Kembali ke Puncak, Mampukah Juventus Bersaing ”Scudetto”?
Juventus kembali merasakan berada di puncak Liga Italia. Massimiliano Allegri realistis dengan kemampuan skuadnya yang masih perlu banyak peningkatan untuk menjadi kandidat ”scudetto”.
Setelah berlalu tiga tahun, Juventus akhirnya kembali ke habitat mereka untuk menduduki puncak klasemen Liga Italia. Dengan performa saat ini bersama Pelatih Massilimiliano Allegri, skuad ”Si Nyonya Besar” sejatinya masih belum mencapai potensi terbaik mereka.
Gol bek sayap kiri, Andrea Cambiaso, di pengujung laga memastikan tiga poin Juve seusai mengalahkan Verona, 1-0, Minggu (29/10/2023) dini hari WIB, di Stadion Arena Allianz. Untuk sementara, Juve naik ke peringkat pertama untuk mengungguli Inter Milan dan AC Milan masing-masing satu dan dua poin.
Berdasarkan jadwal pertandingan duo Milan, Inter akan menghadapi AS Roma, sedangkan Milan bertarung di kandang juara bertahan, Napoli, Senin (30/10/2023) dini hari WIB, maka Juve memiliki waktu setidaknya 22 jam berada di pucuk klasemen. Juve akan melepas posisi teratas apabila Inter meraih poin melawan Roma dan/atau Milan mengalahkan Napoli.
Baca juga : Cara Janggal Manuel Locatelli Mengais Percaya Diri
Meskipun belum pasti memegang posisi puncak di pekan ke-10 Liga Italia, Allegri menilai, merasakan peringkat pertama merupakan suntikan moral yang penting bagi skuadnya.
”Kami harus memperhatikan klasemen karena kami melihat seberapa jauh kami dari peringkat kelima. Saya pikir dari semua pemain yang bermain hari ini, hanya tiga yang sebelumnya pernah merasakan posisi puncak,” ujar Allegri kepada Sky Sport Italia seusai laga.
Dari 16 pemain yang diturunkan Allegri pada pertandingan melawan Verona terdapat empat pemain yang pernah merasakan scudetto bersama Juve. Mereka adalah Wojciech Szczesny, Daniel Rugani, Adrien Rabiot, dan Moise Kean.
Adapun jika merujuk 24 pemain di musim ini, ada tiga pemain lain yang pernah pula mengangkat trofi gelar Liga Italia, yaitu Danilo serta dua kiper pelapis, Carlo Pinsoglio dan Mattia Perin. Dengan kondisi itu, terdapat 17 pemain yang memburu scudetto perdana bersama Juve, di antaranya Federico Chiesa, Dusan Vlahovic, dan Manuel Locatelli.
Baca juga : Allegri Tuntut Juventus Tidak Ceroboh Lagi
Cambiaso mengakui dirinya amat emosional merayakan gol debutnya untuk Juve karena berarti tiga poin dan membawa Juve naik ke puncak klasemen. Menurut dia, skuad Juve memiliki harapan untuk menjaga persaingan di papan atas.
Ini adalah gol yang sangat penting, saya sangat senang. Kemenangan ini memiliki arti besar karena kami berada di puncak klasemen. Kami akan menikmati momen ini dalam beberapa jam ke depan.
”Ini adalah gol yang sangat penting, saya sangat senang. Kemenangan ini memiliki arti besar karena kami berada di puncak klasemen. Kami akan menikmati momen ini dalam beberapa jam ke depan,” kata Cambiaso dilansir Tuttosport.
Menang terpenting
Setelah menjalani 10 pertandingan musim ini, Juve telah menegaskan kembali ”DNA” permainan mereka yang mendewakan menang di atas segalanya. Meskipun telah bermain lebih aktif di musim ini dengan garis pertahanan yang lebih tinggi dan membangun serangan dari lini belakang, Juve masih tetap tim yang enggan terlalu lama menguasai bola.
Baca juga : Juventus Kirim Sinyal Bahaya Selepas Diterpa Badai Sanksi
Merujuk statistik musim ini, Juve mencatatkan rerata 50,2 persen penguasaan bola. Mereka hanya berada di peringkat ke-10 dari 20 kontestan Liga Italia untuk dominasi penguasaan bola. Angka itu amat jauh dibandingkan Napoli (59,3 persen), Fiorentina (57,8 persen), Milan (55,9 persen), AS Roma (55,9 persen), dan Inter (55,4 persen).
