Mengapa Pemilih PKS Mendukung Anies sebagai Capres?
Survei Litbang Kompas merekam, arus dukungan terhadap Anies Baswedan sebagai capres terus mengalir dari pemilih Partai Keadilan Sejahtera. Apa alasan pemilih PKS memilih Anies?
Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan tren peningkatan dukungan dari pemilih Partai Keadilan Sejahtera pada sosok Anies Baswedan sebagai calon presiden. Mengapa Anies menjadi sosok pilihan utama dari pemilih PKS? Dan, apakah modal ini cukup bagi Anies untuk tampil dalam suksesi kepemimpinan nasional 2024 mendatang?
Sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan PKS adalah dua entitas politik yang sulit dipisahkan. Keduanya kini menjadi salah satu daya tarik dalam kancah politik Tanah Air yang menarik untuk dicermati.
Pada satu sisi, Anies menjadi kepala daerah yang selalu masuk tiga besar calon presiden dengan elektabilitas tertinggi. Di sisi lain, PKS kini menjadi partai yang mengalami tren kenaikan elektabilitas di tengah posisinya sebagai partai oposisi.
Meningkatnya elektabilitas PKS dari 4,1 persen pada Agustus 2020 menjadi 6,8 persen pada Januari 2022 menandakan bahwa partai ini tetap menjaga eksistensinya meskipun tidak berada dalam lingkungan kekuasaan pemerintah pusat secara langsung.
Menariknya, senada dengan kenaikan elektabilitas PKS, Anies juga turut mengalami kenaikan tingkat keterpilihan. Boleh jadi, kondisi ini menyiratkan bahwa Anies dan PKS merupakan suatu harmoni yang sulit untuk terpisahkan.
Kenaikan elektabilitas Anies tergambar dalam hasil survei periodik yang dilakukan Litbang Kompas. Dalam empat survei terakhir sejak Januari 2021 hingga Januari 2022, tampak tren dukungan pemilih PKS kepada Anies sebagai calon presiden mengalami kenaikan.
Sebelumnya, pada Januari 2021, Anies hanya didukung kurang dari sepertiga (29,7 persen) pemilih PKS. Saat itu, pembahasan tentang calon presiden memang belum menjadi isu publik mengingat Indonesia tengah fokus pada penanganan pandemi.
Walakin, mulai mencuatnya sejumlah tokoh yang digadang-gadang sebagai capres 2024 pada akhirnya berbanding lurus dengan semakin banyaknya pemilih PKS yang menentukan tokoh pilihan. Sejalan dengan itu, raihan dukungan yang diperoleh Anies dari pemilih PKS juga semakin meningkat.
Pada April dan Oktober 2021 lalu, Anies berhasil meraup dukungan dari sepertiga pemilih PKS. Artinya, dari semua responden yang memilih PKS, sepertiga di antaranya melabuhkan pilihannya kepada Anies sebagai calon presiden.
Raihan dukungan ini kembali meningkat pada Januari 2022. Separuh (50 persen) pendukung PKS kini menilai Anies menjadi tokoh yang dianggap layak untuk dipilih sebagai calon presiden. Anies menjadi satu dari dua tokoh yang berhasil meraup dukungan dari separuh pemilih dalam satu partai politik. Selain Anies, capaian serupa juga diperoleh oleh Prabowo yang kini didukung oleh lebih dari separuh (59 persen) pemilih Gerindra.
Sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan PKS adalah dua entitas politik yang sulit dipisahkan.
Di tengah arus dukungan dari pemilih PKS yang kian meningkat, muncul pertanyaan, mengapa Anies dipilih sebagai calon presiden oleh separuh pemilih PKS? Guna menjawab pertanyaan ini, perlu pisau analisis dari dua sudut pandang, yakni Anies dari sisi figur politik dan Anies dari sisi personal.
