Mengukur Loyalitas Pendukung Capres Jelang 2024
Survei ”Kompas” merekam dukungan publik untuk calon presiden masih terkonsentrasi pada tiga nama. Bagaimana loyalitas pemilih kepada tiga nama ini?
Dua tahun jelang Pemilihan Umum 2024 atau sekitar 18 bulan menjelang pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden sesuai jadwal yang telah ditetapkan, dukungan publik pada sosok calon presiden masih terkonsentrasi pada tiga nama, yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dalam beberapa kali survei sejak Pilpres 2019, ketiga nama ini menjadi pilihan utama publik dalam survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas.
Selain ketiga nama ini, juga terdapat nama-nama lainnya yang membayangi, seperti Sandiaga Salahuddin Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama, Ridwan Kamil, hingga Tri Rismaharini.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pada survei Litbang Kompas terbaru pada Januari lalu, sejumlah tokoh lainnya juga mulai mencuat ke permukaan dengan elektabilitas di bawah dua persen seperti Erick Thohir, Mahfud MD, dan Puan Maharani.
Tokoh-tokoh ini berhasil meraih basis dukungan meskipun secara resmi belum mendeklarasikan diri untuk bertarung dalam suksesi kepemimpinan nasional pada 2024. Popularitas di tengah jabatan yang diemban hingga banyaknya pemberitaan terkait tokoh-tokoh ini di berbagai media menjadi daya papar sehingga publik memiliki referensi terkait tokoh yang didukung sebagai calon presiden.
Di balik munculnya dukungan yang bermuara pada tingkat elektabilitas tokoh, hal lainnya yang juga menarik untuk dicermati adalah loyalitas dukungan. Bagaimana loyalitas para pendukung tokoh politik saat ini? Apakah ada kemungkinan perubahan arus dukungan pada sosok lainnya jelang pendaftaran capres dan cawapres pada September 2023?
Baca juga: Mengapa Pemilih PKS Mendukung Anies sebagai Capres?
Dukungan Pemilu 2019
Ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk melihat loyalitas dukungan politik pada berbagai tokoh yang kini telah memiliki basis dukungan. Pertama, dukungan pada Pilpres 2019. Berdasarkan indikator ini, dapat dilihat sejauh mana loyalitas pendukung Prabowo saat ini serta loyalitas pendukung Joko Widodo pada tokoh yang berasal dari PDI-P.
Dari pendukung Prabowo, belum semua pemilih pada 2019 kembali mendukung sosok yang sama saat ini. Sebagian di antaranya kini justru mendukung sejumlah sosok lainnya sebagai capres.
Hasil survei Litbang Kompas pada Januari lalu menunjukkan baru 42,1 persen pendukung Prabowo yang kini juga mendukung tokoh yang sama sebagai capres.
Sementara 26,9 persen pemilih Prabowo pada 2019 kini melabuhkan pilihannya pada sosok Anies Baswedan. Boleh jadi, pendukung Prabowo yang memilih Anies adalah mereka yang masih kecewa dengan keputusan Prabowo untuk merapat pada koalisi pemerintahan.
Selain Anies, pendukung Prabowo pada 2019 juga memilih sosok lainnya. Sandiaga Salahuddin Uno, misalnya, dipilih oleh 7 persen pendukung Prabowo. Dukungan lain juga menyebar pada sosok Ganjar Pranowo (6,7 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (3,1 persen), dan Ridwan Kamil (2,1 persen).
Kondisi ini menyiratkan kekuatan basis loyalitas pendukung Prabowo. Belum semua pendukung Prabowo kembali memberikan dukungan pada sosok yang sama sebagai calon presiden. Persebaran dukungan pemilih Prabowo pun menjadi hal menarik untuk dinanti mengingat Prabowo memiliki posisi politik yang cukup kuat untuk kembali mencalonkan diri dalam Pilpres 2024.
Sementara dari sisi pemilih Jokowi, sebagian pemilih masih cukup loyal dengan melabuhkan pilihannya pada kader PDI-P, seperti Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, Basuki Tjahaja Purnama, hingga Puan Maharani.
Ganjar menjadi sosok yang mendulang cukup banyak dukungan dari pemilih Jokowi dalam Pilpres 2019. Hampir sepertiga (31,8 persen) pendukung Jokowi kini memilih Ganjar sebagai capres. Posisi Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah memang cukup menjadi sorotan. Kondisi ini juga turut mendongkrak popularitas Ganjar, baik di media massa maupun media sosial.
Selain Ganjar, tokoh PDI-P lainnya juga menerima limpahan dukungan dari pemilih Jokowi. Namun, setiap tokoh ini hanya meraih dukungan kurang dari 5 persen. Tri Rismaharini hanya meraih limpahan suara sebesar 3,8 persen dari pemilih Jokowi. Posisi Risma sebagai Menteri Sosial belum cukup mendulang dukungan dari pemilih Jokowi.
Limpahan dukungan dari pemilih Jokowi juga diraih oleh Basuki Tjahaja Purnama (4,2 persen) dan Puan Maharani (1,0 persen). Kecilnya raihan dukungan sejumlah tokoh PDI-P dari pemilih Jokowi menunjukkan bahwa konsentrasi dukungan masih terpusat pada sosok Ganjar.
Hal menarik yang juga dapat dicermati adalah sebagian pemilih Jokowi (16,1 persen) kini mengubah arah dukungannya pada sosok Prabowo Subianto. Dari sejumlah tokoh yang menerima limpahan dukungan dari pemilih Jokowi, Prabowo adalah sosok kedua setelah Ganjar yang menerima limpahan suara terbesar.