Bahkan, dalam urusan penguasaan bola, Juve kalah dari dua tim papan tengah, seperti Monza dan Bologna. Keduanya masing-masing mencatatkan 54 persen dan 53,7 persen penguasaan bola per laga.
Meski tidak mengikuti tren terkini sepak bola penguasaan bola, Allegri tetap bisa mewujudkan identitas Juve lainnya, yakni tim dengan pertahanan kokoh. Enam gol yang bersarang ke gawang Juve hanya lebih buruk dari Inter yang baru kemasukan lima gol.
Tetapi, dari sisi jumlah laga kemasukan, Juve unggul dari tim Italia lainnya. Sebab, mereka baru kemasukan di tiga laga. Tim yang telah menaklukkan pertahanan Juve adalah Bologna, Lazio, dan Sassuolo.
Baca juga : Madu dan Racun Skandal Juventus
”Si Nyonya Besar” telah mencatatkan tujuh gim nirbobol yang lima pertandingan di antaranya tercipta secara beruntun. Sejak tumbang, 2-4, dari Sassuolo, 23 September lalu, Juve tidak kemasukan gol pada laga selanjutnya melawan Lecce, Atalanta, Torino, Milan, dan Verona.
Di tengah konsistensi meraih kemenangan pada tiga laga terakhir, skuad Si Nyonya Besar belum mampu mengoptimalkan peluang. Koleksi 16 gol yang telah tercipta lebih sedikit dibandingkan expected goals (xG) yang berada di angka 17. Itu artinya dengan kreasi peluang yang teah dihasilkan hingga pekan ke-10, Juve seharusnya bisa mencetak minimal 17 gol.
Dibandingkan tim yang berada di posisi 10 besar Liga Italia saat ini, Juve adalah satu-satunya tim yang memiliki jumlah gol lebih sedikit dari xG. Inter, misalnya, menciptakan 24 gol dari 18 xG. Catatan luar biasa dibukukan Fiorentina, yang duduk di peringkat kelima. Mereka, yang hanya mencatatkan 10 xG, telah mencetak 18 gol.
Seiring telah pulihnya dua penyerang utama, Chiesa dan Vlahovic, Juve memiliki harapan untuk membenahi efektivitas serangan. Pembenahan lini depan perlu dilakukan Juve karena selama bulan November dua pertandingan berat bakal dijalani.
Baca juga : Juventus Gigit Jari Akibat Parade Blunder
Juve akan tampil di markas Fiorentina, 6 November. Kemudian, Si Nyonya Besar bakal menghadapi Inter di Arena Allianz, 27 November. Sebelum menutup tahun, Juve akan jumpa Napoli dan AS Roma di kandang sendiri pada Desember.
Bangkit dari keterbatasan
Pada dua pertandingan terakhir yang dimenangi dengan skor, 1-0, kontra Milan dan Verona, Juve telah membuktikan bisa meraih kemenangan dengan keterbatasan. Pada dua laga itu, Si Nyonya Besar kehilangan Danilo, sang kapten, yang cedera, lalu Chiesa hanya bisa bermain maksimal 30 menit.
Di lini tengah, sanksi yang diterima Nicolo Fagioli dan Paul Pogba membuat para pemain muda, misalnya Kenan Yildiz dan Fabio Miretti, dipaksa bersiap lebih cepat untuk bersaing di tim utama.
Walakin, kolaborasi pemain berpengalaman dan muda itu terbukti telah melahirkan kembali mental fino alla fine khas Juve alias berjuang hingga menit akhir. Pada laga menghadapi Verona, Juve bisa menang meskipun dua gol Moise Kean dianulir asisten wasit video (VAR).
Adapun Allegri tidak terlalu menuntut anak asuhannya untuk buru-buru membahas scudetto. Dengan kedalaman skuad yang terbatas dibandingkan tim-tim lain, Allegri lebih meminta skuad Juve fokus mengejar finis empat besar.
Baca juga : Juventus Berharap Tuah Cristiano Giuntoli
”Hasrat untuk finis empat besar itu penting, begitu pun Hasrat untuk bekerja keras setiap hari di latihan adalah penting. Setelah itu, kami akan melihat di mana posisi kami,” kata Allegri.
Intinya, pendukung Juve tetap diharapkan untuk tidak terlampau tinggi menancapkan ekspektasi di musim ini. Apakah Juve bisa mengejar scudetto? Tentu bisa, tetapi skuad Si Nyonya Besar masih jauh dari ideal untuk kembali menjadi penguasa Italia yang pernah tercipta pade periode 2012-2020.