Persaingan Platform Membuat Pertemuan Virtual Makin Nyaman
Penyedia layanan pertemuan virtual berlomba merebut hati konsumen. Sayangnya, hingga sekarang belum ada platform pertemuan virtual lokal, padahal potensi bisnis layanan ini masih akan terus berkembang.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Seorang CEO sebuah perusahaan tersenyum ketika sekarang karyawannya senang bertemu dan berapat melalui platform pertemuan di ruang virtual. Ia sempat mengaku kesulitan untuk mengajak mereka rapat jarak jauh dengan fasilitas itu sebelum pandemi. Rapat virtual yang dulu asing kini makin akrab. Tidak salah apabila perusahaan penyedia layanan berlomba membuat para pemakai merasa nyaman di ruang virtual.
Sejak pandemi kita menjadi lebih mengenal berbagai platform pertemuan virtual atau yang sebenarnya lebih dikenal sebagai platform obrolan video (video chat) seperti Microsoft Teams, Zoom, Google Meet, Skype, FaceTime, dan Facebook Messenger Rooms. Pertemuan-pertemuan langsung makin dikurangi sehingga pertemuan lebih banyak dilakukan secara virtual. Fasilitas itu digunakan untuk berbagai kebutuhan, salah satunya adalah rapat dengan rekan kerja dan pertemuan keluarga atau teman.
Oleh karena itu, kini penyedia layanan pertemuan virtual berlomba untuk merebut hati konsumen. Mereka terus memperbaiki fasilitas dan paling penting meningkatkan keamanan para pengguna. Isu keamanan menjadi penting karena berbagai obrolan dan perbincangan kadang sensitif. Tak mengherankan ada beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan beberapa platform yang dianggap tidak aman.
Microsoft Teams membuat inovasi terbaru dengan membuat sejumlah fitur yang membuat mereka yang rapat seperti bertemu di dalam satu ruangan. Fitur bernama Together Mode menggunakan teknologi kecerdasan buatan sehingga latar belakang layar bisa membawa Anda seolah berada di dalam satu ruangan dengan teman-teman yang lain. Jumlah maksimal orang yang tampil di layar latar belakang sebanyak 49 orang.
Fitur ini bisa membuat orang merasa duduk bersama di dalam satu ruangan pada saat mereka sebenarnya berjauhan. Teknologi ini membuat Anda bisa berfokus pada muka dan bahasa tubuh peserta sehingga memudahkan pembicara atau lawan bicara menangkap informasi nonverbal selama pertemuan. Kita bisa memilih seolah duduk di auditorium atau berada di meja konferensi.
Fasilitas tampilan ruangan auditorium akan diluncurkan pada Agustus, sementara fasilitas dengan pemandangan yang lain akan muncul selanjutnya. Microsoft Teams juga telah memperbarui beberapa fitur seperti untuk angkat tangan ketika ingin berbicara, papan tulis, dan transkrip pertemuan. Mereka juga akan menambah fitur-fitur baru berdasarkan riset-riset kebutuhan konsumen.
Sementara Google Meet telah meningkatkan proteksi keamanan terutama untuk pertemuan virtual yang diadakan oleh lembaga pendidikan. Nama-nama palsu atau tanpa identitas yang jelas tidak diperkenankan masuk ke dalam sistem. Mereka adalah yang tidak terdaftar di dalam akun Google. Langkah ini dilakukan untuk mencegah gerudukan orang yang tidak berkepentingan untuk masuk ruangan dan mencegah mereka merusak sistem.
Pengguna bisa mengunci pertemuan, membuang secara cepat peserta yang tidak terdaftar, dan membatasi mereka untuk membagi material di pertemuan. Beberapa waktu lalu Google Meet juga telah menambah berbagai fitur seperti jumlah peserta yang makin besar, kualitas video yang makin bagus, pancaran cahaya di gawai yang bisa diredupkan, serta memfilter suara yang mengganggu.
Aplikasi Zoom yang penggunanya melonjak selama pandemi juga tengah meningkatkan keamanan sistem. Maklum saja, mereka sempat mengalami masalah keamanan karena sejumlah orang tak diundang bisa masuk ke dalam ruangan. Semula keamanan menjadi masalah pokok aplikasi ini sehingga muncul istilah ”zoombombing” karena orang yang tidak terdaftar bisa masuk melenggang ke ruangan. Istilah ini menjadi semacam cap bagi sistem keamanan pertemuan virtual yang tak mampu memproteksi sistemnya.
Zoom yang semula membuat fasilitas ruang tunggu sebagai pilihan bagi penyelenggara pertemuan kini memasang fitur ruang tunggu bukan sebagai pilihan lagi, melainkan sistem yang sudah terpasang sehingga penyelenggara pertemuan bisa memilah peserta. Sebelumnya orang cenderung tidak memakai fasilitas ruang tunggu karena mungkin merepotkan. Fitur berbagi layar juga sudah dibatasi dan dikendalikan sehingga tidak semua orang bisa menyelonong membagikan gambar yang tidak pantas.
Perbaikan fitur dipastikan akan terus terjadi. Sebagai konsumen, kita diuntungkan dengan perlombaan mereka dalam melayani pasar. Konsumen akan makin menuntut keamanan dan kenyamanan karena penggunaan fasilitas pertemuan virtual dipastikan masih akan lama. Saat pandemi berakhir mungkin pertemuan virtual akan terus dilakukan karena terbukti efektif. Apalagi kultur pertemuan perlahan sudah mulai terbentuk di kalangan masyarakat. Mereka sudah mulai terbiasa mengobrol di ruang virtual.
Orang tidak lagi merasa aneh bertemu di ruang virtual. Mereka juga sudah merasa pertemuan virtual lebih efisien. Biaya dan tenaga bisa dihemat ketika mereka bisa bertemu tanpa tatap muka. Mereka juga tak perlu buru-buru keluar rumah untuk bertemu. Sedikit berdandan dan di depan laptop atau gawai, mereka sudah bisa rapat.
Sayangnya hingga sekarang belum ada platform pertemuan virtual yang dibangun oleh usaha rintisan lokal. Padahal, potensi bisnis layanan ini masih akan terus berkembang, bahkan hingga pandemi berakhir. Sepanjang belum ada platform yang berhasil membuat nyaman pengguna, pembuatan fasilitas pertemuan virtual terus ditunggu. Kita masih menunggu produk mereka yang aman dan andal. Dengan demikian, kita tak lagi bergantung terus pada produk-produk dari luar.