Satu Panggung, Berbagai Tujuan
Persaingan dalam Kejuaraan Asia Bulu Tangkis akan berlangsung ”panas”. Taruhannya adalah tiket Olimpiade Paris 2024.
Kejuaraan bulu tangkis regional, termasuk Kejuaraan Asia di Ningbo, China, pada 9-14 April, menjadi ajang terakhir pada masa kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Empat wakil Indonesia akan bersaing untuk memanfaatkan peluang lolos ke Paris meski peluang itu hanya sekecil lubang jarum.
Indonesia memiliki 14 wakil dari lima nomor pada kejuaraan yang pesertanya ditentukan berdasarkan peringkat itu. Empat wakil di antaranya memiliki misi berebut poin peringkat untuk bisa lolos ke Olimpiade, panggung persaingan terbesar atlet di dunia yang digelar empat tahun sekali. Pada tahun ini, Olimpiade diselenggarakan 26 Juli-11 Agustus, sementara persaingan memperebutkan lima emas bulu tangkis berlangsung 27 Juli-5 Agustus.
Mereka yang akan berusaha memanfaatkan kesempatan itu di Kejuaraan Asia adalah pemain ganda putra Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana serta tiga ganda campuran, yaitu Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja, dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati. Keempat wakil itu berpeluang menambah maksimal dua tiket, melengkapi lima tiket yang telah digenggam tim bulu tangkis Indonesia, yaitu dua tunggal putra, serta masing-masing satu dari tunggal putri, ganda putri, dan ganda putra.
Baca juga: Batal ke Kejuaraan Asia, Apriyani Masih Fokus Pemulihan Cedera
Sejak kualifikasi cabang bulu tangkis digelar pada 1 Mei 2023, kuota setiap negara dari setiap nomor akan ditentukan melalui peringkat yang dikeluarkan BWF pada 30 April. Setiap negara berhak memiliki dua wakil dari setiap nomor jika memenuhi syarat tertentu. Dua tiket nomor tunggal bisa didapat jika sebuah negara memiliki (minimal) dua wakil pada peringkat 16 besar, sedangkan untuk nomor ganda diberlakukan syarat berada pada peringkat delapan besar.
Daftar peringkat 30 April hanya menentukan jumlah kuota setiap negara, sedangkan nama-nama atlet yang didaftarkan ditentukan federasi negara masing-masing. Meski demikian, federasi memiliki kecenderungan menjadikan peringkat sebagai indikator untuk memilih atlet yang didaftarkan. Di pelatnas bulu tangkis Indonesia, pelatih ganda campuran Herry Iman Pierngadi dan pelatih ganda putra Aryono Miranat pernah mengatakan itu dan selalu menerapkan indikator tersebut.
Persaingan mendapat tiket Olimpiade di Kejuaraan Asia tak hanya terjadi dengan pemain negara lain, tetapi juga dengan rekan senegara. Warna kompetisi seperti ini akan terjadi pada sektor ganda campuran.
Di antara tiga pasangan Indonesia, Rinov/Pitha memiliki peluang terbesar lolos ke Paris 2024. Ini terjadi setelah mereka mencapai final Orleans Masters dan menjuarai Spanyol Masters dari lima turnamen dalam lima pekan beruntun di Eropa, pada Maret. Dengan hasil tersebut, berdasarkan ranking 2 April, Rinov/Pitha menjadi ganda campuran ke-13 yang bisa tampil di Paris dari kuota 16 pasangan.
Meski demikian, mereka harus tetap waspada agar tak tersalip pesaing terdekat, yaitu pasangan asal Singapura, Hee Yong Kai Terry/Tan Wei Han Jessica. Pasangan lain yang membayangi Rinov/Pitha adalah rekan senegara, Dejan/Gloria dan Rehan/Lisa.
Kalau berhasil, ini akan menjadi Olimpiade pertama mereka. Jadi, kalau bisa, jangan sampai menunggu empat tahun lagi.
Dari posisi pemain dalam peringkat kualifikasi, ganda campuran Indonesia hanya memungkinkan mendapat satu tiket. Rinov/Pitha bisa mempertahankan peluang mereka lolos ke Paris dengan berbagai skenario. Cara teraman agar tidak menggantungkan nasib pada pemain lain adalah dengan mencapai final.
Hasil lain, seperti mencapai semifinal, perempat final, hingga kalah pada babak pertama masih memungkinkan Rinov/Pitha mempertahankan posisi. Akan tetapi, nasib mereka akan bergantung pada hasil Hee/Tan, Dejan/Gloria, dan Rehan/Lisa.
Sementara, peluang Dejan/Gloria atau Rehan/Lisa menggeser posisi Rinov/Pitha dimungkinkan terjadi jika juara ditambah dengan syarat lain, yaitu Rinov/Pitha dan Hee/Tan mendapat hasil di bawah mereka.
Baca juga: Rinov/Pitha Harus Tetap Waspada di Kejuaraan Asia
Jalan berat Fikri/Bagas
Persaingan lebih ketat akan terjadi pada ganda putra, terutama antara Indonesia dan China, karena memiliki misi yang sama. Kedua negara mengejar dua tiket nomor tersebut untuk Paris 2024.
