Survei Litbang "Kompas" : Prabowo, Ganjar, Anies Berebut Pemilih Milenial
Survei Litbang Kompas merekam, Prabowo, Ganjar, dan Anies mendapat dukungan dari pemilih mula dan muda. Kelompok pemilih Gen Y dan Gen Z ini akan jadi penentu elektabilitas capres 2024.
Elektabilitas tiga sosok utama dalam bursa calon presiden diperkuat oleh suara dari Generasi Y dan Generasi Z. Tak pelak, bakal pemilih muda dan mula ini akan menjadi basis suara kuat di pemilihan umum 2024 mendatang.
Hasil survei periodik Kompas periode Januari 2022 memunculkan tiga sosok paling populer yang dipilih sebagai presiden jika pemilu diadakan saat survei. Ketiganya adalah Prabowo Subianto (26,5 persen), Ganjar Pranowo (20,5 persen), dan Anies Baswedan (14,2 persen).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Tingginya elektabilitas Prabowo, Ganjar, dan Anies didukung oleh suara dari generasi milenial (Gen Y) dan centennial (Gen Z).
Tingginya elektabilitas ketiganya didukung oleh suara dari generasi milenial (Gen Y) dan centennial (Gen Z). Dalam kelompok milenial, Prabowo dipilih oleh 23,2 persen dari responden. Sementara Ganjar didukung oleh 20,8 persen responden dan Anies 17,7 persen responden. Pengelompokan generasi milenial dalam survei ini merujuk pada responden yang lahir pada rentang tahun 1981-1996 atau berusia 26 hingga 41 tahun.
Popularitas ketiga sosok tersebut berselisih jauh dengan sosok-sosok lainnya. Sandiaga S. Uno yang berada di posisi keempat saja hanya dipilih oleh 4,4 persen responden milenial. Begitu pula dengan Agus Harimurti Yudhoyono (4 persen) dan Basuki Tjahja Purnama (3,6 persen).
Nama Prabowo, Ganjar, dan Anies mapan berada di peringkat teratas dalam empat periode survei. Elektabilitas ketiganya pun terus naik. Jika dibandingkan dengan SNK periode Oktober 2021, keterpilihan Prabowo naik 5,8 persen dari 17,4 persen. Sementara Ganjar naik 5,5 persen dan Anies 7,2 persen.
Naiknya elektabilitas tiap sosok ini disumbang dari menurunnya jumlah responden yang belum menentukan pilihan. Pada Oktober 2021, tercatat 33,7 persen belum menyampaikan pilihan calon presiden (capres). Kini, jumlah responden dari generasi milenial yang belum menentukan pilihan hanya 10,9 persen.
Nama Prabowo, Ganjar, dan Anies mapan berada di peringkat teratas dalam empat periode survei.
Artinya, tiga sosok diatas telah mampu menarik suara mengambang. Ketiganya pun berpeluang meraih suara yang saat ini belum menentukan pilihan. Temuan ini menggambarkan peta kontestasi calon presiden yang semakin mengerucut.
Di tengah kemapanan posisi ketiganya, dinamika tetap terjadi. Anies yang berada di posisi ketiga mengalami akselerasi elektabilitas tertinggi dibanding dua sosok lainnya. Artinya, masih terbuka peluang untuk saling mendahului antar sosok.
Baca juga : Survei Litbang ”Kompas”: Anies, Ganjar, dan Prabowo Menikmati Kenaikan Elektabilitas
Milenial tua dan muda
Jika dilihat lebih rinci, ada perbedaan preferensi sosok antara milenial muda dan tua. Kelompok milenial muda (Gen Y – Muda) merupakan responden berusia 26 hingga 35 tahun. Sementara milenial tua (Gen Y – Tua) merupakan responden berusia 36-41 tahun.
Prabowo lebih populer dikalangan milenial tua. Sebanyak 26,3 persen dari Gen Y – Tua memilih Prabowo. Sementara di kalangan Gen Y – Muda hanya 20,8 persen. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada pemilih Ganjar. Elektabilitas Ganjar dalam kelompok Gen Y-Tua mencapai 23,5 persen responden dan hanya 18,6 persen pada kelompok Gen-Y muda.
Perbedaan mulai nampak pada elektabilitas Anies. Gen Y – Muda lebih banyak memilih Anies dengan proporsi 19 persen dan hanya 16,1 persen pada Gen – Y Tua. Meski demikian, tingginya elektabilitas Anies hanya nampak pada kelompok ini saja. Pada kelompok yang lebih muda, Anies tetap tersingkir.
Pada kelompok responden usia 17-25 tahun (Gen Z), elektabilitas Anies hanya 11,6 persen. Keterpilihan Anies oleh calon pemilih mula ini bahkan paling rendah dibandingkan kelompok senior. Pemilih mula justru menujukkan ketertarikan tinggi untuk memilih Prabowo jika pemilu diadakan saat ini.
Elektabilitas Prabowo di kalangan Gen Z mencapai 31,4 persen. Keterpilihan Prabowo pada kelompok ini lebih tinggi dibandingan dengan Gen Y dan Gen X. Artinya, pilihan capres pada Gen Z cenderung mengerucut pada sosok Prabowo saat generasi lain masih menyebar pada sosok lain.