Baca juga : Survei Litbang ”Kompas”: Anies, Ganjar, dan Prabowo Menikmati Kenaikan Elektabilitas
Figur politik
Pertama, dari sisi figur politik, Anies adalah sosok yang memiliki kedekatan dengan PKS. Sejak Anies tidak lagi menjabat sebagai menteri setelah perombakan kabinet 2016, kedekatan Anies dan PKS kian terlihat seiring perhelatan Pilkada DKI Jakarta 2017. Saat itu, Anies bersama Sandiaga Uno diusung oleh PKS dan Gerindra sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.
Meski hanya bermodal dukungan dua partai, Anies sukses melenggang sebagai gubernur. Pasangan Anies-Sandi saat itu berhasil menyisihkan dua pesaing lain yang masing-masing didukung oleh kekuatan empat partai politik.
Posisi PKS di DKI Jakarta jelang pilgub 2017 memang tidak dapat dipandang sebelah mata. Pasalnya, pada Pileg 2014, PKS berhasil meraup 424.400 suara (9,35 persen) dan berhasil mengirim 11 wakil sebagai anggota DPRD DKI Jakarta. PKS menjadi partai ketiga dengan jumlah wakil terbanyak di DPRD DKI Jakarta setelah PDI-P (28 kursi) dan Gerindra (15 kursi).
Sejak saat itu, hubungan Anies dengan PKS kian harmonis. Bahkan, pada pertengahan 2018, nama Anies dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sempat mencuat dalam tataran internal PKS untuk diusung menjadi calon presiden dan wakil presiden (Kompas, 6 Juli 2018).
Bahkan, wacana duet ini sempat menyebar melalui poster dengan sebutan ”Abah”, yang merupakan akronim dari Anies Baswedan-Ahmad Heryawan. Namun, wacana ini urung dilakukan. PKS kala itu akhirnya mengusung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Terlepas dari gagalnya PKS mengusung Anies, yang jelas Anies sebagai figur politik sempat masuk ke dalam radar PKS untuk diusung sebagai salah satu kandidat jelang Pilpres 2019 lalu.
Selain dalam konteks pilkada, kedekatan dengan PKS juga terlihat saat Anies menghadiri acara konsolidasi nasional PKS jelang Pileg 2019 di Hotel Grand Sahid, Jakarta, pada Januari 2019. Untuk menghadiri acara ini, Anies selaku kepala daerah sempat meminta izin langsung kepada Kementerian Dalam Negeri.
Terakhir, harmonisnya hubungan Anies dengan PKS juga tampak dari dukungan PKS kepada Anies dengan tidak mendukung pengajuan hak interpelasi terkait penyelenggaraan Formula E. PKS menjadi satu dari tujuh fraksi yang memutuskan untuk tidak mengajukan hak interpelasi.
Jejak ini menunjukkan bahwa Anies dan PKS memiliki kedekatan secara politik. Berdasarkan jejak politik dalam beberapa tahun terakhir, sulit untuk memisahkan hubungan kedekatan Anies dan PKS dengan pilihan politik pemilih PKS. Boleh jadi, kedekatan inilah yang juga dirasakan oleh para pemilih PKS sehingga mendukung Anies sebagai capres.
Baca juga : Prabowo, Ganjar, Anies Masih Dominan
Sisi personal
Selain figur politik, survei Litbang Kompas juga merekam sisi personal Anies yang juga menjadi alasan pemilih PKS untuk mendukung Anies sebagai calon presiden. Ada beberapa alasan utama yang diungkapkan pemilih PKS sebagai pertimbangan memberikan dukungan pada Anies.
Pertama, Anies dinilai pemilih PKS sebagai sosok yang tegas dan berwibawa. Ketenangan Anies dalam menghadapi berbagai tekanan politik tampaknya turut menjadi pertimbangan pemilih PKS untuk mendukung Anies.
