Baru Eko Yuli Irawan dan Rahmat Erwin Abdullah yang berpeluang besar ke Olimpiade Paris 2024. Atlet angkat besi Indonesia yang lain akan memanfaatkan tiga kans tersisa.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selepas hasil kurang maksimal pada Asian Games Hangzhou 2022, tim angkat besi Indonesia bertekad untuk segera bangkit demi tiket Olimpiade Paris 2024. Mereka akan memanfaatkan kesempatan di IWF Grand Prix II, Doha, Qatar, sebagai bagian dari tiga peluang terakhir untuk menembus Olimpiade.
Sebanyak 11 atlet angkat besi Indonesia akan tampil di IWF Grand Prix II, Doha, Qatar, yang digelar 4-14 Desember 2023. Kecuali Nurul Akmal, yang baru berangkat pada pekan depan, lifter Indonesia lainnya telah bertolak dari Jakarta ke Qatar pada Jumat (1/12/2023).
IWF Grand Prix II merupakan satu dari tiga ajang pilihan yang bisa diikuti lifter untuk kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Agar memenuhi syarat ke Paris, lifter harus mengikuti lima kejuaraan yang dua di antaranya bersifat wajib, yakni Kejuaraan Dunia di Riyadh, Arab Saudi, pada September lalu dan Kejuaraan Dunia di Phuket, Thailand, April 2024.
”Saya berusaha untuk bangkit lagi, memperbaiki apa yang kurang dari kompetisi sebelumnya. Semua aspek diperbaiki, mulai dari latihan, kondisi tubuh, sampai mental. Semoga bisa memaksimalkan kesempatan yang ada sekarang untuk bisa lolos Olimpiade pertama kali,” kata lifter Indonesia, Ricko Saputra, ditemui di pemusatan latihan angkat besi, Mess Kwini, Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Di Qatar, Ricko Saputra bersama atlet senior, Eko Yuli Irawan, akan berlaga di kelas 61 kg putra. Baik Ricko yang tampil di kelas 61 kg maupun Eko yang turun di kelas 67 kg gagal menyumbangkan medali pada kompetisi terakhir di Asian Games Hangzhou 2022. Dari sembilan lifter yang dikirim ke Hangzhou, hanya Rahmat Erwin Abdullah yang menyumbangkan medali dengan menjadi lifter terbaik pada kelas 73 kg.
Ricko harus puas berada pada urutan ketujuh dari delapan peserta di grup A dengan total angkatan 288 kg. Angkatan snatch (mengangkat beban tanpa jeda dari lantai hingga di atas kepala) terbaik Ricko 128 kg dan angkatan clean and jerk (mengangkat beban dalam dua tahap) seberat 160 kg. Hasil itu jauh dari rekor terbaik pribadi Ricko yang pernah membukukan angkatan snatch terbaik 134 kg, clean and jerk terbaik 165 kg, serta total angkatan terbaik 298 kg.
Menurut Ricko, hasil tersebut tak lepas dari demam panggung yang dialaminya lantaran Hangzhou merupakan debutnya di Asian Games. Maka dari itu, selain memperbaiki gerakan dan menjaga konsistensi angkatan, Ricko kini juga belajar untuk menguasai panggung dengan menajamkan visualiasasi sebelum berlaga. Kalau itu semua aspek itu sudah bisa terpenuhi, atlet 23 tahun ini optimistis bisa menampilkan yang terbaik di Qatar.
”Insya Allah, saya menargetkan lolos Olimpiade karena saya juga ingin bisa meraih medali di ajang itu. Rasanya lebih menantang dan gereget karena saingannya Mas Eko, lifter dari negara sendiri, yang latihannya bareng terus. Walaupun Mas Eko sudah senior, soal tenaga tidak ada yang tahu. Saya fokus pada target saja,” tutur Ricko.
Di Paris, tidak ada nomor 67 kg karena terdapat pemangkasan kelas. Pada kategori putra hanya ada kelas 61 kg, 73 kg, 89 kg, 102 kg, dan +102 kg, sedangkan untuk kategori putri 49 kg, 59 kg, 71 kg, 81 kg, dan +81 kg. Alhasil, Eko dan Ricko tidak bisa tampil di kelas berbeda seperti di Asian Games. Untuk Olimpiade, mereka disiapkan untuk turun di kelas 61 kg.