Baca juga : Survei Kompas : Tahun 2022 Jadi Momentum Partai Melumasi Mesin Politik
Partai politik
Dalam urusan pilihan partai politik (parpol), preferensi antara Gen Y dan Gen Z menunjukkan kesamaan. Tiga parpol dengan elektabilitas tertinggi adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), dan Partai Demorat.
Elektabilitas PDIP paling tinggi terekam pada generasi milenial tua. Sebanyak 25,8 persen responden pada kelompok ini menyebut akan memilih PDIP jika pemilu dilakukan saat ini. Gen Y-Tua tak pelak berpotensi sebagai basis suara kuat PDIP di tengah elektabilitas umum PDIP sebesar 22,7 persen
Di sisi lain, keterpilihan Partai Gerindra tercatat paling tinggi di tengah generasi centennial dengan 18 persen. Disandingkan dengan tingginya elektabilitas Prabowo yang juga nampak pada kelompok ini, generasi Z menjadi kelompok terkuat dalam penyumbang elektabilitas Partai Gerindra dan sosok kuat di partai ini, yakni Prabowo.
Pilihan partai antar generasi nampak berbeda pada posisi ketiga. Partai Demokrat yang mencapai keterpilihan di posisi ketiga dari golongan centennial, justru tidak diminati golongan tua. Generasi X cenderung memilih Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Begitu pula Gen Y-Tua yang mendokrak elektabilitas PKS dengan 11,1 persen keterpilihan di tengah elektabilitasnya yang hanya 6,8 persen.
Di tengah dinamika elektabilitas parpol, batu sandung ideologi perlu menjadi perhatian pemangku partai. Meskipun lebih dari 80 persen responden menyebut nama parpol yang akan dipilih jika pemilu dilakukan saat ini, publik belum merasakan kedekatan dengan partai.
Hal ini terkuak dari 67,1 persen yang mengaku tidak memiliki kedekatan dan kesamaan dengan parpol. Rasa berjarak ini tampak kuat di tengah generasi muda. Pada Gen Z dan Gen Y-muda, lebih dari 70 persen tidak merasakan adanya kedekatan dengan parpol.
Temuan ini menyumbang narasi penting di masa pemanasan mesin partai menyongsong Pemilu 2024. Tanpa adanya rasa kesamaan visi, misi, atau ideologi antar masyarakat dan partai, niscaya suara pemilih akan mudah beralih.
Baca juga : Survei ”Kompas”: Calon Anggota Legislatif Beri Insentif Elektoral ke Partai
Ceruk penting
Merujuk Sensus Penduduk Tahun 2020, seperempat (25,9 persen) merupakan generasi milenial. Jumlah tersebut berasal dari penduduk yang lahir pada 1981- 1996, atau berusia 24-39 tahun saat sensus tersebut dilakukan.
Sementara itu, proporsi Gen Z adalah (27,94 persen) sebagai penduduk yang lahir pada 1997-2012 atau berusia 8-23 tahun saat sensus dilakukan. Jika dibedah sesuai dengan klasifikasi usia yang berhak mengikuti pemilu, yakni penduduk berusia 15-24 tahun, maka proporsinya sebanyak 17,1 persen.
Artinya, proporsi milenial tetap paling besar dan menjadi ceruk besar pemilih. Di tambah dengan calon pemilih mula dari kalangan Gen Z, kelompok ini memiliki peran besar dalam menentukan suksesi kepemimpinan nasional.
Tidak hanya besar secara kuantitas, kelompok ini digadang sebagai kelompok yang punya ketertarikan kuat pada isu politik dan kepemimpinan nasioanal. Asumsi ini salah satunya didukung dengan peningkatan jumlah responden dalam memilih sosok capres.
Gen Z menunjukkan animo yang bertumbuh dalam kontestasi calon presiden. Tercatat hanya 9,3 persen yang belum memiliki gambaran siapa sosok yang akan dipilih. Angka ini menurun drastis dari survei periode Oktober 2021 yang tercatat masih 33,5 persen.
Kelompok pemilih mula dan muda memiliki peran besar dalam menentukan suksesi kepemimpinan nasional.
Kelompok pemilih belum menentukan pilihan dan jawaban (undecided voters) pada kelompok responden Gen Y juga menurun. Masing-masing pada Gen Y – Muda hanya tersisa 11,8 persen dan Gen Y – Tua hanya 9,7 persen. Proporsi ini lebih kecil dibandingkan dengan kelompok Gen X yang mencapai 14,1 persen.
Tak pelak, momen Pemilu 2024 semakin dirasakan oleh para calon pemilih. Animo ini perlu juga disambut dengan penguatan karakter kepemimimpinan sosok-sosok yang hendak maju ke pentas Pemilu 2024. Tidak hanya itu, parpol juga perlu menajamkan kembali ideologi kepartaian yang relevan dengan tantangan zaman. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Memahami Identitas Kepartaian dan Pemilih Partai