Pesan Keselamatan dari Borobudur Marathon
Lomba maraton Borobudur Marathon 2023 dihentikan lebih cepat karena cuaca panas, demi menjamin keselamatan pelari.
Keselamatan pelari jauh lebih penting dibandingkan ambisi menyelesaikan lomba maupun membukukan rekor catatan waktu. Pesan itulah yang diusung dalam penyelenggaraan Borobudur Marathon tahun ini. Keputusan berat untuk menghentikan lomba lebih cepat pun terpaksa diambil untuk menjaga keselamatan pelari.
Isnan Nur Alfian (31) melambatkan langkahnya setelah menempuh 37 kilometer rute Borobudur Marathon 2023 Powered by Bank Jateng, Minggu (19/11/2023), di Desa Ringinanom, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Jersei yang dikenakannya sudah basah kuyup karena keringat. Napasnya terengah-engah. Dengan langkah yang agak gontai, peserta lomba kategori maraton itu susah payah mendekati medical station.
Kedatangan Alfian disambut sigap tenaga medis. Ternyata, betisnya mulai kram. Kebetulan dia pertama kali mengikuti maraton. Oleh karena itu, keletihan hebat yang dirasakannya terasa wajar. Apalagi ia baru saja melewati tanjakan curam yang kerap disebut ”Tanjakan Cinta” pada 2 kilometer sebelum tenda medis.
Dengan kondisi itu, Alfian diminta berbaring sejenak. Lantas, seorang dokter mengoleskan salep dan memijit kedua betisnya yang tegang itu. Selama dipijat, mata pelari kurus itu hanya menatap ke atas. Sesekali ia meringis sewaktu sang dokter memberikan pijatan sedikit lebih keras.
”Saya yang pelari amatir ini, sangat bersyukur ada medical station yang jaraknya semakin dekat setelah 30 km berlari. Semoga yang seperti ini bisa terus dipertahankan. Buat saya, jadi lebih nyaman buat berlomba,” kata pelari asal Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu.
Baca juga: Borobudur Marathon Bersiap Menapaki Level Baru
Borobudur Marathon merupakan lomba lari yang digelar atas kerja sama Pemerintah Provinsi Jateng, Bank Jateng, harian Kompas, dan Yayasan Borobudur Marathon. Jumlah peserta lomba lari itu sekitar 10.000 orang yang terdiri dari tiga kategori, yakni maraton, separuh maraton, dan 10 kilometer.
Tahun ini, penyelenggara sengaja menambah jumlah medical station menjadi 24 titik. Jumlah itu disebut lebih banyak dibandingkan event internasional lainnya. Pada kilometer awal, jarak antara satu tenda medis ke tenda medis lainnya 2,5 kilometer. Namun, setelah melampaui 30 kilometer, para pelari bisa menjumpai tenda medis setiap 2 kilometer.
Selain itu, terdapat tenaga kesehatan yang bertugas sebanyak 261 orang. Itu terdiri dari 3 dokter spesialis kedokteran olahraga, 63 dokter umum, 95 paramedis, 70 sport therapist, dan 30 mahasiswa kedokteran.
Salah seorang dokter yang bertugas dalam Borobudur Marathon adalah Pratama Wicaksana (32). Dia menilai, keputusan menambah medical station sebagai suatu hal yang tepat karena tingginya risiko lomba lari jarak jauh. Oleh karena itu, keberadaan tenaga medis akan sangat penting demi menjamin keselamatan para pelari.
”Cedera-cedera bisa lebih tertangani. Itu membuat lomba ini jadi aman. Karena, jaraknya lebih sempit dan yang tertangani lebih banyak,” kata Tomi, sapaan karib Pratama, di sela-sela merawat pelari.
Dihentikan
Upaya mengutamakan keselamatan juga tampak dari keputusan panitia Borobudur Marathon 2023 untuk menghentikan lomba kategori maraton. Berdasarkan aturan Borobudur Marathon 2023, cut off time (COT) kategori maraton adalah 7 jam.
Adapun start lomba kategori itu dimulai pukul 05.00. Oleh karena itu, batas waktu untuk menyelesaikan lomba maraton adalah pukul 12.00. Namun, penyelenggara memutuskan menghentikan lomba pada pukul 10.30.
Baca juga: Prioritaskan Keselamatan Pelari, Panitia Hentikan Borobudur Marathon akibat Cuaca Panas
Race Director Borobudur Marathon 2023 Andreas Kansil mengatakan, keputusan itu diambil setelah pengukuran termometer Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) menunjukkan suhu di kategori hitam. Itu berisiko bagi keselamatan pelari. Termometer itu mengukur suhu udara, kelembaban, panas radian, dan pergerakan udara.
”Dari pukul 09.30, kami sudah monitoring karena teriknya matahari menyebabkan banyak pelari harus mendapatkan pertolongan medis, baik setelah finis maupun yang masih berlari di rute. Karena itu, pada pukul 10.30, kami memutuskan menghentikan perlombaan marathon,” kata Andreas.