Bersaing dengan senior
Agar bisa lolos ke Paris, lifter harus berada pada ranking 10 besar dunia di tiap kelas dalam rangkaian kualifikasi. Berdasarkan ranking hingga 22 September 2023, hanya Eko Yuli Irawan dan Rahmat Erwin Abdullah yang sudah berada pada 10 besar. Pada kelas 61 kg, Eko menempati peringkat kelima dan Ricko peringkat kedelapan. Rahmat bahkan memuncaki peringkat untuk kelas 73 kilogram, sedangkan Rikzi Juniansyah ranking ketiga. Namun, tiap kelas hanya dapat diisi satu atlet dengan peringkat terbaik dari tiap negara. Adapun tiap negara hanya berhak mengirimkan tiga atlet putra dan tiga atlet putrinya.
Rasanya lebih menantang dan gereget karena saingannya Mas Eko, lifter dari negara sendiri, yang latihannya bareng terus. (Ricko Saputra)
Dengan demikian, Ricko terpaksa bersaing dengan Eko untuk mewakili Indonesia di kelas 61 kg. Ia setidaknya membutuhkan tambahan angkatan seberat 3 kg untuk melampaui total angkatan 300 kg yang dibukukan Eko. Hal serupa harus dilakukan Eko agar tidak terkejar Ricko dan kembali tampil di Olimpiade untuk kelima kali.
”Anak-anak sudah paham apa yang harus mereka lakukan untuk bisa masuk 10 besar dan tampil di Olimpiade. Setidaknya tekad mereka sangat besar dan sudah ada dalam pikiran mereka, ’Kapan lagi bisa tampil di Olimpiade?’. Ini waktu yang tepat untuk bangkit setelah hasil di Hangzhou (satu medali dari target tiga medali) belum sesuai yang diinginkan,” ujar pelatih tim angkat besi, Dirdja Wihardja.
Lolos kedua kali
Tekad untuk lolos ke Olimpiade juga tertanam dalam diri Nurul Akmal yang akan tampil pada kelas +87 kg di Qatar. Nurul merupakan satu dari lima lifter Indonesia yang tampil pada Olimpiade Tokyo 2020. Kendati tak meraih medali, saat itu Nurul mencatatkan sejarah baru di dunia angkat besi Indonesia. Ia menjadi lifter pertama Indonesia yang mampu lolos ke Olimpiade di kelas berat.
Nurul pun ingin lolos untuk kedua kalinya dan kembali bersaing untuk bisa mendapatkan medali. Atlet kelahiran Tanah Luas, Aceh Utara, ini membutuhkan minimal 4 kilogram untuk masuk 10 besar. Ia menempati urutan ke-11 ranking kualifikasi Olimpiade dengan angkatan terbaik 260 kg.
”Melihat hasil latihan, sebenarnya belum sesuai target angkatan untuk bisa mengamankan posisi 10 besar. Namun, karena latihan dan pertandingan beda, angkatannya juga biasanya beda. Dari pengalaman, saya lebih sering bisa mengangkat lebih banyak beban saat bertanding. Mungkin karena lebih semangat. Jadi, saya berharap semoga kondisi saat bertanding bagus dan bisa memenuhi target,” ucap Nurul.
Selain Nurul, lifter putri Indonesia lain yang juga tampil di Tokyo ialah Windy Cantika Aisah (49 kg). Windy pun masih harus memperbaiki angkatannya untuk bisa kembali tampil di Olimpiade lantaran saat ini masih menempati peringkat ke-16. Namun, Windy tidak ikut kualifikasi di Qatar. Menurut pelatih tim angkat besi yang menangani Windy, Jajang Supriatna, anak asuhannya itu sedang disiapkan untuk ajang kualifikasi berikutnya, Kejuaraan Asia di Tashkent, Uzbekistan, Februari 2024.
Lifter Indonesia lainnya yang akan tampil di Qatar ialah Satrio Adi Nugroho dan Muhammad Ibnul Rizqih untuk turun di kelas 55 kg putra. Selain itu, ada Rahmat Erwin Abdullah di kelas kg. Pada kategori putri, Juliana Klarisa dan Siti Nafisatul Hariroh berlaga di kelas 49 kg, sedangkan Natasya Beteyob dan Sarah tampil di kelas 59 kg. Adapun Tsabitha Alfiah Ramadani turun di kelas 71 kg.