Ganda putra Indonesia menjuarai All England dalam dua tahun terakhir. Tantangan mempertahankan hasil itu kian berat.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
BIRMINGHAM, SELASA — Sejak era 1970-an, nomor ganda putra selalu menjadi andalan Indonesia dalam meraih gelar juara bulu tangkis di arena internasional, termasuk di All England. Pada 2024, All England menjadi ujian bagi kekuatan ganda putra Indonesia yang prestasinya menurun bersama nomor lain pada 2023.
Indonesia masih bisa menjuarai ganda putra All England pada 2023 melalui Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Bahkan, gelar tersebut didapat melalui final sesama pemain Indonesia ketika Fajar/Rian berhadapan dengan senior mereka, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
Namun, sejak saat itu, Indonesia tak juga melahirkan juara pada turnamen besar berlevel Super 750 atau 1000, baik pada ganda putra maupun nomor lain. Persaingan yang berlangsung Arena Birmingham, Inggris, 12-17 Maret, pun menjadi tes apakah Fajar/Rian dan kawan-kawan bisa bangkit atau tidak.
Perjalanan skuad ganda putra “Merah Putih” di All England 2024 diawali penampilan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, juara All England 2022. Pada babak pertama yang berlangsung Selasa (12/3/2024), mereka mengalahkan pasangan Skotlandia, Alexander Dunn/Adam Hall, 21-18, 21-16. Lawan mereka pada babak kedua adalah Hendra/Ahsan atau unggulan teratas, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Setty (India), yang akan berhadapan pada Rabu.
“Alhamdulillah bisa melaju ke babak kedua. Namun, permainan kami masih kurang baik, terutama pada pertahanan yang masih mudah ditembus lawan. Ini yang harus kami perbaiki untuk babak berikutnya,” ujar Fikri yang harus mendapat banyak poin ranking di All England untuk membuka peluang lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Fikri/Bagas menjadi salah satu dari empat ganda putra Indonesia yang tampil di All England tahun ini. Wakil lainnya, yang akan bertanding mulai Rabu adalah Fajar/Rian, Hendra/Ahsan, dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang akan tampil mulai Rabu. Fajar/Rian akan melawan Lee Fang Chih/Lee Fang Jen (Taiwan), sementara Leo/Daniel berhadapan dengan pasangan Taiwan lainnya, Lee Yang/Wang Chi Lin.
Kecuali Leo/Daniel, tiga pasangan lain menjadi bagian dari juara ganda putra turnamen yang pada tahun ini berusia 125 tahun tersebut. Indonesia memiliki 23 gelar ganda putra dari total 50 gelar di All England. Nomor ini lima kali dijuarai skuad Indonesia pada tujuh tahun terakhir melalui Fajar/Rian (2023), Fikri/Bagas (2022), dan Hendra/Ahsan (2019). Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon menjadi juara dalam dua tahun beruntun, 2017 dan 2018.
Pada 2022, “Merah Putih”, bahkan, menempatkan tiga wakil di semifinal. Hendra/Ahsan menentukan terjadinya final sesama Indonesia setelah mengalahkan He Ji Ting/Tan Qiang (China). Adapun Fikri/Bagas menang atas Kevin/Marcus. Total, Indonesia memiliki enam wakil ganda putra di All England pada tahun tersebut.
Dua tahun kemudian, jumlah wakil berkurang dalam persaingan yang kian ketat. Tak ada satu pasangan atau negara pun yang mendominasi persaingan ganda putra. Maka, pilihan untuk barisan ganda putra Indonesia pun hanya ada dua, bangkit atau semakin tertinggal dari pasangan lain pada tahun penyelenggaraan Olimpiade ini.
Selain Bagas/Fikri, dua ganda campuran Indonesia yang bersaing untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024 tampil pada hari pertama turnamen. Keduanya langsung berhadapan dengan lawan berat, yaitu Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja melawan unggulan kelima, Jiang Zhen Bang/Wei Ya Xin (China). Sementara Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati berhadapan dengan Tang Chun Man/Tse Ying Suet (Hongkong/8).
Pasangan lain, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, bersaing di Orleans Masters Super 300 yang berlevel lebih rendah pada pekan yang sama. Ini menjadi strategi dalam upaya meraih banyak poin dalam persaingan lebih ringan. Jika menjadi juara di Orleans Masters, poin ranking yang bisa didapat adalah 7.000, sama seperti ketika mencapai perempat final turnamen Super 1000 seperti All England.
Dua pemain tunggal, Anthony Sinisuka Ginting dan Gregoria Mariska Tunjung, juga bermain pada Selasa, sementara Jonatan Christie dan semifinalis Perancis Terbuka, Chico Aura Dwi Wardoyo, akan bertanding mulai Rabu.
Permainan kami masih kurang baik, terutama pada pertahanan yang masih mudah ditembus lawan. Ini yang harus kami perbaiki untuk babak berikutnya.
Pada ganda putri, satu-satunya pasangan Indonesia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, berhadapan dengan wakil India yang bisa menjadi “kuda hitam”, Treesa Jolly/Gayatri Gopichand Pullela. Jolly/Pullela membuat kejutan di All England 2023 dengan menembus semifinal setelah mengalahkan pasangan-pasangan kuat asal Thailand, Jepang, dan China.
Oleh pelatih ganda putri pelatnas Eng Hian, partisipasi Apriyani/Fadia di Eropa menjadi bahan evaluasi, terutama untuk melihat kemampuan Apriyani setelah didera cedera lutut kanan pada 2023. Satu faktor yang paling menantang untuk diatasi Apriyani adalah rasa takut munculnya kembali rasa sakit.
Namun, sebagai andalan Indonesia pada nomor ganda putri, apalagi, dengan akan diselenggarakannya Olimpiade Paris pada 26 Juli-11 Agustus, Apriyani harus menantang dirinya sendiri untuk mengatasi kendala psikis tersebut.
Di Perancis Terbuka, Apriyani bisa memperlihatkan upayanya itu meski dihentikan Li Wen Mei/Liu Xuan Xuan (China) pada babak kedua. Apriyani/Fadia menyingkirkan unggulan ketiga, Kim So-yeong/Kong Hee-yong (Korea Selatan), pada babak pertama.
”Saya melihat, performa Apriyani di latihan dan saat pertandingan di Perancis Terbuka jauh berbeda. Performa saat pertandingan lebih baik. Faktor ini yang memang kami cari dulu di Eropa dibandingkan hasil. Mengembalikan keberanian dan kepercayaan diri untuk bergerak seperti sebelum cedera adalah faktor paling sulit,” tutur Eng Hian.
Eng Hian pun berharap bisa melihat ganda putri peringkat kesembilan dunia itu bermain dan menunjukkan kepercayaan diri yang lebih baik di All England, juga, di Swiss Terbuka pada pekan depan. Pada 2023, Apriyani/Fadia mencapai perempat final di All England.