De Zerbi akan membuktikan seberapa pantas sistem bermain miliknya untuk menggantikan gaya Klopp yang jauh berbeda.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LIVERPOOL, SABTU — Bagi Liverpool, laga versus Brighton dan Hove Albion tidak hanya krusial untuk persaingan gelar juara. Itu juga akan mencerminkan masa depan tim. Digadang-gadang sebagai suksesor Juergen Klopp, Manajer Brighton Roberto De Zerbi akan mempresentasikan ide bermainnya di Stadion Anfield, calon rumahnya pada masa depan.
Hidup terus berputar. Prinsip itu agaknya cocok dengan situasi Liverpool jelang menjamu Brighton, Minggu (31/3/2024). Jumat malam, mereka baru kehilangan Pelatih Xabi Alonso untuk menggantikan Klopp musim depan. Alonso memilih bertahan di Bayer Leverkusen, menepis godaan Liverpool dan Bayern Muenchen.
Seperti sebuah kebetulan, De Zerbi akan bertamu ke Stadion Anfield hanya dua hari berselang. Adapun setelah Klopp mengumumkan akan hengkang pada akhir musim, Januari lalu, pria asal Italia itu merupakan salah satu nama yang masuk dalam daftar manajer Liverpool berikutnya, selain Alonso.
Klopp menyambut sang calon suksesor dengan tangan terbuka. ”Kami tahu betapa sulit melawan Brighton (beberapa tahun belakangan). Roberto melakukan pekerjaan luar biasa di sana. Saya pikir mereka telah berkembang dalam 18-20 bulan terakhir sejak dia datang ke klub. Dia adalah pelatih hebat,” puji Klopp.
Masalahnya, pergantian dari Klopp ke De Zerbi akan jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan. De Zerbi memang berhasil menduplikasi Manchester City, dominan dalam penguasaan bola, dengan kualitas pemain yang terbilang biasa-biasa saja. Namun, City bukan Liverpool. Pendekatan kedua tim itu berbanding terbalik.
Brighton dan City merupakan dua tim teratas dalam catatan penguasaan bola. Mereka juga sangat lambat dan rumit saat menyerang. Menurut data The Analyst, Brighton sukses membangun serangan dari bawah sebanyak 135 kali, ketiga tertinggi setelah City dan Arsenal, unggul jauh dibandingkan Liverpool (79).
Cara mereka bermain sangat berbeda (dengan kami). Saya tidak akan bisa melatih seperti itu (yang dilakukan De Zerbi). Itu berlawanan dengan ciri khas saya, meskipun menarik disaksikan.
Di sisi lain, Liverpool masuk dalam klasifikasi tim dengan serangan yang lebih cepat dan langsung. ”Si Merah” melancarkan serangan langsung nan kilat sebanyak 71 kali, kedua terbanyak setelah Manchester United (72). Adapun dalam kategori yang sama, Brighton menempati peringkat ketiga terbawah (32).
Sejumlah statistik tersebut memperlihatkan, gaya Liverpool dan Brighton berada di dua kutub berbeda. Liverpool yang mengandalkan gegenpressing berharap situasi kacau dan tempo secepat mungkin untuk menciptakan peluang. Brighton lebih menyukai pola serangan terstruktur dan sistematis dari bawah hingga atas.
”Sangat menarik untuk dilihat (permainan Brighton) dan saya sejujurnya saya suka menonton itu. Penempatan posisi mereka sangat jelas, juga umpan yang selalu di momen tepat. Itu cukup rumit. Mereka mengutamakan penguasaan bola dengan pendekatan lebih terstruktur dari posisi setiap pemain dibandingkan City,” tutur Klopp.
Namun, Klopp menyampaikan, mustahil baginya memainkan gaya ala De Zerbi. Pendekatan mereka terlalu kontras. ”Cara mereka bermain sangat berbeda (dengan kami). Saya tidak akan bisa melatih seperti itu (yang dilakukan De Zerbi). Itu berlawanan dengan ciri khas saya, meskipun menarik disaksikan,” ujarnya.
Ucapan Klopp seperti menyiratkan, gaya bermain heavy metal miliknya tidak akan bertahan jika De Zerbi ditunjuk sebagai penerus. Karena itu, De Zerbi harus membuktikan sekali lagi di Anfield, ide bermainnya bisa menghasilkan sesuatu: gaya berbeda itu layak untuk diperjuangkan musim depan.
Adapun sejak menukangi Brighton pada September 2022, De Zerbi belum pernah sekali pun kalah dari Klopp. Brighton bahkan menang dua kali dalam empat pertemuan terakhir di seluruh kompetisi. Dua laga lainnya berakhir imbang. Tekanan intens Liverpool tampak kurang efektif menghadapi struktur rapi Brighton.
Terlepas dari perbedaan gaya, manajemen Liverpool terlihat sudah siap menyongsong era baru. Dilihat dari kandidat manajer baru, tidak ada yang memiliki sistem persis seperti Klopp. Adapun Alonso di Leverkusen juga memainkan sistem serangan yang lambat dan rumit seperti gurunya, Josep Guardiola.
De Zerbi masih terikat kontrak dengan Brighton sampai Juni 2026. Dia berkata bulan lalu, belum terpikir untuk hengkang di akhir musim. ”Hanya ada Brighton di kepala saya saat ini. Saya punya kontrak dan belum memutuskan apa pun (untuk masa depan). Saya ingin mengakhiri musim sebaik mungkin dengan Brighton,” ujarnya.
Di balik presentasi De Zerbi, Liverpool wajib untuk memenangi laga nanti. Mereka memiliki kesempatan terbaik untuk mengudeta puncak klasemen di akhir pekan. Adapun setelah pertarungan di Anfield, dua pesaing gelar juara lain, Manchester City dan Arsenal, akan saling berhadapan. (AP/REUTERS)