fasilitas dasar.
Telekomunikasi amat terbatas. Sinyal telepon seluler hilang timbul. Ketersediaan bahan pokok sering terganggu jika ombak besar. Jika bahan bakar minyak habis, satu-satunya transportasi adalah dengan perahu dayung melalui sungai.
Tindakan operasi terhadap pasien juga memerlukan dukungan listrik. Jadi jika sarana kurang memadai, layanan kesehatan juga akan terpengaruh.
Saya memahami tidaklah mudah membangun daerah kami ini. Penduduk hanya sekitar 100.000 orang. Kebanyakan petani. Hasil tani langsung dijual atau dipakai, tidak diolah sehingga punya nilai tambah.
Uang di sini sulit. Tenaga kesehatan jika berkunjung ke rumah pasien setelah melalui jalan yang sulit dan jauh biasanya hanya mendapat ucapan terima kasih. Namun, yang lebih sulit bagi mereka adalah jika harus menangani ibu bersalin yang mendapat kesulitan melahirkan. Transportasi sulit, jika dibawa ke puskesmas dengan susah payah, peralatan kedokteran tak memadai.
Sementara kita optimistis menyongsong Indonesia Emas 2045, saudara-saudara kita di daerah terpencil, seperti di pulau-pulau atau di puncak gunung, memerlukan perhatian. Mungkin media massa juga harus lebih banyak berkunjung dan mengabarkan kehidupan saudara-saudara kita di daerah terpencil. Bagaimana program Kementerian Kesehatan dalam menyediakan layanan kesehatan di daerah terpencil? Mohon penjelasan Dokter. Terima kasih.
W di M
Wah, saya sebenarnya dokter yang bekerja di rumah sakit. Lama bekerja di rumah sakit pusat di Jakarta. Memang saya juga pernah bertugas sebagai dokter penyakit dalam di Kalimantan Timur tahun 1976 sampai 1981, tetapi di tempat saya bekerja tersebut fasilitas kesehatan memadai.
Sebagai rumah sakit pusat dan rujukan nasional, RS Cipto Mangunkusumo menyediakan diri untuk menangani kasus-kasus yang dirujuk, baik dari Jakarta maupun daerah. Tenaga kesehatan dan peralatan kedokteran umumnya cukup.
Dulu yang menjadi hambatan adalah pembiayaan. Namun, dengan adanya sistem BPJS, masyarakat dapat menikmati layanan kesehatan yang diperlukan dengan dibiayai oleh BPJS. Meski masih ada keluhan terhadap layanan BPJS, biasanya keluhan tersebut menyangkut administrasi dan birokrasi. Semoga secara bertahap dapat diatasi.
Setahu saya pemerintah sekarang ini mempunyai perhatian besar terhadap pembangunan desa dan daerah terpencil. Rupanya sampai sekarang masih ada saudara-saudara kita yang belum menikmati listrik dan air bersih secara berkesinambungan.
Di kota besar sarana transportasi semakin nyaman, apalagi dengan tersedianya jalan tol. Namun rupanya, transportasi di daerah terpencil masih merupakan masalah.
Pelayanan kesehatan memang tak dapat dipisahkan dengan sarana transportasi, komunikasi, serta ketersediaan energi. Untuk menyimpan vaksin dan obat diperlukan lemari pendingin yang memerlukan dukungan listrik berkesinambungan. Tindakan operasi terhadap pasien juga memerlukan dukungan listrik. Jadi jika sarana kurang memadai, layanan kesehatan juga akan terpengaruh.
Setahu saya Kementerian Kesehatan melaksanakan pembangunan kesehatan melalui pembangunan tenaga kesehatan dan tenaga terkait, fasilitas layanan kesehatan, serta didukung oleh sistem pembiayaan kesehatan. Ketiga ini secara nasional sudah berjalan.
Memang upaya untuk menyediakan tenaga kesehatan yang mencukupi di daerah, terutama daerah terpencil, masih sering mendapat kesulitan. Tenaga kesehatan cenderung memilih tinggal di kota besar. Pemerintah daerah harus pandai-pandai menarik tenaga kesehatan ke daerahnya masing-masing agar tenaga tersebut bersedia bertugas di daerah dan merasa nyaman tinggal di daerah.
Dulu masih ada inpres yang mewajibkan tenaga kesehatan, terutama dokter untuk bertugas di daerah. Sekarang inpres tersebut sudah tak berlaku lagi. Namun, Kementerian Kesehatan tetap berupaya mengajak tenaga kesehatan berbakti di daerah dengan berbagai kompensasi yang menarik. Namun, kewenangan di daerah pada era otonomi daerah akan lebih banyak pada bupati.
Selama era Covid-19 ini, banyak daerah yang terpengaruh ekonominya sehingga pendapatan asli daerah menurun. Daerah-daerah tujuan wisata mengalami penurunan pendapatan yang cukup nyata.
Pemerintah pusat telah melaksanakan stimulus ekonomi untuk memulihkan ekonomi nasional. Namun, situasi daerah tentu berbeda-beda. Ada daerah yang dapat cepat bangkit kembali, tetapi juga ada daerah yang mengalami kesulitan untuk membangkitkan ekonomi mereka.
Pembangunan di daerah Anda tentulah banyak dipengaruhi oleh pemerintah daerah, masyarakat, serta para pengusaha di sana. Saya percaya unsur-unsur pembangunan daerah ingin agar pembangunan di daerah mereka tumbuh cepat sehingga angka kemiskinan dapat diturunkan dengan nyata.
Pada tahun 2021 ini secara nasional kita mempunyai harapan akan terjadi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Mudah-mudahan di daerah Anda optimisme tersebut juga terasa. Kita telah 75 tahun merdeka. Banyak kesulitan yang pernah dihadapi bangsa kita. Tekad untuk maju, kebersamaan, dan persatuan akan berhasil mengatasi berbagai kesulitan yang ada.
Saya merasa hormat pada Anda yang telah bersedia tinggal di bagian Tanah Air kita yang belum maju pembangunannya. Saya berharap kehadiran Anda akan dapat bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Anda dapat menyesuaikan diri untuk berdiam di suasana baru yang jauh berbeda dengan kediaman Anda di Jawa. Semangat untuk bersatu dan maju telah ditunjukkan oleh para pemimpin kita dahulu sehingga mereka berhasil mengantarkan kita ke kemerdekaan. Mari, kita lanjutkan pembangunan negeri kita dengan menggalang seluruh kekuatan yang ada untuk membangun daerah kita yang masih tertinggal.
Saya percaya Indonesia Emas 2045 bukanlah sebatas retorika. Mimpi tersebut akan dapat kita wujudkan bersama. Terima kasih atas laporan Anda dari daerah terpencil Indonesia.