Jangan Sekadar Evaluasi Bulu Tangkis di Atas Kertas
Kegagalan meraih medali untuk pertama kalinya di Asian Games menjadi peringatan keras bagi bulu tangkis Indonesia. Pada tahun terakhir kepengurusan, PP PBSI 2020-2024 harus serius berbenah untuk Olimpiade.
Tanpa medali dari Asian Games dialami tim bulu tangkis Indonesia untuk pertama kalinya setelah bersaing di Hangzhou, China, 28 September-7 Oktober 2023. Hasil yang sama bisa terulang di Olimpiade Paris 2024, sepuluh bulan mendatang, jika Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia tak berbenah.
Asian Games adalah persaingan atlet multicabang di tingkat kontinental. Untuk bulu tangkis, level persaingannya tak berbeda jauh dengan Olimpiade. Faktor pembeda hanya tidak adanya beberapa pemain Eropa top dunia, seperti Viktor Axelsen, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, dan Thom Gicquel/Delphine Delrue.
Persaingan memperebutkan tujuh medali emas di Hangzhou diikuti pemain-pemain terbaik Asia yang juga merupakan pemain terbaik dunia, seperti An Se-young (Korea Selatan) serta Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dan Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (China). China menunjukkan dominasi dengan meraih empat emas, diikuti Korea Selatan dengan dua emas, dan India (1 emas).
Ganda putra, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, menjadi pebulu tangkis pertama India yang meraih emas Asian Games. Mereka memutus prestasi ganda putra Indonesia yang berdiri di podium tertinggi di Guangzhou 2010, Incheon 2014, dan Jakarta-Palembang 2018.
Kali ini, Indonesia tak masuk klasemen peraih medali sejak bulu tangkis dipertandingkan di Asian Games Jakarta 1962. Dari sepuluh wakil pada kategori perorangan, hanya tiga yang lolos ke perempat final, tetapi akhirnya kalah. Mereka adalah Anthony Sinisuka Ginting, Gregoria Mariska Tunjung, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Indonesia juga tersisih di perempat final pada beregu putra dan putri.
Hasil itu menjadi gambaran penurunan performa bulu tangkis Indonesia secara umum. Fajar/Rian kesulitan tampil konsisten setelah menjuarai Malaysia Terbuka dan All England pada Januari dan Maret. Posisi sebagai ganda putra nomor satu dunia sejak akhir Desember 2022 digantikan Rankireddy/Shetty pekan ini.
Dengan talentanya, Anthony bisa sangat membahayakan lawan, tetapi pada momen lain, dia juga bisa bermain jauh di bawah kemampuan terbaik. Adapun Jonatan Christie, peraih emas Asian Games 2018, masih kesulitan menjuarai ajang besar dengan level di atas Super 500.
Ganda campuran menjadi nomor paling lemah saat ini. Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari berada dua atau tiga tingkat di bawah kemampuan pasangan elite dunia, seperti Zheng/Huang dan Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang).
Baca juga: Titik Terendah Bulu Tangkis Indonesia di Asia
Jangankan meraih medali, untuk mendapat kuota dua wakil per nomor di Paris 2024 pun tampaknya akan sulit.
Sebelum gagal meraih medali di Hangzhou, pebulu tangkis Indonesia telah kalah bersaing pada turnamen BWF World Tour. Dari 21 turnamen Super 300, 500, 750, dan 1000 sebelum Asian Games, Indonesia meraih sepuluh gelar juara. Jumlah ini kalah dari China yang mendapat 26 gelar, Korea Selatan (21), dan Jepang (14).
Jika penurunan performa hanya terjadi pada satu-dua pemain atau pada satu sektor, bisa jadi kekurangan yang harus dibenahi ada pada faktor atlet atau pelatih. Namun, saat itu terjadi pada semua nomor, pembenahan harus ditanggung renteng oleh semua, termasuk jajaran pengurus.
Tim ”Sukses” Olimpiade
Setelah Asian Games, atlet akan kembali bersaing pada turnamen rutin BWF dengan target utama yang lebih besar, Olimpiade Paris 2024. Sejak 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024, setiap poin dari turnamen sangat berarti untuk membuka peluang lolos ke Paris. Tahap kualifikasi ini adalah tahap krusial untuk menentukan kuota maksimal setiap negara untuk setiap nomor.
Jatah dua tiket dari nomor tunggal bisa didapat jika (minimal) terdapat dua wakil pada peringkat 16 besar dunia pada 30 April 2024. Adapun untuk ganda, kedua wakil tersebut harus berada di peringkat delapan besar.
Baca juga: Tangis Gregoria Mariska Tunjung, Duka Bulu Tangkis Indonesia
Ketika kualifikasi telah berlangsung lima bulan, sumber di pelatnas bulu tangkis bercerita, PP PBSI belum membentuk tim pendukung secara resmi. ”Manajer, penanggung jawab tim, bahkan atlet yang diprioritaskan untuk tampil di Paris belum ditentukan. Seharusnya tim tersebut sudah dibentuk sebelum kualifikasi untuk menyiapkan segalanya,” katanya.
Mantan pelatih ganda campuran Richard Mainaky bercerita hal yang sama tentang persiapan Olimpiade. Richard memimpin anak-anak didiknya sejak Olimpiade Sydney 2000 hingga Tokyo 2020 dengan hasil satu emas dari Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Rio de Janeiro 2016) serta perak dari Tri Kusharjanto/Minarti Timur (Sydney 2000) dan Nova Widianto/Liliyana (Beijing 2008).
”Biasanya, setahun sebelum Olimpiade sudah ada ’tim sukses’ karena atlet yang berpotensi lolos pasti sudah terlihat. Selain manajer dan pelatih, dalam tim itu ada dokter, ahli nutrisi, fisioterapis, terapis pijat, dan psikolog untuk membantu atlet,” kata Richard yang juga mengantarkan ganda campuran Indonesia mendapat empat gelar juara dunia.