Selain itu, Anies juga dinilai pemilih PKS sebagai sosok yang jujur, adil, sederhana, serta memiliki pengalaman sebagai pemimpin. Latar belakang Anies sebagai kepala daerah juga turut menjadi bahan pertimbangan bagi pemilih PKS.
Dari latar belakang pendidikan, Anies yang telah mengenyam pendidikan hingga gelar doktoral turut menjadi perhatian bagi pemilih PKS. Latar belakang pendidikan ini juga menjadi alasan bagi sebagian pemilih PKS untuk mendukung Anies sebagai capres.
Dalam menentukan preferensi pilihan politik, latar belakang sosok memang kerap menjadi pintu gerbang bagi pemilih. Pengalaman memimpin dan kepribadian menjadi bagian penilaian yang sulit dilepaskan dari keputusan pemilih untuk memilih tokoh yang akan didukung.
Baca juga : Survei ”Kompas” : Tahun 2022 Jadi Momentum Partai Melumasi Mesin Politik
Modal politik
Kini, di tengah tren kenaikan dukungan pemilih PKS kepada Anies, muncul pertanyaan berikutnya, apakah dukungan ini cukup menjadi modal politik bagi Anies untuk maju dalam suksesi kepemimpinan nasional 2024 mendatang?
Kalkulasi politiknya tentu tidak sederhana. Pada satu sisi, kenaikan dukungan ini dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi PKS untuk menentukan capres yang akan diusung nantinya.
Dukungan ini juga dapat menjadi modal awal bagi Anies mengingat saat ini Anies tidak memiliki mesin politik untuk memperlebar basis dukungan. Apalagi, di tengah tren kenaikan elektabilitas PKS, Anies bisa saja menuai manfaat elektoral sehingga dukungan dari pemilih PKS menjadi begitu penting.
Namun, dukungan ini belum cukup bagi Anies untuk bertarung dalam kontestasi 2024 mendatang. Dalam kondisi status tanpa partai, Anies jelas harus mendulang dukungan dari pemilih partai politik lain untuk meyakinkan partai tersebut mendukung Anies dalam Pilpres 2024.
Hingga saat ini setidaknya ada dua partai lain selain PKS yang pemilihnya mulai melirik Anies sebagai capres, yakni Demokrat dan Nasdem. Sebanyak 27,1 persen pemilih Demokrat kini telah melabuhkan pilihannya kepada Anies, meningkat dibandingkan periode Oktober 2021 lalu sebesar 21,5 persen.
Sementara 23,3 persen pemilih Nasdem juga telah memutuskan untuk memilih Anies. Dukungan dari pemilih Nasdem kepada Anies meningkat dibandingkan Oktober 2021 (8 persen).
Persoalannya, Anies tentu perlu bertarung dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam merebut suara pemilih Demokrat serta Ganjar Pranowo yang kini juga didukung hampir sepertiga pemilih Nasdem. Selain itu, Anies juga harus bersaing dengan Prabowo Subianto yang juga menuai dukungan elektoral dari pemilih Demokrat dan Nasdem.
Bagaimanapun, masih ada waktu kurang dari 19 bulan bagi Anies untuk menentukan besaran basis dukungan jelang pendaftaran capres. Dinamika politik ke depan akan sangat berpengaruh, terutama setelah Anies tidak lagi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2022 mendatang.
Bagaimanapun, masih ada waktu kurang dari 19 bulan bagi Anies untuk menentukan besaran basis dukungan jelang pendaftaran capres.
Setelah memahami peta dukungan pemilih PKS, tentu menarik untuk menemukan jawaban pertanyaan berikutnya. Bagaimana pergerakan arah dukungan pemilih PKS jelang Pilpres 2024? Dan, apakah PKS akan mendukung Anies sebagai capres seperti wacana yang sempat tercetus pada 2018 lalu? Pertanyaan ini akan terjawab dalam kurun waktu kurang dari 19 bulan mendatang. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Survei Litbang ”Kompas”: Ceruk Suara Pemilih Masih Terbuka