Untuk sementara, China berhak atas dua tiket dengan keberadaan dua pasangan pada peringkat delapan besar, yaitu Liang Wei Keng/Wang Chang pada peringkat ketiga dan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (8). Sementara, Indonesia baru memiliki satu tiket dari Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang berada pada peringkat ketujuh.
Namun, salah satu dari dua tiket China bisa saja direbut Indonesia jika Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana bisa naik dari posisi kesembilan. Itu artinya, mereka setidaknya harus menggeser posisi Liu/Ou ke bawah.
”Fikri/Bagas harus mendapat hasil yang lebih baik dari Liu/Ou dengan syarat mereka harus mencapai semifinal. Jika hanya mencapai babak kedua atau perempat final, poin Fikri/Bagas belum cukup untuk menggeser Liu/Ou,” tutur pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Aryono Miranat di pelatnas, Cipayung, Jakarta, pekan lalu.
Baca juga: Fikri/Bagas Lebarkan Peluang ke Olimpiade
Agar syarat itu tidak menjadi beban berlebihan yang bisa berpengaruh buruk pada permainan Fikri/Bagas di lapangan, Aryono mengatakan, dia harus terus memberikan motivasi kepada juara All England 2022 itu. ”Kalau berhasil, ini akan menjadi Olimpiade pertama mereka. Jadi, kalau bisa, jangan sampai menunggu empat tahun lagi,” tutur Aryono.
Fikri/Bagas telah bertekad mengeluarkan semua kemampuan terbaik mereka di Kejuaraan Asia. Mereka akan membawa pola pikir yang menjadi mantra ampuh bagi atlet, yaitu fokus pada pertandingan terdekat, bahkan, poin demi poin saat bertanding, bukan berpikir hasil. Apalagi persaingan pada level Asia tak ubahnya seperti persaingan tingkat dunia. Fikri/Bagas menilai, semua pasangan akan menjadi lawan berat.
Perjalanan mereka di Kejuaraan Asia dimulai dengan persaingan dengan ganda putra Thailand, Supak Jomkoh/Kittinupong Kedren. Walaupun selalu menang pada empat pertemuan sebelumnya, Fikri/Bagas tak boleh lengah karena Jomkoh/Kedren tampil konsisten dalam empat turnamen di Eropa dengan selalu mencapai perempat final. Mereka pun bisa mengalahkan pasangan top dunia, yaitu Liu/Ou dan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen.
Pada babak yang sama, Liu/Ou berhadapan dengan pasangan India yang juga selalu dikalahkan dalam dua pertemuan, yaitu MR Arjun/Dhruv Kapila. Jika menang, Liu/Ou bisa bertemu Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin. Jika ini terjadi, skuad Indonesia tentunya berharap Leo/Daniel bisa menghentikan langkah Liu/Ou.
Baca juga: Dari Oase All England, Emas Olimpiade Mulai Dibentuk
Jika bisa melewati babak pertama, Fikri/Bagas memiliki peluang melawan peraih emas ganda putra Olimpiade Tokyo 2020, Lee Yang/Wang Chi Lin. Pasangan Taiwan itu berada pada posisi aman untuk tampil pada Olimpiade berikutnya, tetapi mereka bisa saja menjadi pengganjal target ganda putra Indonesia jika Fikri/Bagas lengah.
Tantangan berikutnya berpeluang datang dari pasangan juara dunia asal Korea Selatan, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae, jika Fikri/Bagas lolos ke perempat final. Lalu, persaingan head to head dengan taruhan tiket Olimpiade bisa terjadi seandainya Fikri/Bagas dan Liu/Ou berjumpa di semifinal.
”Tidak ada lawan mudah sejak babak pertama. Undian memang berat, tetapi harus dihadapi,” kata Fikri.
Sementara itu, ketika Fikri/Bagas harus tampil habis-habisan demi tiket Olimpiade, Fajar/Rian akan memanfaatkan Kejuaraan Asia untuk mencapai konsistensi permainan. Target ini dikatakan Rian setelah mereka menjuarai All England untuk kedua kali secara beruntun.
”Kami ingin konsisten bermain pada level atas dalam beberapa turnamen sebelum Olimpiade, termasuk di Kejuaraan Asia. Namun, target utamanya tentu mencapai puncak penampilan di Olimpiade,” kata Rian yang tersingkir pada perempat final Kejuaraan Asia 2023.
Konsistensi penampilan juga diharapkan datang dari Jonatan Christie dan Anthony Sinisika Ginting yang menciptakan final sesama Indonesia pada tunggal putra All England. Jonatan mengalahkan Anthony dalam final itu untuk mendapatkan gelar pertamanya pada 2024.
Selain gelar juara All England, Jonatan memiliki motivasi karena batal tampil di Kejuaraan Asia 2023 karena sakit, sedangkan Anthony mempunyai sumber motivasi lain, yaitu menjadi juara Asia 2023.