Baca juga: "Survei Litbang Kompas": Ceruk Suara Pemilih Masih Terbuka
Basis partai
Selain dukungan pilpres, loyalitas juga dapat dilihat dari basis dukungan partai. Survei Litbang Kompas Januari lalu merekam tidak semua pemilih suatu partai melabuhkan dukungan pada tokoh dari partai tersebut.
Pemilih Gerindra, misalnya, baru 59 persen pemilih yang mendukung Prabowo sebagai calon presiden. Meski persentase basis dukungan ini lebih tinggi dibandingkan survei sebelumnya pada Oktober 2021 (42,9 persen), kondisi ini menggambarkan bahwa pemilih Gerindra masih belum cukup solid untuk mendukung Prabowo sebagai capres.
Survei Litbang Kompas Januari lalu merekam tidak semua pemilih suatu partai melabuhkan dukungan pada tokoh dari partai tersebut.
Kondisi yang sama juga terlihat pada basis pemilih PDI-P. Sebagian pemilih PDI-P belum cukup loyal untuk memilih capres yang berasal dari PDI-P. Baru 57,1 persen pemilih PDI-P saat ini yang dukungannya tersebar pada sejumlah kader, yakni Ganjar (43,4 persen), Basuki (7,4 persen), Risma (4,8 persen), dan Puan (1,5 persen).
Sementara pemilih PDI-P lainnya memilih untuk mendukung tokoh di luar kader partai sebagai capres. Dari sejumlah tokoh lainnya, Prabowo Subianto menjadi tokoh yang meraih dukungan tertinggi (9,9 persen) dari pemilih PDI-P di luar tokoh dari partai.
Selain Prabowo, dukungan dari pemilih PDI-P juga tersebar pada sejumlah tokoh, seperti Agus Harimurti Yudhoyono (5,1 persen), Anies Baswedan (3,3 persen), dan Sandiaga (2,6 persen).
Hal yang tak kalah menarik untuk dicermati adalah arah dukungan dari pemilih partai oposisi. Dari pemilih Demokrat, lebih dari separuh pemilih partai melabuhkan dukungannya pada sosok Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Sementara hanya 6,2 persen pemilih Demokrat yang memilih Agus Harimurti Yudhoyono.
Jika melihat berdasarkan pilihan partai, tampak bahwa loyalitas sebagian pemilih masih didasari oleh tokoh partai atau kedekatan tokoh dengan partai politik.
Sementara dari pemilih PKS, raihan dukungan terpusat pada Anies Baswedan (50 persen) dan Prabowo Subianto (27,4 persen). Pemilih PKS tampak masih loyal pada tokoh politik yang memiliki kedekatan atau jejak politik masa lampau dengan PKS.
Baca juga: Ganjar Masih Mengejar, di Balik Bilik Simulasi
Perubahan peta politik
Jika melihat berdasarkan pilihan partai, tampak bahwa loyalitas sebagian pemilih masih didasari oleh tokoh partai atau kedekatan tokoh dengan partai politik. Kini, di tengah persiapan partai politik mencalonkan tokoh jelang pendaftaran capres pada 2023, belum ada jaminan suatu partai politik mencalonkan tokoh yang menjadi pilihan publik. Bagaimana jika pilihan partai ternyata berbanding terbalik dengan tokoh yang didukung publik?
Hasil survei Litbang Kompas merekam loyalitas pendukung pada tokoh yang didukung masih cukup solid. Hampir dua per tiga responden (62,5 persen) mengaku akan tetap memilih sosok capres meskipun didukung oleh partai yang tidak disukai.
Dari ketiga tokoh utama yang menduduki elektabilitas tertinggi, loyalitas tertinggi ditunjukkan oleh pendukung Ganjar. Sebanyak 68 persen pendukung Ganjar mengaku akan tetap memilih Ganjar meskipun didukung oleh partai lainnya, termasuk partai yang tidak disukai pendukung Ganjar. Hanya 17,8 persen pemilih Ganjar yang akan memilih calon lain jika Ganjar tidak dicalonkan oleh partai yang disukai.
Jika menilik berdasarkan loyalitas dukungan, terlihat bahwa peluang pergeseran basis dukungan masih mungkin terjadi.
Sementara bagi pemilih Anies dan Prabowo, dukungan partai cukup memberikan pengaruh. Sebanyak sepertiga pemilih Prabowo mengaku tidak akan memilih Prabowo sebagai capres jika didukung oleh partai yang tidak disukai. Sementara sebanyak 4 dari 10 responden pendukung Anies juga mengaku tidak akan memilih Anies sebagai capres jika didukung oleh partai yang tidak disukai pemilih.
Baca juga: Resistensi terhadap Prabowo Mengecil, Inikah Saatnya Menjadi Presiden?
Peluang
Jika menilik berdasarkan loyalitas dukungan, terlihat bahwa peluang pergeseran basis dukungan masih mungkin terjadi. Pasalnya, loyalitas dukungan belum sepenuhnya terbentuk secara solid. Baik dari sisi pemilih partai ataupun rekam jejak dukungan Pilpres 2019, para pemilih masih belum sepenuhnya solid mendukung satu tokoh tertentu.
Bagaimanapun, menjelang Pilpres 2024, perubahan kalkulasi politik masih akan terjadi. Koalisi partai politik tampaknya akan turut menentukan peta dukungan politik dari pemilih. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Prabowo, Ganjar, Anies Masih Dominan