Liverpool bagai Petinju Ortodoks Tanpa Tangan Kanan
Tanpa Salah dan Alexander-Arnold, nasib Liverpool bisa seperti petinju ortodoks yang berduel tanpa tangan kanan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LIVERPOOL, RABU — Perjalanan di awal tahun 2024 terasa sangat berat untuk Liverpool. Sudah ditinggal penyerang Mohamed Salah ke Piala Afrika, kini mereka harus kehilangan bek sayap Trent Alexander-Arnold akibat cedera lutut. Dua pemain itu merupakan gudang kreativitas serangan ”Si Merah” sepanjang musim ini.
Alexander-Arnold dipastikan absen selama beberapa minggu menjelang laga semifinal pertama Piala Liga versus Fulham yang akan berlangsung pada Kamis (11/1/2024) dini hari WIB. Hanya beberapa hari berselang setelah dipuji Manajer Juergen Klopp berkat penampilan spesial saat menaklukkan Arsenal di babak ketiga Piala FA.
Di laga itu, Alexander-Arnold tidak hanya menggantikan peran Virgil van Dijk sebagai kapten tim. Dia juga membuat ketidakhadiran Salah jadi tidak terlalu berdampak. Kreativitas dan fleksibilitas sang inverted full-back menyelamatkan Liverpool. ”Anda bisa melihat betapa berkelas dirinya saat bersama bola,” puji Klopp.
Situasi itu membuat Liverpool terlihat seperti petinju ortodoks tanpa tangan kanan. Mereka kehilangan senjata terkuat. Alexander-Arnold dan Salah, yang sama-sama beroperasi di sisi kanan, merupakan inspirasi terbesar Si Merah di lini serang. Keduanya adalah faktor utama serangan Liverpool begitu disegani musim ini.
Menurut Whoscored, Liverpool tercatat sebagai tim yang menciptakan peluang besar terbanyak di liga sejauh ini (52). Salah (17) dan Alexander-Arnold (12) adalah penyumbang terbanyak di Liverpool yang berkontribusi lebih dari separuh catatan tim. Tidak ada satu pun pemain di Liga Inggris yang melebihi catatan mereka.
Bisa terlihat kebergantungan Liverpool pada kedua pemain dengan daya imajinasi itu. Sentuhan magis mereka sangat dibutuhkan dalam sistem Klopp. Selain itu, Alexander Arnold (130) dan Salah (92) juga memimpin jumlah umpan progesif dalam tim. Umpan mereka tidak hanya untuk mencari aman, tetapi juga mengawali serangan.
Pukulan besar (untuk kami). Dia (Alexander-Arnold) sangat menentukan di semua laga. Dia terus menciptakan peluang dan membuat tim ini sangat fleksibel. Kami akan merindukannya.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Peribahasa itu tepat mewakili kondisi Liverpool. ”Pukulan besar (untuk kami). Dia (Alexander-Arnold) sangat menentukan di semua laga. Dia terus menciptakan peluang dan membuat tim ini sangat fleksibel. Kami akan merindukannya,” kata asisten manajer Liverpool Pep Ljinders.
Tanpa Alexander-Arnold, Liverpool tidak hanya kehilangan mesin pencipta peluang. Klopp juga harus mengganti sistem bermain. Seperti diketahui, pemain tim nasional Inggris itu menjalankan peran hibrida sejak April 2023. Dia menjadi bek sayap saat bertahan, tetapi naik jadi pengatur serangan di gelandang jangkar ketika penguasaan.
Sistem baru itu membawa dua manfaat sekaligus. Kelemahan Alexander-Arnold dalam bertahan bisa ditutupi. Kelebihannya dalam mengatur ritme dan menciptakan peluang lebih terekspos karena berada di posisi lebih sentral. Liverpool sudah bergantung dengan sistem itu, seperti peran hibrida John Stones di Manchester City.
Sejak Alexander-Arnold mendapatkan peran baru, menurut The Athletic, tidak ada tim yang meraih poin lebih banyak di liga dibandingkan dengan Liverpool (69). Si Merah bahkan hanya kalah sekali dari total 30 pertandingan. Sistem tersebut pula yang mengantar Liverpool bertengger sebagai pemuncak klasemen sementara liga.
Di Liverpool, tidak ada pemain dengan paket keterampilan serupa yang bisa menggantikan Alexander-Arnold. Meskipun begitu, menurut Ljinders, hidup harus tetap berjalan. Mereka akan memanfaatkan sebisa mungkin skuad saat ini dan para pemain akademi, seperti saat diterpa badai cedera di paruh pertama musim.
”Kami punya banyak senjata. Tidak satu pemain pun yang tidak tergantikan. Kami tidak bergantung pada satu, dua, tiga, atau empat pemain. Hal yang membedakan sebuah tim dari mencapai musim baik dan hebat adalah bagaimana melewati fase seperti ini. Bagaimana para pemain lain bereaksi ketika banyak yang absen,” ujar Ljinders.
Klopp pernah berkata di 2016, tim dengan gaya gegenpressing seperti Liverpool tetap bisa hidup walaupun tanpa pengatur serangan andal. Mereka akan bertumpu pada tekanan intens saat kehilangan bola, merebut bola, dan langsung menciptakan situasi transisi. Si Merah pun kemungkinan akan menambah intensitas tekanan itu.
Posisi bek sayap berpotensi diisi oleh pemain akademi Conor Bradley (20). Dia tampil impresif saat diturunkan dari cadangan versus Arsenal. Bradley tidak bisa mengimbangi sumbangan kreativitas yang diberikan Alexander-Arnold setiap pekan. Namun, dengan energi besar dan motivasi tinggi, dia bisa efektif dalam sistem intens ala Klopp.
Sementara itu, percikan di lini serang diharapkan datang dari penyerang Diogo Jota yang baru sembuh dari cedera. Pengaruh Jota langsung terasa dalam tiga laga terakhir, saat dimainkan dari bangku cadangan. Dia mencatat 1 gol dan 2 asis dari hanya total 62 menit. Saat dia di lapangan, serangan Liverpool terasa lebih mengalir.
Adapun Liverpool harus menghadapi jadwal cukup padat di Januari, saat banyak tim Liga Inggris lain bisa beristirahat selama sekitar dua pekan. Mereka harus menghadapi dua laga semifinal Piala Liga, babak keempat Piala FA, serta satu pertandingan Liga Inggris versus Bournemouth. Alexander-Arnold hampir pasti absen di seluruh laga itu. (AP/REUTERS)