Tangis Gregoria Mariska Tunjung, Duka Bulu Tangkis Indonesia
Tim bulu tangkis Indonesia gagal mendulang medali dalam Asian Games 2022. Itu untuk pertama kalinya mereka gagal menyumbangkan medali di Asian Games sejak tradisi dimulai tanpa putus dari edisi Jakarta 1962.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
HANGZHOU, KOMPAS — Pukulan pengembalian dengan teknik backhand yang dilakukan pebulu tangkis Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, langsung disambar oleh wakil Jepang, Aya Ohori, dan bola pun masuk. Poin terakahir itu bukan hanya memastikan Gregoria tersingkir dari perempat final tunggal putri Asian Games Hangzhou, China, 2022, melainkan menjadi sejarah kelam untuk tim bulu tangkis Indonesia. Untuk pertama kalinya sejak tradisi dimulai 61 tahun silam, tim bulu tangkis gagal membawa pulang medali dari pesta olahraga se-Asia.
Seusai menghela napas panjang, Gregoria coba berbicara kepada awak media setelah pertandingan yang berlangsung di Binjiang Gymnasium Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Kamis (5/10/2023). Bukan karena kelelahan, Gregoria menghela napas panjang karena coba menenangkan dirinya yang begitu terpukul oleh kekalahan tersebut.
Tak lama, air mata pun mengalir dari kedua mata Gregoria. Walau coba untuk menahan dan menghelanya dengan handuk, air mata itu terus bercucuran membasahi pipinya. Bahkan, Gregoria sampai terisak-isak karena tak kuasa menahan haru tersebut.
Saya rasa saya punya kemampuan lebih untuk bisa melawan dia hari ini. Saya ingin sekali mendapatkan medali di sini.
”Ini adalah laga yang sangat penting karena laga penentuan medali. Sebetulnya saya tidak terlalu memikirkan saya menjadi harapan terakhir medali untuk (bulu tangkis) Indonesia. Tapi, saya lebih mikir ke target pribadi. Saya rasa saya punya kemampuan lebih untuk bisa melawan dia hari ini. Saya ingin sekali mendapatkan medali di sini,” ujar Gregoria dengan air mata yang masih terus mengalir dan suara terisak-isak.
Gregoria yang punya grafik penampilan sangat baik sepanjang tahun ini justru tertinggal 10-21 dalam tempo 17 menit di gim pertama. Memasuki gim kedua, Gregoria bermain jauh lebih baik. Dia menunjukkan gaya bermainnya yang ulet dengan pukulan-pukulan menyulitkan dan sulit ditebak. Bahkan, dirinya sempat memimpin 7-2.
Namun, Ohori yang tak kalah ulet berusaha keras mengimbangi. Dia akhirnya mendapatkan momentum mengejar dengan mengoptimalkan pengembalian tanggung dan serangan yang tidak akurat Gregoria. Dari kesalahan sendiri Gregoria pula, Ohori akhirnya menutup kemenangan dengan skor 21-19 dalam laga yang berlangsung 30 menit.
Gregoria mengatakan, kuncinya ada di gim pertama. Dia tidak seharusnya tertinggal begitu jauh di pembukaan sampai interval. Itu membuat lawan menjadi lebih percaya diri. Sebaliknya, Gregoria harus bekerja lebih keras dan itu sangat memengaruhi mentalnya.
”Saya merasa tegang itu ada, merasa semua tekanan ada di saya. Di samping itu, lawan memang sangat baik dalam mengontrol permainan. Saya jadinya tidak bisa berkembang,” ungkap pebulu tangkis peringkat keenam tunggal putri dunia tersebut.
Sejarah kelam
Kekalahan Gregoria memastikan tim bulu tangkis Indonesia gagal menyumbangkan medali untuk kontingen ”Merah Putih” di Asian Games 2022. Itu karena Gregoria adalah harapan terakhir Indonesia dari total 12 wakil yang diturunkan di lima nomor perorangan dan dua nomor beregu.
Dengan demikian, terputus sejarah panjang medali bulu tangkis di Asian Games sejak Tan Joe Hok dan kawan-kawan meraih 5 emas, 3 perak, dan 3 perunggu pada edisi Jakarta 1962. Sejak itu, bulu tangkis selalu menyumbangkan medali di setiap edisi hingga terakhir 2 emas, 2 perak, dan 4 perunggu pada edisi Jakarta-Palembang 2018.
Tingkat persaingan yang lebih sengit disinyalir menjadi penyebab kegagalan tim bulu tangkis saat ini. Sebelum kekalahan Gregoria, Anthony Sinisuka Ginting lebih dahulu tersingkir karena takluk dari wakil tuan rumah, Li Shi Feng, dengan skor 0-2 (13-21, 17-21). Itu menjadi kekalahan perdana Anthony dari total lima laga yang semuanya berlangsung tahun ini.
Dengan hasil itu, Anthony gagal mempertahankan medali perunggu tunggal putra yang diraihnya pada Asian Games 2018. ”Secara pribadi inginnya bisa menyamai atau upgrade prestasi yang diraih lima tahun lalu. Tapi, rezekinya hanya sampai di sini. Tingkat persaingan tunggal putra memang lebih ketat saat ini,” tuturnya.
Kegagalan tim bulu tangkis mendulang medali turut mengancam target kontingen Indonesia yang ingin membawa pulang 12 medali emas guna menembus 12 besar klasemen akhir perolehan medali Asian Games 2022. Dengan sisa tiga hari, tim ”Merah Putih” baru mengumpulkan 6 emas, 10 perak, dan 17 perunggu. Mengingat cabang-cabang andalan sebagian besar sudah dipertandingkan, kecil kemungkinan target itu bisa terwujud.
”Memang ada target yang meleset, tetapi ada juga yang melebihi ekspektasi. Hasil dari sini akan menjadi bahan evaluasi bersama dengan pemangku kepentingan terkait. Yang jelas, kita harus mendorong pembinaan jangka panjang agar target prestasi di Olimpiade 2032 bisa tercapai,” ujar Ketua Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Prof Moch Asmawi di sela menyaksikan kegagalan tim atletik menyumbangkan medali.