Berdasarkan pengalaman itu, Richard mengingatkan pentingnya keterbukaan komunikasi antara pelatih dan pengurus, terutama yang menyangkut kebutuhan atlet. Pelatih punya kewenangan untuk memilih turnamen, apalagi saat diperlukan turnamen cadangan yang harus diikuti saat hasil pada ajang lain tidak sesuai target.
Baca juga: Fajar/Rian Gagal Mendapat Medali
Itu pernah dilakukan Richard pada Praveen Jordan/Debby Susanto yang harus bersaing dengan salah satu pasangan Korea Selatan untuk mendapat tiket ke Olimpiade 2016. Praveen/Debby akhirnya lolos hingga Indonesia memiliki dua wakil ganda campuran.
”Pelatih harus berani mengutarakan pendapat karena mereka yang paling tahu kebutuhan atlet, sementara PBSI harus memenuhinya, termasuk siap dana untuk turnamen tambahan,” kata Richard.
Mantan pemain tunggal putri, Susy Susanti, sering bercerita pengalamannya untuk tampil di Olimpiade Barcelona 1992 dan Atlanta 1996. Persiapan untuk mengikuti dua ajang itu bahkan dilakukan 3-4 tahun sebelumnya, dimulai dengan memproyeksikan pemain yang akan tampil dan memilih turnamen.
”Dua tahun sebelum Olimpiade, posisi pemain dalam persaingan dunia sudah terlihat. Setahun sebelum Olimpiade, sudah ketahuan yang bisa berangkat, jadi tinggal mematangkan permainan,” tuturnya.
Baca juga: Hanya Sisa Tiga Wakil di Perempat Final
Untuk Paris 2024, PP PBSI meminta Christian Hadinata untuk membantu menyiapkan tim. Anggota ”tim sukses” lainnya dan program setelah Asian Games menuju Olimpiade belum dikemukakan ketika Kompas bertanya melalui humas. Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky mengatakan, evaluasi hasil Asian Games Hangzhou 2022 akan disampaikan setelah rapat dilakukan di Jakarta.
PBSI justru membuat keputusan rancu di tengah masa kualifikasi Paris 2024, yaitu memindahkan Herry Iman Pierngadi sebagai pelatih kepala ganda putra utama menjadi pelatih ganda campuran pada September. Aryono Miranat, yang menjadi asisten Herry, naik menjadi pelatih kepala ganda putra dengan asisten Thomas Indratjaja yang semula menjadi pelatih pelatnas pratama.
Aryono memiliki banyak pengalaman, tetapi memindahkan Herry berarti mengurangi dua kekuatan pelatih ganda putra. Prestasi ganda putra memang ikut menurun, tetapi peluang mendapat medali di Paris 2024 tetap lebih terbuka dibandingkan dengan ganda campuran.
PP PBSI mengatakan bahwa pengalaman matang Herry bisa menaikkan level ganda campuran yang terpuruk. PBSI, melalui Ketua Harian Alex Tirta, menerima pernyataan Herry bahwa dia tidak bisa diberi target jangka pendek, termasuk Olimpiade. Ini karena Herry harus memoles kemampuan pemain per individu.
Baca juga: Perjalanan Berbeda Jonatan Christie
Jika alasan Herry itu diterima, lantas untuk apa PBSI menggeser posisinya pada pertengahan kualifkasi Olimpiade? Pergeseran pelatih seharusnya dilakukan setelah Olimpiade untuk menghadapi Olimpiade berikutnya.
Keputusan rancu lain yang dibuat adalah ketika menerima mantan atlet, Djoko Mardijanto, sebagai bagian dari tim pelatih ganda campuran pada Juni, lalu mencoretnya tiga bulan kemudian. Nomor ini kekurangan pelatih setelah Nova, yang menjadi pelatih pelatnas utama, pindah ke Malaysia dan Flandy Limpele (pelatnas pratama) ke Hong Kong. Djoko pun membantu Amon Sunaryo melatih ganda campuran utama.
Namun, ketika Herry dipindahkan ke ganda campuran, PBSI mencoret Djoko dengan alasan kompetensi. Padahal, data minimnya pengalaman Djoko dalam melatih atlet top seharusnya sudah diketahui saat menerima dia.
Situasi seperti yang dialami Djoko itu, dalam konteks berbeda, yang membuat Nova dan Flandy meninggalkan pelatnas. Dalam perpindahan pelatih antarnegara yang semakin dinamis, keduanya memilih bekerja sama dengan federasi yang memberikan kontrak demi kejelasan masa depan.
Memasuki tahun terakhir penugasan, setiap pengurus PBSI 2020-2024 seharusnya introspeksi diri. Ini menjadi kesempatan terakhir mereka untuk bertanggung jawab pada bulu tangkis Indonesia, bukan untuk kepentingan sendiri atau golongan. Apalagi, tahun terakhir selalu menjadi ujian puncak setiap kepengurusan dengan adanya Olimpiade yang didahului kualifikasi, setahun sebelumnya.
Setelah ketua umum dan ketua harian sering tampil merayakan gelar juara Piala Thomas 2020 dan medali emas ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 (kedua ajang tersebut mundur setahun karena pandemi Covid-19) ini saatnya menunjukkan kemampuan dan misi mereka yang sesungguhnya.
Jika rapat PBSI setelah Asian Games 2022 hanya menghasilkan kesimpulan di atas kertas tanpa adanya perubahan misi dan cara kerja, jangankan meraih medali, untuk mendapat kuota dua wakil per nomor di Paris 2024 pun tampaknya akan sulit.