Stadion Indonesia Arena menjadi saksi peralihan generasi tim-tim peserta Piala Dunia FIBA 2023. Pemain muda generasi Z menerima tongkat estafet, lalu mengguncang Jakarta.
Oleh
REBIYYAH SALASAH, KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Sambil tangan mendribel bola, Yago Santos (24) dengan tenang memperhatikan celah di area pertahanan lawan. Tak lama berselang, guard Brasil ini menusuk ke wilayah yang dipenuhi empat pemain Kanada. “Tarian” Santos tak bisa dihentikan kecuali oleh dirinya sendiri. Bahkan, Dillon Brooks, forward Kanada yang mengawal ketat sepanjang pertandingan, juga tak mampu menahan Santos, pemain bertubuh mungil. Pemain klub Serbia, KK Red Star, ini hanya berhenti setelah melakukan lay up dan mencetak poin.
Setelahnya, pemain berpostur 178 sentimeter itu tak bisa menyembunyikan kegembiraan. Itu poin keempat yang diciptakan Santos secara beruntun, yang membuat Brasil unggul 64-60 atas Kanada. Santos berteriak, kedua tangannya mengepal. Teriakannya menyatu dengan pekik penonton. Dalam laga babak kedua Piala Dunia FIBA 2023, Jumat (2/9/2023) malam itu, Stadion Indonesia Arena yang dipenuhi 8.934 penonton semakin riuh. Brasil menang 69-65 atas Kanada.
Hanya beberapa jam sebelumnya, penonton di Indonesia Arena juga dibuat bersorak-sorai ketika guard Latvia, Kristers Zoriks (25), mengawali kebangkitan timnya atas Spanyol. Sebelum itu, kekalahan Latvia seperti sudah ada di depan mata. Namun, Zoriks mengambil alih permainan pada kuarter terakhir. Dia menciptakan dua kali tembakan tiga angka beruntun yang menyeimbangkan skor 61-61. Latvia akhirnya menutup laga dengan kemenangan atas Spanyol, 74-69.
Santos dan Zoriks sama-sama menjadi inspirator kemenangan tim “kuda hitam” pada babak kedua. Selain itu, Santos dan Zoriks punya kesamaan lain. Laga itu menjadi pembuktian bahwa mereka adalah pemain yang sama-sama berbahaya dan mampu mengguncang lawan serta Indonesia Arena. Dan, yang terpenting, mereka sama-sama masih muda. Artinya, masa depan masing-masing tim terjamin dengan kehadiran mereka.
“Yago tampil luar biasa bersama kami. Dia menunjukkan kemampuannya, menunjukkan apa yang mampu dia perbuat di turnamen ini. Dia adalah pemain yang diinginkan pelatih mana pun. Saya yakin masa depan cerah menanti kami,” ucap kapten sekaligus pemain veteran Brasil, Marcelinho Huertas (40).
Lintas generasi
Perhelatan Piala Dunia di Indonesia Arena memang menjadi momentum para pemain muda menunjukkan sinarnya. Para penonton menjadi saksi peralihan generasi, dari milenial seperti Huertas (lahir antara 1981-1996) ke generasi Z (lahir antara 1997-2012), seperti Santos dan Zoriks. Apalagi, semua tim, kecuali Perancis, membawa skuad muda ke Indonesia.
Perancis, dengan rata-rata usia skuad 29,5 tahun, menjadi satu-satunya tim yang tidak membawa pemain di bawah 25 tahun. Tujuh tim lainnya mengkombinasikan pemain muda dan veteran, termasuk mengajak pemain-pemain generasi Z. Spanyol, misalnya, sejak awal telah mempercayakan pemain muda, seperti Juan Nunez (19), untuk tampil sebagai pemain mula.
Iran bahkan membawa lima pemain berumur di bawah 25 tahun dengan pemain termudanya ialah Mohammad Amini (18). Seperti pemain muda tim lain, Amini juga menunjukkan sinar terangnya di hadapan publik Jakarta.
Bersama Usman Garuba (21) dan Santiago Aldama (22), Juan Nunez tampil apik dan menuai pujian. Ketiganya beberapa kali berperan besar dalam kemenangan Spanyol, termasuk kelolosan mereka ke putaran kedua. Pelatih Spanyol Sergio Scariolo percaya masa depan timnya akan cerah asalkan para pemain muda ini mampu melewati tantangan inkonsistensi.
