Angkat Besi Siapkan Strategi Lolos Olimpiade Melalui Kejuaraan Dunia
Persaingan atlet angkat besi menuju Olimpiade Paris 2024 masih dinamis. Indonesia masih menyiapkan strategi agar sedikitnya lima atlet lolos.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan persaingan yang masih dinamis karena pemangkasan kelas, tim angkat besi Indonesia akan lebih dahulu melihat peta kekuatan lawan menuju Olimpiade Paris 2024. Kejuaraan Dunia di Riyadh, Arab Saudi, menjadi ajang Indonesia mengukur potensi diri sendiri dan lawan untuk memudahkan penyusunan strategi lolos ke Paris.
Kejuaraan Dunia di Riyadh, Arab Saudi, 4-17 September 2023, menjadi ajang besar terdekat bagi lifter Indonesia untuk mengukur kemampuan. Sebanyak 15 atlet akan dikirim ke kejuaraan yang wajib diikuti sebagai syarat lolos ke Olimpiade Paris 2024 itu. Babak kualifikasi lain yang harus diikuti ialah Kejuaraan Dunia di Phuket, Thailand, April 2024.
Sebagai kompetisi wajib, pesaing-pesaing Indonesia untuk ke Paris dipastikan akan mengikuti Kejuaraan Dunia. Per 5 Juli 2023, sebanyak 894 atlet dari seluruh dunia telah mendaftar ajang tersebut. Dengan demikian, Indonesia bisa mendapatkan gambaran awal tentang atlet dunia dan kemampuannya. Potensi atlet sendiri juga turut dipantau.
Kita bisa lihat mereka turun di kelas mana, berapa total angkatannya, bagaimana kekuatannya, dan sebagainya. Selanjutnya, kita bisa menyusun strategi untuk menyiapkan atlet kita lolos dari kelas mana, perlu berapa angkatan dan sebagainya.
”Kita bisa lihat mereka turun di kelas mana, berapa total angkatannya, bagaimana kekuatannya, dan sebagainya. Selanjutnya, kita bisa menyusun strategi untuk menyiapkan atlet kita lolos dari kelas mana, perlu berapa angkatan dan sebagainya,” ujar Pelatih Kepala Angkat Besi Indonesia Dirdja Wihardja, di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Gambaran peta kekuatan lawan itu dibutuhkan mengingat persaingan saat ini masih dinamis. Penyebabnya adalah pemangkasan kelas yang dipertandingkan menjadi hanya 10, masing-masing lima kelas untuk kategori putra dan putri. Jumlah ini lebih sedikit dari Olimpiade Tokyo 2020 yang mempertandingkan 14 kelas.
Alhasil, beberapa atlet yang kelas andalannya tidak dipertandingkan masih mencari-cari kelas lain yang pas untuknya. Pada kategori putra hanya ada kelas 61 kg, 73 kg, 89 kg, 102 kg, dan +102 kg, sedangkan kategori putri 49 kg, 59 kg, 71 kg, 81 kg, dan +81 kg.
Kemampuan para atlet lantas akan dihitung berdasarkan snatch (mengangkat beban tanpa jeda dari lantai hingga di atas kepala) serta clean and jerk (mengangkat beban dalam dua tahap). Total angkatan akan menentukan peringkat atlet. Mereka yang berada dalam ranking 10 besar dunia di tiap kelasnya, akan lolos ke Olimpiade.
Hingga Selasa (15/8/2023), terdapat empat lifter Indonesia yang sudah berada di dalam ranking 10 besar. Pada kelas 61 kilogram, Eko Yuli Irawan menempati peringkat ketiga dan Ricko Saputra peringkat keenam. Rahmat Erwin Abdullah bahkan memuncaki peringkat untuk kelas 73 kilogram, disusul Rizki Juniansyah pada posisi kedua. Namun, tiap kelas hanya dapat diisi satu atlet dengan peringkat terbaik dari tiap negara. Adapun tiap negara hanya berhak mengirimkan tiga atlet putra dan tiga atlet putrinya.
Dirdja Wihardja mengatakan, hal itu membuat persaingan tidak hanya antara atlet Indonesia dan atlet negara lain. Sesama atlet pelatnas juga bersaing untuk tiket ke Olimpiade. Di sisi lain, kondisi tersebut membuat tim pelatih harus benar-benar menyiapkan strategi agar Indonesia bisa mengirimkan atlet dengan jumlah yang sama ketika Olimpiade Tokyo 2020.
Pada Tokyo 2020, Indonesia mengirim total lima lifter. Mereka di antaranya Eko Yuli Irawan (61 kg), Deni (67 kg), dan Rahmat Erwin Abdullah (73 kg) dari kategori putra. Kemudian dua lifter putri, Windy Cantika Aisah (49 kg) dan Nurul Akmal (+87 kg).
Meski demikian, Dirdja juga menekankan pada para atlet untuk fokus mempersiapkan diri hingga babak kualifikasi selesai. Sejauh ini, kata Dirdja, semangat para atlet untuk lolos ke Paris sangat terjaga.
Pada Selasa sore, sebanyak 15 lifter yang akan tampil di Kejuaraan Dunia menjalani latihan di mes Kwini, Jakarta. Menu latihan sepanjang pekan ini tergolong berat karena sudah tiga pekan menjelang kejuaraan. Selama kurang lebih dua jam, atlet tampak melahap semua program latihan yang diberikan pelatih. Beberapa atlet melakukan latihan tambahan.
Di antaranya Rahmat Erwin Abdullah yang berlatih di bawah bimbingan pelatih sekaligus sang ayah, Erwin Abdullah. Rahmat mengungkapkan, persiapannya sudah matang. Namun, peraih emas SEA Games 2023 Kamboja pada kelas 81 kilogram ini ingin terus meningkatkan kesiapannya.
”Saya ingin terus meningkatkan kesiapan karena semakin siap pasti hasilnya semakin bagus. Apalagi, saya juga tak hanya ingin lolos Olimpiade saja nantinya, tetapi juga meningkatkan raihan sebelumnya di Tokyo (perunggu),” tutur Rahmat.
Di sisi lain, Rahmat dan atlet angkat besi lain menghadapi jadwal yang ketat. Setelah Kejuaraan Dunia, mereka akan menatap Asian Games 2023 di Hangzhou, China. Erwin Abdullah mengatakan, pelatih masing-masing sudah menentukan mana yang akan menjadi prioritas bagi setiap atlet bimbingannya dari kedua ajang itu. Sebab, tidak mungkin dalam waktu yang berdekatan, hasil yang diraih sama-sama maksimal.
Asian Games tidak mungkin dilewatkan karena merupakan ajang bergengsi. Namun, Kejuaraan Dunia juga harus diikuti karena merupakan kualifikasi Olimpiade. Apalagi, kata Erwin, angkat besi menjadi salah satu cabor yang diunggulkan meraih medali.
”Terpenting, setiap atlet konsisten berlatih dan siap untuk turun di kelas mana pun dan di ajang mana pun,” ujar Erwin, yang juga mantan lifter nasional.
Di Olimpiade, angkat besi merupakan salah satu cabang olahraga rutin ikut serta. Cabang olahraga ini juga merupakan lumbung medali bagi Indonesia. Sejak keikutsertaan pertama di Olimpiade Sydney 2000, tradisi medali dari angkat besi tidak pernah putus. Hingga Tokyo 2020, angkat besi telah menyumbang total 15 medali, yakni 7 perak dan 8 perunggu. Jumlahnya nyaris setengah dari perolehan total medali Indonesia, yakni 37 keping.