Baca juga: Rikki Juara Maraton Elite Nasional, Odekta Bersaing dengan Pelari Internasional
Dengan demikian, semua pelari maraton yang masih menjalani lomba diminta berhenti. Kemudian, mereka dievakuasi dengan kendaraan ke titik finis di kompleks Candi Borobudur. Adapun pelari kategori separuh maraton dan 10 kilometer pada saat itu sudah menyelesaikan semua lomba.
Dari sekitar 1.600 peserta maraton, kata Andreas, terdapat lebih dari 900 pelari yang berada di lintasan antara Km 31 hingga jelang finis saat keputusan itu diambil. ”Itu jumlah yang cukup mengkhawatirkan mengingat pada jam tersebut (10.30) panas matahari tidak turun-turun,” ucapnya.
Medical Director Borobudur Marathon 2023 dr Andi Kurniawan mengatakan, pihaknya berpegangan pada pedoman dari World Athletics, induk olahraga atletik dunia. Salah satu pedoman itu mengatur soal pemantauan cuaca untuk menjaga keselamatan pelari saat lomba.
”Tadi pada pukul 10.30 suhu udara 36 derajat celsius dengan suhu permukaan 50 derajat celsius, yang dikombinasikan dengan kelembaban, menghasilkan angka WGBT 33 derajat celsius. Angka itu kategorinya sudah hitam sehingga menurut pedoman (World Athletics), perlombaan ini harus dihentikan karena pertimbangan keselamatan para peserta dan risiko medis,” katanya.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Tigor Tanjung menjelaskan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan peserta adalah prioritas tertinggi. Bahkan, di dalam aturan kompetisi World Athletics, keselamatan dan keamanan pelari bisa di atas semua pasal aturan kompetisi yang lain.
”Motto kita, athletes first, winning second’ (atlet yang utama, kemenangan soal kedua). Jadi, penghentian perlombaan ini bisa terjadi, mungkin terjadi, dan pernah terjadi. Salah satu contohnya, Chicago Marathon 2021 yang juga dihentikan karena persoalan cuaca,” ujarnya.
Evaluasi
Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, penyelenggaraan Borobudur Marathon akan terus dievaluasi. Evaluasi itu, antara lain, dilakukan melalui diskusi dengan Delegasi Teknis Internasional dari World Athletics, Richard Welsh, yang hadir dalam Borobudur Marathon 2023.
Kehadiran delegasi itu karena Borobudur Marathon sedang berupaya mendapatkan pengakuan dari World Athletics agar masuk dalam klasifikasi World Athletics Label. ”Kita tetap berharap, dengan perbaikan-perbaikan dan komitmen yang ada, hal itu bisa dilakukan,” ucapnya.
Penghentian perlombaan ini bisa terjadi, mungkin terjadi, dan pernah terjadi.
Irma Handayani, pelari elite yang menjuarai kategori maraton nasional putri, mengungkapkan, rencana Borobudur Marathon untuk mendapat pengakuan dari World Athletics itu akan menambah gengsi perlombaan tersebut. Jika pengakuan itu bisa didapat, para pelari juga akan merasa lebih tenang selama berlomba. Sebab, ada jaminan agar lomba dilaksanakan lebih baik sesuai peraturan perlombaan dari World Athletics.
”Keselamatan dan keamanan pelari, kan, pasti lebih diperhatikan. Menurut saya, saat ini aspek itu sudah sangat diperhatikan. Kalau sudah masuk kelas dunia, pasti aspek tersebut juga semakin lebih baik. Kami bisa berlari dengan lebih tenang,” ujar Irma yang finis dengan catatan waktu 3 jam 7 menit 41 detik.
Pelari asal Kenya, Geoffrey Kiprotich Birgen, sependapat dengan Irma. Namun, pelari yang menjuarai kategori maraton overall putra dengan catatan waktu 2 jam 15 menit 20 detik ini menyarankan agar lomba digelar lebih awal.
”Secara umum, lomba sudah diadakan dengan baik. Tetapi, ini agak terlalu panas buat kami. Mungkin bisa mencontoh Jakarta Marathon, yang saya ikuti Oktober lalu, digelar sejak pukul 04.30. Kalau bisa malah lebih pagi lagi,” kata Geoffrey.
Pendapat berbeda disampaikan Wulandari (43), pelari asal DKI Jakarta. Ia menyayangkan penghentian lomba. Apalagi, ia sudah memasuki Km 30 ketika panitia mengumumkan penghentian. Wulandari menyebut, dirinya sudah memperhitungkan kemampuannya saat mengikuti maraton.
”Artinya, pelari seperti saya sudah yakin bisa menyelesaikan perlombaan, apa pun kondisinya. Makanya saya sedikit kecewa. Saya tetap memilih menyelesaikan apa yang saya mulai meskipun kemudian larinya jadi tidak sesemangat pas awal,” kata Wulan.
Walakin, keselamatan pelari jauh lebih penting dibandingkan ambisi menyelesaikan lomba maupun membukukan rekor catatan waktu. Borobudur Marathon mengutamakan hal tersebut pada gelarannya tahun ini. Itu menjadi ikhtiar agar lomba ini memberikan rasa aman lebih bagi pelari. Sampai bertemu di Borobudur Marathon tahun depan!