Adapun Kanada memiliki RJ Barett (23) yang mencetak rata-rata 12 poin tiap pertandingan serta Luguentz Dort (24) dengan sumbangan rerata poin yang sama. Mereka melengkapi kegemilangan teman satu generasinya, Shai Gilgeous-Alexander (25), yang menorehkan total 89 poin selama empat laga Piala Dunia.
Di tim Latvia, selain Kristers Zoriks, ada pemain termuda, Arturs Zagars (23), yang juga mengguncang Indonesia Arena dengan penampilannya. Zagars, dengan sumbangan rerata 11 poin dan 6,3 asis, langsung ditunjuk sebagai “jenderal lapangan” menggantikan kapten tim, Dairis Bertans, yang cedera. Pemain muda lainnya, Rodion Kurucs (25), turut “menggendong” timnya saat kemenangan Latvia atas Spanyol dengan 13 poin, 8 rebound, dan 2 asis.
Iran dan Pantai Gading, tim-tim yang finis di posisi terbuncit Grup G dan H, pun turut membawa pemain muda. Iran bahkan membawa lima pemain berumur di bawah 25 tahun dengan pemain termudanya ialah Mohammad Amini (18). Seperti pemain muda tim lain, Amini juga menunjukkan sinar terangnya di hadapan publik Jakarta.
Melawan juara bertahan Spanyol, misalnya, Amini mampu mencetak 19 poin dari 12 percobaan tembakan. Pemain klub Perancis, AS Monako, ini tampak tidak kesulitan memasuki area berwarna dan melewati rintangan pemain besar Spanyol, seperti Usman Garuba.
Pemain Iran yang terpaut usia 10 tahun dengan Amini, Behnam Yakhchali, tak bisa tidak memberi pujian kepada yuniornya itu. Menurut Yakhchali, Amini tak hanya membantu tim selama Piala Dunia, tetapi juga ketika pertandingan uji coba. Yakhchali optimistis Amini akan menjadi pemain besar di Liga Basket Eropa, Euroleague.
“Saya pun percaya di masa depan, dia akan membantu generasi selanjutnya dan tentu saja membantu perkembangan bola basket di Iran,” tutur pemain klub Jerman, Romerstrom Gladiators Trier, itu.
Pemain muda terbaik
Berkat penampilan gemilangnya, terutama pada tiga laga di babak pertama, Amini menjadi salah satu pemain muda yang masuk 10 besar daftar sementara perebutan Wanda Rising Star, penghargaan baru yang disiapkan FIBA untuk pemain muda yang paling menjanjikan dan berpengaruh di Piala Dunia.
Pemain harus berusia 21 tahun atau lebih muda (lahir tahun 2002 atau setelahnya) untuk bisa menjadi calon peraih penghargaan Wanda Rising Star. Selain itu, pemain harus memainkan minimal empat pertandingan dalam kompetisi. Daftar calon terpilih akan diumumkan pada 4 September 2023, sebelum dimulainya babak final Piala Dunia 2023. Adapun seleksi akhir dilakukan dengan kombinasi pemungutan suara media dan panel FIBA.
Selain Amini, pemain muda yang masuk ke dalam 10 besar daftar sementara penghargaan itu ialah Juan Nunez. Rekan setim Nunez, Usman Garuba, juga masuk dalam daftar tersebut. Pemain termuda Brasil, Gui Santos (21), turut menjadi salah satu kandidat sementara. Pada babak pertama, pemain klub NBA G-League, Santa Cruz Warrior, ini menyumbang rerata 6 poin dan 3,7 rebound per pertandingan.
Penampilan para pemain muda, terutama yang timnya melaju ke babak kedua, masih akan berlanjut Minggu (3/9/2023), hari terakhir perhelatan Piala Dunia di Indonesia Arena. Brasil, Latvia, Spanyol, dan Kanada, akan bertarung dalam laga hidup atau mati.
Terlepas tim mana yang nantinya memenangi laga dan melaju ke delapan besar, penonton akan disuguhkan lagi penampilan para pemain muda generasi Z. Mereka muda, berbahaya, dan siap kembali mengguncang Indonesia Arena untuk terakhir kalinya...