Setelah tampil buruk pada nomor beregu putra, Jonatan Christie tak bermain lebih baik pada kategori perseorangan. Tunggal putra peraih medali emas Asian Games 2018 itu tersingkir pada babak kedua di Hangzhou 2022.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
HANGZHOU, SELASA — Pebulu tangkis Indonesia Jonatan Christie mendapat hasil berkebalikan dalam dua partisipasinya di Asian Games. Medali emas dari Asian Games Jakarta Palembang 2018, yang berubah menjadi kekalahan straight game pada laga awal di Hangzhou 2022, harus menjadi introspeksi Jonatan jika ingin lolos ke ajang yang lebih besar, Olimpiade Paris 2024.
Jonatan kalah dari Chou Tien Chen dengan skor 17-21, 17-21 pada babak kedua tunggal putra di Binjiang Gymnasium, Selasa (3/10/2023), setelah mendapat bye di babak pertama. Kekalahan itu membuat Jonatan tak mampu memenangi satu gim pun dalam dua penampilan di Asian Games Hangzhou 2022.
Pada pertandingan beregu putra, tunggal putra peringkat kelima dunia itu, juga, kalah dalam dua gim dari pemain Korea Selatan peringkat ke-119 dunia, Lee Yun-gyu. Indonesia kalah 1-3 pada perempat final, juga, setelah mendapat bye pada babak awal.
Dalam dua penampilannya yang berselang tiga hari, Jonatan tak bisa tampil dengan kemampuan terbaik. Gaya main lebih menyerang, sebagai masukan dari pelatih tunggal putra Irwansyah dalam beberapa bulan terakhir, tak begitu tampak kecuali menjelang akhir pertandingan melawan Chou.
Setelah tertinggal 13-17, dia mendekat menjadi 17-18 melalui gaya bermain yang lebih agresif. Namun, Jonatan menyia-nyiakan kesempatan menyamakan skor ketika kok dari servis pendeknya tak menyeberangi net. Upayanya untuk membuat pertandingan berjalan tiga gim gagal dilakukan karena Chen bermain dengan percaya diri.
Apa yang diperlihatkan Jonatan selama di Hangzhou ini bertolak belakang dengan penampilannya di depan publik sendiri di Jakarta pada Asian Games 2018. Berbeda dengan tahun ini yang menjadi unggulan kedelapan, Jonatan tak menjadi unggulan, lima tahun lalu. Namun, dia tampil baik dengan mengalahkan Shi Yu Qi sebagai unggulan teratas, Kenta Nishimoto (8), dan Chou (4), pada babak kedua, semifinal, dan final.
”Saya dan pelatih sudah diskusi setelah kekalahan di beregu. Intinya, saya harus bisa menikmati dan bermain lebih rileks di perseorangan. Saya sudah mencoba yang terbaik dan lebih tenang, tapi saya akui ketegangan itu timbul beberapa kali,” katanya.
Persaingan kategori perseorangan, yang memperebutkan lima medali emas, berlangsung pada 2-7 Oktober. Tunggal putra menjadi salah satu target PP PBSI dalam mendapat emas selain beregu putra, yang akhirnya gagal, dan ganda putra.
Pertandingan BWF yang rutin kan tidak sebesar ini, termasuk dari sisi ketegangan. Ini yang harus saya perbaiki dan cari solusinya ke depan.
Rasa tegang yang dimiliki atlet, termasuk mereka yang sudah sangat berpengalaman, sebenarnya wajar. Mantan pebulu tangkis, Susy Susanti, pernah mengatakan bahwa ketegangan bisa mengontrol rasa percaya diri agar tak berlebihan.
Namun, atlet harus berusaha menghilangkan rasa tegang itu, salah satunya dengan tidak membawa ekspektasi berlebihan ke lapangan agar bisa fokus pada permainan. Maka, ”fokus untuk mendapatkan poin demi poin” selalu menjadi ”mantra” yang ampuh.
Jonatan tak memungkiri, dia merasa tertekan karena atmosfer bersaing di Asian Games berbeda dengan turnamen BWF yang lebih rutin diikuti. Faktor nonteknis inilah yang harus diperbaiki mengingat persaingan pebulu tangkis pada saat ini berada tahap kualifikasi Olimpiade Paris 2024.
Sejak 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024, semua atlet bulu tangkis bertanding memperebutkan poin untuk membuka peluang lolos ke Paris. Selain atlet lama seperti Viktor Axelsen dan Chou di tunggal putra, persaingan bertambah ketat dengan adanya pemain-pemain muda, di antaranya Kunlavut Vitidsarn dan Kodai Naraoka. Tantangan untuk Jonatan pun makin berlipat.
”Pada pertandingan tadi, saya merasa kurang bisa menikmati permainan. Pertandingan BWF yang rutin kan tidak sebesar ini, termasuk dari sisi ketegangan. Ini yang harus saya perbaiki dan cari solusinya ke depan,” katanya.
Dengan tersingkirnya Jonatan, harapan pada tunggal putra ada di tangan Anthony Sinisuka Ginting yang bisa melewati babak kedua dengan baik. Anthony menang atas pemain Taiwan lainnya, Wang Tzu Wei, 21-16, 21-11 dan akan berhadapan dengan Jia Heng Jason Teh (Singapura) pada babak ketiga. Jika bisa memenangi laga itu, lawan lebih berat menantinya pada perempat final, yaitu antara Kenta Nishimoto (Jepang) atau Li Shi Feng (China).
Kemenangan, juga, didapat atlet-atlet putri yang memulai penampilan pada Selasa. Mereka adalah Gregoria Mariska Tunjung, Putri Kusuma Wardani, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi.
Sementara, ganda putra nomor satu dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, akan memulai penampilan pada Rabu di babak kedua. Mereka akan berhadapan dengan pasangan Thailand, Peeratchai Sukphun/Pakkapon Teeraratsakul.
Tantangan berat dihadapi beberapa pemain Indonesia dalam babak kedua, seperti yang akan dijalani Apriyani/Fadia. Mereka akan berhadapan dengan pemain Jepang unggulan keempat, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.
Febriana/Amalia akan melawan ganda putri terbaik dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (China), sementara Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin akan berhadapan dengan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India/2).