Fulham pernah nyaris menyudahi supremasi domestik Liverpool di Anfield. Mereka mencoba mengulanginya di Piala Liga.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LIVERPOOL, SELASA — Fulham yang saat ini tercecer di papan tengah Liga Inggris pernah melakukan hal sensasional dengan menyulitkan Liverpool di hadapan pendukungnya sendiri bulan lalu. Tidak butuh waktu lama, Liverpool kembali harus mengulangi ingatan buruk itu pada pertemuan pertama semifinal Piala Liga Inggris di Stadion Anfield, Kamis (11/1/2024) pukul 03.00 WIB.
”Si Merah” akan berusaha menangkal musuh masa lalu itu demi menegaskan supremasi domestik.
Bertahan di empat kompetisi, memuncaki klasemen sementara Liga Inggris, dan belum terkalahkan di ajang domestik sejak September 2023 sudah cukup membuktikan bahwa Liverpool adalah tim terbaik Inggris untuk saat ini. Baru-baru ini tim besutan manajer Juergen Klopp itu juga sukses melaju ke babak keempat Piala FA usai menaklukkan tim kuat Arsenal.
Keberhasilan itu mereka raih dengan kondisi tim yang tengah timpang. Sejumlah pemain mengalami cedera dan Liverpool juga ditinggal pergi pemain bintang Mohamed Salah ke Piala Afrika.
Meski begitu, ketangguhan Liverpool pernah memperlihatkan cela. Itu terjadi bulan lalu saat menjamu Fulham di Liga Inggris. Liverpool dibuat kerepotan oleh penampilan solid Fulham dan sempat tertinggal sebelum pada akhirnya unggul 4-3 di akhir laga.
Manajer Fulham, Marco Silva, merasa terhormat timnya pernah merepotkan Liverpool di markasnya sendiri.
Menurut manajer asal Portugal tersebut, Liverpool adalah tim berkualitas yang belakangan ini sedang berada dalam momentum bagus.
Menurut manajer asal Portugal tersebut, Liverpool adalah tim berkualitas yang belakangan ini sedang berada dalam momentum bagus. Dia memandang salah satu kelebihan Liverpool adalah kegigihan para pemainnya untuk bertarung tanpa henti hingga pertandingan usai.
”Kami tampil sangat bagus sehingga mampu menghukum mereka di beberapa momen dengan sangat baik bulan lalu. Kami tahu bahwa dia (Klopp) akan menyadari apa yang bisa kami lakukan. Semoga saja kami bisa mengulangi kinerja bulan Desember lalu dan, kalau bisa, dengan hasil yang berbeda,” kata Silva, dalam konferensi pers jelang laga, dikutip dari laman Fulham, Selasa (9/1/2024).
Tidak berlebihan apabila Silva terkesan menyanjung kekuatan Liverpool dan kecerdikan Klopp. Itu terlihat saat ”Si Merah” menundukkan Arsenal dua gol tanpa balas walau tanpa kekuatan penuh sekalipun.
Klopp melakukan sedikit perubahan di babak kedua dengan menggeser posisi Darwin Nunez dan Luis Diaz. Perubahan kecil tersebut ternyata memberikan dampak besar. Nunez yang memiliki kecepatan kerap memenangi pertarungan dengan bek sayap Arsenal, Ben White.
Gelandang Liverpool, Alexis Mac Allister, mengatakan, Liverpool akan tetap tangguh meski ditinggal sejumlah pemain kunci. Itu karena Klopp selalu menuntut para pemain lainnya untuk berusaha lebih keras.
Angin segar berembus kepada skuad Liverpool jelang melawan Fulham seiring kabar pulihnya bek tengah Virgil van Dijk. Pemain timnas Belanda itu absen di pertandingan melawan Arsenal karena sakit.
”Kami tahu seberapa penting mereka bagi kami, Virgil, (Wataru) Endo, dan Mo (Salah). Tetapi kami selalu mengatakan bahwa semua pemain harus meningkatkan levelnya dan melakukan tugas mereka,” ucap Allister.
Tanpa VAR
Pertandingan antara Liverpool dan Fulham dipastikan tidak akan dibantu teknologi video asisten wasit (VAR), meski Stadion Anfield memiliki teknologi tersebut. Hal itu dikonfirmasi oleh Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA). Tidak hanya Liverpool melawan Fulham, tetapi seluruh laga semifinal Piala Liga Inggris akan berjalan tanpa VAR.
Menurut penjelasan FA, keputusan tersebut diambil demi menciptakan keadilan. Tiga tim yang lolos ke semifinal Piala Liga Inggris, yaitu Chelsea, Fulham, dan Liverpool, memang telah mengadopsi teknologi VAR di stadion masing-masing. Akan tetapi, semifinalis lainnya, Middlesbrough, belum memiliki teknologi VAR di stadionnya.
Maka dari itu, dibanding menggunakan VAR secara parsial atau hanya di satu laga semifinal saja, FA lebih memilih meniadakan VAR secara keseluruhan agar tercipta keadilan. Kebijakan ini berbeda dengan Piala FA, di mana VAR tetap digunakan apabila stadion tuan rumah memungkinkannya tanpa memedulikan apakah tim lain memiliki teknologi yang sama atau tidak.
Walau demikian, pertandingan final tetap akan menggunakan VAR karena teknologi tersebut sudah tersedia di Stadion Wembley, lokasi pertandingan final.
”Diputuskan lebih adil untuk tidak menggunakannya di salah satu dari empat pertandingan semifinal sebagai hasilnya. FA mengambil pendekatan berbeda (di Piala FA), tetapi kami merasa inilah jalan yang harus ditempuh. Jika (VAR) tidak dapat digunakan pada salah satu pertandingan, seterusnya tidak akan digunakan pada empat leg semifinal,” demikian keterangan FA dikutip dari The Telegraph.