Aturan tekanan ban berpotensi menjadi penentu gelar juara MotoGP 2023, antara Francesco Bagnaia dan Jorge Martin, karena keduanya sama-sama sudah menggunakan kartu ”joker”. Jika melanggar lagi, ada sanksi tiga detik.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
LUSAIL, JUMAT — Jorge Martin berharap gelar juara MotoGP tidak ditentukan oleh keputusan steward atau pengawas balapan yang menentukan sanksi untuk pelanggaran tekanan ban minimal. Aturan itu kini mengancam Martin dan pesaing terdekatnya dalam persaingan juara, Francesco Bagnaia, dalam dua seri tersisa. Mereka sama-sama sudah menggunakan ”kartu joker”, yaitu melanggar satu kali yang hanya diberi peringatan resmi. Jika melanggar untuk kedua kali, ada sanksi tiga detik, jika melangar ketiga kali sanksinya enam detik.
Martin mendapat peringatan resmi karena tekanan di bawah ketentuan dalam lebih dari 50 persen panjang balapan di Buriram, Thailand. Sedangkan Bagnaia menggunakan ”kartu joker” dalam balapan di Sepang, Malaysia. Kini, mereka dalam risiko terkena sanksi tiga detik jika kembali melanggar aturan tekanan ban.
Untuk balapan sprint, sanksi dijatuhkan jika tekanan ban di bawah batas minimal selama lebih dari 30 persen panjang balapan. Sedangkan untuk balapan utama, sanksi dijatuhkan jika tekanan ban di bawah batas minimal selama lebih dari 50 persen panjang balapan.
Aturan ini akan menjadi salah satu penentu hasil balapan karena ada potensi pebalap melakukan pelanggaran lagi. Namun, ini juga bisa menjadi keuntungan jika pertaruhan mengawali balapan dengan tekanan sangat rendah berjalan dengan mulus selama balapan. Risiko itu diungkapkan oleh analis MotoGP Simon Crafar dalam program MotoGP GearUp.
”Menurut saya ini tetap tidak mudah untuk dikelola. Kepala kru akan berusaha memprediksi seperti apa tipe balapan, apakah akan berada di belakang rombongan pebalap atau akan di depan. Itu sangat mudah untuk terjadi kesalahan. Anda berpikir akan berada di depan, tetapi jika tidak, akan sangat sulit untuk bangkit dan itu masalah besar jika tidak bisa. Jika tahu akan berada di depan, Anda bisa balapan dengan tekanan ban tinggi. Dan, jika Anda tahu akan berada di belakang rombongan pebalap, Anda akan mengawali balapan dengan tekanan rendah, tetapi jika ternyata berada di depan, Anda akan mendapat penalti,” kata Crafar, Kamis (16/11/2023).
”Jadi, ini tetap tidak mudah untuk dikelola, tetapi tidak seekstrem balapan-balapan di trek panas,” ujar Crafar terkait tekanan ban di Lusail, Qatar, yang berlangsung pada 17-19 November.
Tekanan ban ini juga berpotensi memengaruhi persaingan antara Bagnaia dan Martin dalam dua balapan terakhir musim ini. Keduanya berisiko terkena sanksi tiga detik dan kini kepala mekanik masing-masing akan menganalisis tekanan ban yang akan digunakan di awal balapan untuk meraih hasil maksimal dalam balapan utama.
”Ada begitu banyak sudut pandang terkait ini. Anda bisa menyerang untuk berusaha (memimpin balapan) dan mencetak selisih waktu tiga detik, dalam kasus akan ada penalti tambahan waktu tiga detik, jadi itu tidak akan jadi masalah, karena Anda akan tetap meraih posisi Anda,” ujar Crafar.
”Tetapi, juga, kepala-kepala kru memberi tahu saya, Anda tidak bisa memperlambat laju motor di akhir balapan. Sebab, jika Anda mengikuti seorang pebalap dan berpikir ’saya tidak bisa mendahului mereka’, maka juga akan memastikan ’saya tidak terjatuh’. Masalah dengan hal itu adalah jika pebalap di depan kemudian mendapat sanksi tiga detik, jika Anda dekat maka posisi Anda akan di depan dia (dalam hasil resmi balapan),” kata mantan pebalap MotoGP dan Superbike itu.
”Kedua, jika Anda melambatkan laju motor, Anda akan lebih ke belakang dan berada dalam udara yang lebih dingin, dan tidak akan bisa memanaskan temperatur di dalam ban sehingga bisa menerima peringatan atau penalti,” lanjut Crafar.
”Jadi, ada banyak hal yang perlu dikelola karena jika Anda tancap gas sangat keras, Anda sepertinya akan terjatuh (karena tekanan ban terlalu tinggi),” ujar Crafar.
Pecco vs Martin
Pelanggaran tekanan ban ini dinilai oleh Bagnaia akan sangat merugikan dalam persaingan juara karena risiko penalti tiga detik bisa membuat pebalap mundur empat hingga lima posisi.
Jujur, saya telah menjalani sangat banyak balapan pada tahun ini dengan tekanan ban depan tinggi dan biasanya saya merasakan itu tinggi, tetapi itu tidak terlalu banyak mengubah performa waktu putaran saya.
”Jujur, saya telah menjalani sangat banyak balapan pada tahun ini dengan tekanan ban depan tinggi, dan biasanya saya merasakan itu tinggi, tetapi itu tidak terlalu banyak mengubah performa waktu putaran saya,” ungkap Pecco, sapaan Bagnaia, dalam konferensi pers.
”Jadi, saya sudah terbiasa balapan dengan (tekanan ban) 0,2-0,3 (bar) di atas normal. Saya tidak senang dengan itu (aturan tekanan ban), tetapi kami sudah sudah cukup jelas sejak pertama kali berbicara tentang aturan ini, bahwa saya tidak senang dan saya tetap tidak senang karena menurut saya ini tidak membantu apa pun,” ujar pebalap tim pabrikan Ducati tersebut.
”Saya tidak berpikir siapa pun di dalam tim kami akan melakukan pertaruhan untuk mengambil risiko balapan dekat dengan limit karena tiga detik bisa membuat perbedaan besar terkait hasil. Anda bisa berusaha tancap gas untuk memiliki selisih waktu lebih dari tiga detik, tetapi itu sangat sulit. Jadi, Anda bisa kehilangan empat hingga lima posisi,” kata Bagnaia.
Pesaing terdekat Pecco dalam persaingan juara, Martin, yang hanya terpaut 14 poin, menegaskan akan mengambil risiko dalam dua balapan terakhir. Namun, terkait dengan tekanan ban, dia akan berusaha lebih presisi dan berhati-hati dalam menentukan tekanan di awal balapan. Dia ingin menyerang, tetapi juga dengan analisis yang lengkap.
”Menurut saya, seperti yang dikatakan Pecco, kami tidak akan mengambil risiko. Tetapi, yang pasti, Anda merasakan perbedaan, tidak terlalu besar, tetapi ada perbedaan (dengan tekanan ban lebih rendah),” ujar Martin.
”Saya berharap ini (gelar juara) tidak dihentikan di dalam kantor (melalui sanksi steward), tetapi akan ditentukan di trek,” ujar Martin.