Iran bertekad tampil di final pertama kali sejak 1976, sedangkan Qatar ingin menjaga hegemoni di kandang sendiri.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
DOHA, SELASA – Iran berambisi mengakhiri penantian nyaris setengah abad untuk kembali tampil di partai puncak Piala Asia ketika bersua Qatar pada babak semifinal, Rabu (7/2/2024) pukul 22.00 WIB, di Stadion Al Thumama, Doha. Selain itu, “Tim Melli” juga punya kepentingan untuk menghentikan Qatar menyamai capaian mereka yang ditorehkan pada 1976 silam.
Piala Asia edisi keenam pada 1976 adalah kali terakhir Iran menembus laga final sekaligus menjadi juara. Kala itu, Iran merengkuh gelar juara di kandang sendiri usai menumbangkan Kuwait, 1-0.
Setelah meraih gelar juara pada tiga edisi beruntun, yaitu 1968, 1972, dan 1976, Iran selalu gagal menembus gim perebutan trofi juara, meski sempat enam kali menembus partai semifinal.
Kami wajib melupakan kebahagiaan dari pertandingan kontra Jepang. Tugas kami adalah kembali memberikan fokus terbaik untuk laga melawan Qatar.
Catatan itu terakhir kali tercipta pada edisi Uni Emirat Arab 2019 ketika mereka tumbang dari Jepang di babak empat besar. Iran mengalami semifinal sebagai tembok besar yang sulit mereka runtuhkan pada edisi 1980, 1984, 1988, 1996, 2004, dan 2019.
Pada duel semifinal kontra Qatar, Tim Melli tentu tidak ingin mengalami kegagalan yang ketujuh menembus final. Bekal menyingkirkan Jepang, tim terbaik Asia saat ini, di babak perempat final menjadi tambahan kepercayaan diri bagi skuad Iran. Sebab, mereka telah membalaskan dendam kepada “Samurai Biru”, julukan Jepang, yang menumbangkan mereka di babak semifinal UEA 2019.
Saeid Ezatolahi, gelandang bertahan Iran, mengakui kemenangan atas Jepang telah memberikan keyakinan kepada seluruh pemain Iran untuk mengejar prestasi terbaik di Qatar. Ia menyebut skuad Iran tampil sangat bersatu dan saling bahu-membahu untuk memberikan performa maksimal di laga melawan Jepang yang berakhir keunggulan, 2-1, setelah menjalani laga selama 120 menit.
“Kami wajib melupakan kebahagiaan dari pertandingan kontra Jepang. Tugas kami adalah kembali memberikan fokus terbaik untuk laga melawan Qatar, sehingga kami bisa kembali tampil dengan kekuatan terbaik dan memberikan kesenangan kepada pendukung kami di akhir laga,” tutur Ezatolahi dalam konferensi pers jelang laga, Selasa (6/2), di Doha.
Pemain klub Denmark, Velje, itu mengakui Qatar lebih diunggulkan pada laga semifinal itu. Tetapi, katanya, skuad Iran tidak akan gentar tampil di bawah tekanan pendukung tuan rumah.
“Qatar tentu akan bermain dengan motivasi besar karena berstatus tim tuan rumah dan juara bertahan. Kami juga sangat termotivasi untuk mencetak prestasi karena Piala Asia adalah turnamen kedua terbesar bagi timnas Iran setelah Piala Dunia,” tutur gelandang berusia 27 tahun itu.
Tak peduli kritik
Kemenangan akan membawa Iran ke final Piala Asia pertama dalam 48 tahun. Selain itu, mereka juga akan menutup kans Qatar untuk menyamai prestasi mereka yang mampu mempertahankan trofi ketika menjadi tuan rumah Piala Asia. Iran mengalami itu ketika meraih gelar Piala Asia 1972 di Thailand, lalu bisa kembali menjadi juara saat tampil di rumah sendiri pada 1976.
Sebelum Iran, Korea Selatan telah lebih dulu mencatatkan capaian tersebut. Korsel menjadi kampiun ketika menyelenggarakan turnamen pada 1960. Sebelumnya, “Pasukan Taegeuk” adalah juara edisi perdana Piala Asia di Hong Kong 1956.
Untuk menembus final, pelatih Iran Ardeshir Ghalenoei bakal menutup kupingnya dari segala kritik yang menghujam dirinya dan skuad Iran. Meski mampu mengalahkan Jepang, Ghalenoei dihujat di negeri sendiri karena menampilkan permainan yang cenderung pragmatis, alih-alih meladeni permainan menyerang Jepang.
Penampilan Iran juga dianggap tidak istimewa setelah hanya mampu mengalahkan Suriah melalui drama adu penalti di babak 16 besar. Bagi Ghalenoei, kritik itu tidak akan mengubah pendekatan permainan yang disiapkannya untuk menghadapi Qatar. Ia menegaskan, pemain Tim Melli telah menjalankan rencana gim yang diinstruksikannya dengan baik.
“Jika kami bermain buruk, kami tidak akan bisa mengkreasikan kans mencetak gol dan menampilkan kelemahan dalam struktur bertahan. Lebih baik Anda menganggap kami bermain dan mencetak gol jelek daripada kami bermain baik tetapi gagal menciptakan peluang,” tutur Ghalenoei dalam konferensi pers jelang pertandingan.
Sementara itu, pelatih Qatar Tintin Marquez memprediksi duel melawan Iran akan menjadi pertarungan yang sulit dan sengit. Untuk itu, ia telah mempersiapkan skuadnya untuk siap menghadapi berbagai situasi di pertandingan nanti, termasuk jika pertarungan membutuhkan 120 menit dan adu penalti untuk menentukan pemenang.
“Iran adalah tim yang menuntut kami untuk memberikan seluruh kemampuan maksimal apabila ingin menang. Saya yakin semua pemain memiliki tekad besar untuk kembali tampil ke final,” kata Marquez.
Tarek Salman, bek Qatar, menambahkan, dirinya dan rekan setim bakal tampil dengan level konsentrasi terbaik untuk meredam permainan Iran dan menciptakan peluang guna mencetak gol. Sebagai bek, Salman menyebut, pemain-pemain depan Iran yang bermain di Eropa, seperti Mehdi Taremi dan Sardar Azmoun, adalah ancaman terbesar.
“Pengalaman bermain di klub dan kompetisi besar Eropa adalah keuntungan mereka. Kami harus siap menghadapi laga dengan pertarungan fisik yang intens,” tutur Salman.
Kemenangan atas Iran akan membawa Qatar kembali tampil di Stadion Lusail. Sebelumnya, Qatar tampil di arena partai puncak itu ketika menjalani laga pembuka Piala Asia 2023 menghadapi Lebanon.