Dalam usia 36 tahun, Novak Djokovic masih bisa menciptakan peluang menjuarai Grand Slam. Dia akan berhadapan dengan Daniil Medvedev pada final tunggal putra Amerika Serikat Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
NEW YORK, JUMAT — Ketika petenis muda seperti Carlos Alcaraz dan Ben Shelton memiliki banyak potensi yang bisa diasah, Novak Djokovic memiliki kemampuan level tinggi yang masih bisa membawanya menjuarai Grand Slam. Sisa kemampuan dalam usia 36 tahun itu akan digunakan untuk melawan Daniil Medvedev, yang bertekad tampil melebihi kemampuan terbaiknya, dalam final Grand Slam Amerika Serikat Terbuka.
Final yang akan berlangsung di Stadion Arthur Ashe, Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, New York, pada Minggu (10/9/2023) sore waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia itu menjadi ulangan final 2021 di tempat yang sama. Medvedev meraih gelar pertama di ajang Grand Slam saat itu setelah mengalahkan Djokovic 6-4, 6-4, 6-4.
”Saat itu, saya bermain melebihi kemampuan terbaik saya sendiri. Minggu nanti, saya juga harus bermain seperti dua tahun lalu karena Novak memiliki 23 gelar Grand Slam, sedangkan saya hanya satu. Tak ada cara lain selain itu,” komentar Medvedev.
Petenis Rusia itu melaju ke final setelah menang atas juara bertahan, Carlos Alcaraz, dengan skor 7-6 (3), 6-1, 3-6, 6-3, pada semifinal, Jumat. Adapun Djokovic menghentikan langkah Shelton, bintang tuan rumah berusia 20 tahun, 6-3, 6-2, 7-6 (4).
Dengan kemenangan tersebut, Medvedev menggagalkan pertemuan Djokovic dan Alcaraz yang telah melahirkan persaingan ”panas” dalam dua final tahun ini, yaitu di Wimbledon dan ATP Masters 1000 Cincinnati. Alcaraz mengalahkan Djokovic di Wimbledon dalam lima set yang dibalas Djokovic di Cincinnati. Final dalam turnamen Cincinnati Masters, salah satu ajang pemanasan AS Terbuka, bahkan, dinilai sebagai pertandingan best of three sets terbaik.
Persaingan Alcaraz-Djokovic, yang memungkinkan terjadi pada final AS Terbuka, pun menjadi perbincangan penggemar tenis internasional, seolah menyisihkan petenis-petenis unggulan lainnya. Di tengah topik itu, Medvedev menyatakan tekadnya untuk menembus persaingan Alcaraz-Djokovic.
”Kompetisi di antara mereka adalah cerita menarik, tetapi, saya akan mencoba menggagalkan pertemuan keduanya. Tujuan saya adalah agar orang-orang membicarakan saya setelah AS Terbuka,” tutur Medvedev menjelang dimulainya AS Terbuka pada 28 Agustus.
Tekad itu didukung kemampuan Medvedev sebagai petenis spesialis lapangan keras, seperti yang digunakan di AS Terbuka. Tahun ini, dia menjuarai lima turnamen, empat di antaranya yang berlangsung di lapangan keras.
Indikator lain yang menguatkan potensi Medvedev meraih gelar kedua Grand Slam adalah persentase kemenangannya di AS Terbuka yang paling tinggi dibandingkan tiga Grand Slam lain. Sebelum bersaing di New York tahun ini, Medvedev 23 kali menang dari 28 pertandingan (82 persen). Ini lebih tinggi dibandingkan persentase kemenangan di Australia Terbuka (75 persen), Grand Slam lain di lapangan keras.
Dengan semua rekam jejak itu, Djokovic tahu bahwa final AS Terbuka melawan Medvedev akan menjadi tantangan tersulit selama dua pekan di New York. Namun, Djokovic sangat optimistis bahwa dia masih memiliki kemampuan untuk menambah 23 gelar juara Grand Slam, tiga di antaranya dari AS Terbuka 2011, 2015, dan 2018.
Meski berusia 36 tahun dan banyak rekornya yang lebih baik dari dua rival utamanya, Federer dan Nadal, Djokovic belum ingin berhenti menambah prestasi, terutama di ajang Grand Slam. Namun, pola pikir yang dibawanya kali ini bukan untuk menambah rekor demi rekor.
Final Grand Slam dalam usia seperti ini mungkin saja menjadi yang terakhir. Saya menilai itu sebagai kesempatan besar untuk menjadi juara.
”Final Grand Slam dalam usia seperti ini mungkin saja menjadi yang terakhir. Saya menilai itu sebagai kesempatan besar untuk menjadi juara,” kata Djokovic.
”Ini mungkin terkesan sombong, tetapi saya telah bekerja keras untuk berada pada posisi seperti sekarang. Saya berhak atas apa yang saya dapat sekarang. Saya percaya diri dengan kemampuan saya,” lanjut petenis Serbia itu.
Kemampuan Djokovic tak bisa dianggap remeh meski menjadi petenis tertua di antara para pesaingnya saat ini. Caranya bertahan pada persaingan level elite, terutama Grand Slam, belum bisa diimbangi petenis-petenis muda. Djokovic mencapai final pada semua Grand Slam tahun ini yang menghasilkan gelar juara Australia Terbuka dan Perancis Terbuka. Dia pernah mencapai final pada semua Grand Slam pada musim kompetisi 2015 dan 2021, masing-masing, dengan hasil tiga gelar. (AP/AFP/REUTERS)