Stadion Jassim bin Hamad, Mungil tetapi Kelas Dunia
Stadion klub Qatar membuktikan stadion berstandar FIFA tidak selalu harus berkapasitas besar.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR DARI AL RAYYAN, QATAR
·4 menit baca
Sekitar 10.386 suporter memadati Stadion Jassim bin Hamad untuk menyaksikan duel Bahrain kontra Malaysia di laga Grup E Piala Asia 2023, Sabtu (20/1/2024). Sebagai kandang tim tersukses di Qatar, Al Sadd, stadion itu amat mini, tetapi sudah memenuhi standar turnamen internasional.
Berbeda dengan mayoritas stadion di Qatar yang memiliki atap melingkar, Jassim bin Hamad memiliki konstruksi atap persegi panjang. Empat menara di setiap sudut atas atap menjadi ikon desain dari stadion yang telah dibuka sejak tahun 1974 itu.
Stadion yang dinamai dari mantan Menteri Pendidikan Qatar Jassim bin Hamad bin Abdullah al-Thani itu berada di antara kawasan perumahan di Jalan Al Nadi, kota Al Rayyan. Untuk menempuh stadion itu pun terjangkau karena hanya berjarak 5 kilometer dari pusat kota Doha. Dekat stadion itu juga terdapat Stasiun Metro Al Sudan. Jarak stasiun metro menuju stadion kurang dari 10 menit jalan kaki.
Stadion Jassim bin Hamad menjadi bukti untuk mewujudkan stadion berstandar FIFA yang layak menggelar laga internasional tidak melulu harus besar. Dengan kapasitas hanya sekitar 12.000, stadion itu sudah sering menjadi saksi bisu laga-laga sepak bola besar, tidak hanya di Liga Qatar, tetapi juga duel internasional.
Al Sadd menggunakan stadion itu untuk tampil di Liga Qatar sejak 1975. Itu artinya Jassim bin Hamad adalah saksi raihan 14 dari 16 gelar juara Liga Qatar untuk tim berjuluk ”Al Zaim” atau Sang Penguasa. Tak ketinggalan, Jassim bin Hamad juga menjadi kandang Al Sadd untuk menjalani laga Liga Champions Asia.
Tim tersukses di Italia, Juventus, sudah dua kali tampil di stadion itu. Momen itu tercipta pada dua edisi Piala Super Italia 2014 dan 2016. Sayangnya, Stadion Jassim bin Hamad tidak memberikan keberuntungan bagi Juve. Sebab, ”Si Nyonya Besar” menelan kekalahan lewat drama adu penalti dari Napoli pada 2014, lalu hal serupa terulang pada edisi 2016 melawan AC Milan.
Stadion Jassim bin Hamad menjadi bukti untuk mewujudkan stadion berstandar FIFA yang layak menggelar laga internasional tidak melulu harus besar.
Sebelum menjadi lokasi pertandingan Piala Asia 2023, stadion itu juga telah menjadi arena pertandingan laga sepak bola Asian Games 2006, termasuk pertandingan perebutan medali emas. Adapun turnamen sepak bola yang pertama digelar di stadion itu adalah Piala Teluk Arab 1998.
Adapun laga internasional yang digelar di Jassim bin Hamad justru bukan pertandingan Qatar. Pertandingan uji coba antara Uni Emirat Arab dan Bulgaria tercipta pada 21 Januari 1988. Duel itu dimenangi Bulgaria, 3-2. Kemenangan, 1-0, Bahrain atas Malaysia adalah gim internasional ke-165 di stadion yang telah menjalani renovasi terakhir pada 2010 itu.
Kapasitas kecil
Jassim bin Hamad adalah contoh stadion mungil yang memiliki fasilitas dan standar keamanan paling mutakhir. Dengan hanya memiliki satu tingkat tribune, stadion itu dibekali 16 pintu masuk-keluar. Menariknya, pintu masuk dan keluar itu sejajar dengan lapangan pertandingan, jadi penonton bisa berhadapan langsung dengan pemain. Untuk keamanan, terdapat pagar setinggi 45 centimeter yang membatasi lapangan dengan tribune stadion.
Setelah pertandingan, pemain terbaik sekaligus pencetak gol kemenangan Bahrain, Ali Madan, pun mendatangi tribune penonton. Fans Bahrain yang kebanyakan anak-anak di tribune barat memanggil pemain asal klub Uni Emirat Arab, Ajman, itu.
”Ali. Ali. Ali,” teriakan para suporter cilik itu yang tak berhenti mengelu-elukan nama sang idola.
Ketika melihat para fans anak-anak itu, Ali, yang hanya mengenakan rompi karena telah menanggalkan jerseinya untuk diberikan kepada fans di tribune utara, langsung memeluk belasan pendukung anak-anak itu.
”Kami merasakan dukungan luar biasa dari suporter di tribune. Mereka menyuntikkan spirit yang besar bagi semua pemain,” kata Ali seusai laga.
Bagi Bahrain, Jassim bin Hamad adalah ”rumah” mereka di Piala Asia 2023 sebab mereka telah menjalani dua laga di stadion itu. Sebelumnya, mereka tumbang, 1-3, dari Korea Selatan. Penampilan mereka di stadion itu membuka kans untuk lolos ke babak 16 besar.
Tidak hanya penonton, wartawan yang meliput pertandingan itu juga sangat dekat menyaksikan pertandingan. Tribune media pun memiliki tinggi yang lebih rendah dari tribune naratama. Itu membuat wartawan bisa mendengar jelas instruksi pelatih dan melihat dengan saksama pemain-pemain cadangan yang tengah pemanasan di sisi lapangan.
Meskipun mini, tribune media bisa menyediakan lebih dari 100 kursi. Satu meja terdapat tiga kursi wartawan. Di setiap meja itu pun telah tersedia layar berukuran 14 inchi untuk menyaksikan pertandingan. Layar itu berfungsi untuk menonton tayangan ulang momen-momen penting pertandingan yang terlewatkan.
Kabel terminal listrik, tisu, hand sanitizer, kabel LAN (local area network), dan botol air minum tersedia di satu meja itu. Meskipun stadion mini, Jassim bin Hamad menyajikan standar tribune media layaknya ajang Piala Dunia.
Di sisi timur juga terdapat tribune bagi tamu istimewa sekaligus lounge yang menyediakan makanan bagi para tamu naratama. Kursi tribune naratama terbuat dari kayu dan bersofa serupa di ruang-ruang tamu kantor-kantor pejabat utama di Indonesia.
Dari sisi desain dan kapasitas tribune, Stadion Jassim bin Hamad bisa menjadi contoh bagi tim-tim Indonesia untuk mewujudkan infrastruktur yang berkelas dunia. Tidak usah muluk-muluk mengejar kemegahan sebab stadion berstandar FIFA pun bisa diwujudkan dengan kapasitas kecil.