Mali Menatap Prestasi Terbaik di Surabaya
Lewat permainan menyerang dan atraktif, Mali mengejar capaian minimal menembus semifinal di Piala Dunia U-17 2023. Hasil baik pada debut mereka tampil di Surabaya berharap bisa terulang di babak 16 besar.
SURABAYA, KOMPAS — Kota Surabaya, Jawa Timur, menjadi tempat yang ramah bagi Mali. Kemenangan, 5-1, atas Kanada pada laga terakhir Grup B, Kamis (16/11/2023) sore, di Stadion Gelora Bung Tomo, membawa Mali di trek yang tepat untuk mengejar gelar pertama pada Piala Dunia U-17.
Mali menempati peringkat kedua klasemen akhir Grup B dengan koleksi enam poin dari dua laga. Mereka melibas Uzbekistan dan Kanada. Satu-satunya catatan nirpoin Mali tercipta ketika tumbang dari Spanyol, 0-1. Peringkat pertama Grup B ditempati oleh Spanyol dengan raihan tujuh poin.
Lolos dengan predikat peringkat kedua di Grup B, Mali akan kembali tampil di Gelora Bung Tomo pada babak 16 besar, Selasa (21/11/2023) pukul 16.00 WIB. ”Si Elang”, julukan Mali, akan menghadapi tim peringkat kedua dari Grup F. Venezuela atau Meksiko menjadi calon lawan terkuat Mali.
Baca juga: Mali Maju Ke Babak 16 Besar Piala Dunia U-17
Pelatih Mali Soumalia Coulibaly berharap timnya bisa melanjutkan performa baik di fase gugur. Mereka optimistis bisa tampil dengan kemampuan maksimal di babak 16 besar. Apalagi, penyerang andalan, Mamadou Doumbia, yang absen melawan Kanada akibat hukuman kartu merah bisa kembali tampil.
”Meski hanya sempat beradaptasi di sini dua hari sebelum laga melawan Kanada, kami bisa meraih kemenangan yang baik. Dengan waktu persiapan yang lebih panjang untuk beradaptasi dengan kota (Surabaya) ini jelang fase gugur, kami yakin bisa tampil lebih baik,” ujar Coulibaly seusai laga.
Hal serupa disampaikan oleh gelandang Mali, Ousmane Thiero, yang menutup pesta gol timnya di menit 90+1. ”Kami bertekad menang. Kami senang tetap berada di sini sehingga kami tidak perlu berpindah kota lagi untuk mempersiapkan diri di babak selanjutnya,” kata Thiero.
Baca juga: Tiga Momen Penting dari Laga Kedua Piala Dunia U-17 2023
Di Indonesia 2023, Mali bertekad mempertahankan konsistensi melaju minimal hingga babak semifinal. Itu mereka lakukan pada edisi 2015 dan 2017.
Mali menjadi runner-up turnamen di Chile 2015 setelah tumbang dari sesama wakil Afrika, Nigeria, di partai puncak. Kemudian, Mali hanya berada di peringkat keempat setelah tumbang pada babak semifinal dan perebutan posisi ketiga di India 2017.
Tujuan kami adalah menjadi juara di turnamen ini. Kami siap melawan siapa pun (di babak 16 besar).
”Tujuan kami adalah menjadi juara di turnamen ini. Kami siap melawan siapa pun (di babak 16 besar),” ucap Coulibaly.
Sementara itu, Kanada belum mampu keluar dari nasib buruk di putaran final Piala Dunia U-17. Sejak debut pada edisi 1987 sebagai tuan rumah, Kanada belum pernah mampu lolos dari babak penyisihan di delapan partisipasi.
Baca juga: Pau Prim, Sang Metronom Tim ”Matador Muda”
Dari delapan penampilan itu, raihan tanpa poin di Indonesia 2023 merupakan hasil keenam mereka mengakhiri turnamen selalu kalah dan duduk di peringkat juru kunci grup. Penampilan terbaik Kanada adalah meraup dua poin pada edisi Meksiko 2011 dan Uni Emirat Arab 2013.
”Di turnamen ini kami menyadari perbedaan kualitas dibanding tiga tim lain. Namun, saya senang dengan usaha anak-anak untuk terus mengejar bola dan berusaha menciptakan peluang,” kata Pelatih Kanada Andrew Olivieri.
Olivieri menambahkan, Piala Dunia U-17 2023 menjadi kesempatan pemainnya untuk memahami kekurangan dan kelebihan mereka. Itu menjadi bahan evaluasi untuk para pemain tampil di turnamen level U-20.
Unggul cepat
Meskipun tidak diperkuat Doumbia, yang telah mencetak tiga gol, Mali mampu menunjukkan permainan menyerang yang efektif. Mereka sudah mencetak gol di menit ke-14 melalui sepakan terarah gelandang sayap kanan, Ibrahim Diarra.
Kapten Mali itu lolos dari jebakan offside di sisi kiri pertahanan Kanada. Dengan kaki kirinya, pemain didikan akademi sepak bola Mali, Africa Foot, itu melepaskan sepakan melengkung yang tidak bisa dijangkau kiper Kanada, Nathaniel Abraham.
Baca juga:Dominasi Spanyol Menjebol "Low Block" Kanada
Sekitar 12 menit berselang, Mali menambah keunggulan melalui sundulan penyerang tengah, Mahamoud Barry, melalui proses tendangan sudut. Sepakan pojok itu dieksekusi oleh gelandang sayap kiri, Ange Martial Tia. Itu adalah sepak pojok perdana Si Elang di Gelora Bung Tomo.
Di babak pertama, Mali menghasilkan tujuh tembakan tepat sasaran. Artinya, mereka mencatatkan 47 persen akurasi tembakan.
Performa Mali tidak mengendur di babak kedua. Mereka menciptakan gol melalui sepakan Ibrahim Kanate di menit ke-74. Selang tiga menit, gelandang tengah, Makalou Hamidou, ikut serta dalam hujan gol ke gawang Kanada.
Pesta gol Mali ditutup oleh sepakan Thiero. Pemain bernomor punggung 14 itu adalah pemain keenam Mali yang mencatatkan nama di papan skor pada Piala Dunia U-17 2023.
Baca juga: Motivasi Uzbekistan Menuju Fase Gugur
Secara total, Mali mengoleksi 52 persen akurasi tembakan selama 90 menit. Mereka juga jauh lebih dominan dalam menguasai jalannya pertandingan berkat koleksi 67 persen penguasaan bola. Performa Si Elang pun mendapat apresiasi dengan tepuk tangan dari 10.269 penonton di Gelora Bung Tomo.
Adapun Kanada sempat mencetak gol di menit ke-45 melalui skema sepak pojok. Bek tengah, Richard Chukwu, menjadikan dirinya satu-satunya pemain Kanada yang menyumbangkan gol bagi timnya di Indonesia 2023.