Balapan MotoGP di Mandalika 2022 dalam kondisi hujan serta ada kemunculan pawang hujan, Mbak Rara, masih segar dalam ingatan Paolo Ciabatti. Petinggi Ducati Corse itu berharap balapan akhir pekan ini berlangsung kering.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Balapan MotoGP seri Indonesia di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, 13-15 Oktober 2023, diharapkan berlangsung dalam kondisi kering. Selain lebih aman bagi para pebalap, persaingan merebut podium tertinggi juga akan lebih ketat. Akhir pekan ini, sorotan akan tertuju kepada pebalap tim pabrikan Ducati, Francesco Bagnaia, dan pebalap Pramac Racing, Jorge Martin, yang memperebutkan posisi puncak klasemen. Mereka kini hanya terpaut tiga poin, dan Martin memiliki peluang menggusur Bagnaia dari puncak klasemen.
”Akhirnya kami bisa kembali ke Indonesia setelah tahun lalu yang merupakan balapan penuh kejadian karena cuaca, di mana ada seorang perempuan yang berusaha menghentikan hujan (Mbak Rara), akhirnya mantra dia manjur,” ujar Direktur Olahraga Ducati Corse Paolo Ciabatti dalam acara Shell Advance-Ducati Corse di Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Semoga tahun ini kami balapan di Mandalika dengan cuaca yang lebih baik, tidak ada hujan lebat. Saya tahu Anda memerlukan hujan karena sudah dua bulan tidak hujan di sini.
”Semoga tahun ini kami balapan di Mandalika dengan cuaca yang lebih baik, tidak ada hujan lebat. Saya tahu Anda memerlukan hujan karena sudah dua bulan tidak hujan di sini. Namun, mari berharap itu pada Senin. Oke, tolong,” ujar Ciabatti yang disambut tawa.
”Kami senang berada di Indonesia dan saya berharap berlangsung balapan yang sangat bagus pada Sabtu dan Minggu, dan Anda semua menikmati itu,” kata Ciabatti.
Meskipun berharap berlangsung dalam kondisi kering, Bagnaia juga sudah siap jika balapan dalam kondisi hujan. Dia selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi semua situasi balapan, baik hujan maupun kering.
”Kami bekerja keras untuk menyiapkan (balapan) dalam semua kondisi, dan biasanya kami tidak terlalu kesulitan dengan temperatur panas, jadi cukup siap untuk semua kondisi, cukup siap untuk kondisi panas dan dingin. Jadi, ini akan menarik, saya senang dengan tata sirkuit Mandalika yang, menurut saya, sangat bagus untuk saya, bagus untuk motor kami, karena ada banyak tikungan kecepatan tinggi, dan saya menyukai itu. Kita lihat saja, pasti akan menarik,” ujar Bagnaia.
Pebalap berjuluk Pecco itu kini memuncaki klasemen dengan mengumpulkan 319 poin. Namun, posisinya rawan digusur oleh Martin yang terus memangkas selisih poin sejak seri Catalunya, hingga kini hanya terpaut tiga poin. Persaingan kedua pemacu Desmosedici GP23 itu diyakini akan sangat ketat di Mandalika, akhir pekan ini, yang berpotensi terjadi perubahan pemuncak klasemen.
Martin sedang dalam momentum terbaiknya, dia sangat percaya diri memacu motor hingga limit sehingga bisa mencetak pace yang sangat kompetitif. Martin pun menjadi langganan podium sejak seri Catalunya, dengan dua kemenangan balapan utama dan tiga kemenangan sprin.
Sejak balapan di Barcelona itu, Martin mengumpulkan 127 poin, 56 poin lebih banyak dari Pecco yang kecelakaan dalam balapan utama di Catalunya dan India. Konsistensi Martin itu coba dihentikan oleh Pecco dalam balapan akhir pekan ini di Mandalika. Ini tantangan yang disukai oleh Pecco meskipun mengandung tekanan besar.
”Tekanan selalu ada, dan saya harus mengatakan bahwa tahun lalu kami memiliki tekanan yang lebih besar dari ini, dan menurut saya, kami bisa mengatasi itu dengan baik. Kami dalam situasi yang berkebalikan (dibandingkan 2022), dan mungkin lebih sulit tahun lalu, tetapi kita lihat saja. Kami cukup terbiasa dengan tekanan, dan kita lihat saja apa yang bisa kami lakukan, tetapi ini situasi yang bagus bagi kami, dan saya menyukai ini,” kata Pecco.
Kerja sama Shell-Ducati
Terkait dengan balapan di Mandalika yang musim ini berpotensi berlangsung dalam kondisi panas, Ciabatti menilai, performa motor Ducati sangat terbantu oleh teknologi pelumas Shell Advance yang telah bermitra dengan Ducati Corse selama 25 tahun. Teknologi pelumasan dan pelindungan mesin sangat krusial karena dalam semusim, setiap pebalap MotoGP hanya mendapat jatah tujuh mesin. Sementara untuk tim yang masih memiliki hak konsesi mendapat jatah maksimal sembilan mesin setiap musim per pebalap.
”Anda sudah mendengar sebelumnya bahwa ini merupakan 25 tahun kolaborasi di antara kami dan Shell. Ini merupakan kemitraan terpanjang yang kami miliki. Tahun lalu kami meraih hasil fantastik, menjuarai MotoGP melalui pebalap Pecco Bagnaia, menjuarai gelar juara pabrikan dan tim Ducati Lenovo serta Shell sebagai rekanan. Ini merupakan hasil yang luar biasa berkat kerja keras bertahun-tahun,” ujar Ciabatti.
”MotoGP merupakan puncak persaingan balap motor prototipe, di mana kami hanya bisa menggunakan tujuh mesin di sepanjang musim, jadi performa dan keandalan merupakan kunci untuk sukses. Dan, kami tidak akan bisa meraih apa yang kami capai itu tanpa kolaborasi dengan Shell yang mengembangkan teknologi khusus untuk melumasi motor kami. Mesin kami juga menjadi mesin yang paling bertenaga, atau di antara yang paling bertenaga di MotoGP, serta sangat andal,” ujar Ciabatti.
”Pada Maret lalu, kami memperpanjang kerja sama hingga 2027, untuk saat ini kita masih membicarakan produk Shell Advance. Namun, mulai tahun depan kami memiliki tantangan dengan bahan bakar karena MotoGP akan menggunakan bahan bakar 40 persen nonfosil. Shell juga membantu kami untuk mengembangkan bahan bakar performa sangat tinggi dengan formulasi baru itu, dan kami akan menggunakan bahan bakar tanpa fosil mulai 2027,” ujar Ciabatti.
Direktur Pelumas Shell Indonesia Andri Pratiwa mengatakan, dalam balapan di Mandalika ini, Shell memberi dukungan penuh bagi Ducati untuk bisa tampil maksimal.
”Kami bangga kemitraan antara Shell dan Ducati Corse telah berjalan selama 25 tahun. Ini kemitraan jangka panjang dan benar-benar menjadi fondasi dalam pengembangan teknologi pelumas untuk memenuhi performa mesin yang terus ditingkatkan oleh Ducati,” kata Andri.