Gerilya Latvia Membawa Sengsara
Jangan pernah berkedip dari Latvia. Tim “kuda hitam” itu sering terlihat kehilangan momentum, tetapi mereka selalu menyiapkan kejutan.
JAKARTA, KOMPAS – Urusan tim debutan Latvia belum selesai di Piala Dunia FIBA 2023. Setelah tim rakasa Perancis di babak grup, sengatan gerilya mereka kembali berbicara di babak kedua. Korban terbaru Latvia di Stadion Indonesia Arena, Jakarta, pada Jumat (1/9/2023) tidak tanggung-tanggung, yaitu tim juara bertahan Spanyol.
Latvia, tim peringkat ke-29 dunia, menjaga asa lolos ke 8 besar setelah menang atas Spanyol 74-69. Kemenangan tim asuhan pelatih Luca Banchi itu seakan jatuh dari langit. Mereka sempat tertinggal 11 poin di awal kuarter keempat karena kesulitan meredam dominasi para center lawan, Willy Hernangomez dan Usman Garuba.
Baca juga : Mengadang Arus Naturalisasi, dari Davis Bertans Sampai Tim Iran
Di saat sepertinya akan kalah dari tim peringkat satu dunia itu, Latvia mendadak bangkit. Guard Kristers Zoriks (25) mengambil alih permainan dari bangku cadangan. Dia mencetak 9 dari sumbangan total 11 poin di kuarter keempat. Termasuk menciptakan dua kali tembakan tiga angka beruntun yang membuat skor imbang 61-61.
Pelatih hanya meminta kami untuk mencetak lebih banyak poin dan mencegah lawan sebisa mungkin untuk mencetak poin. Sebenarnya hanya itu yang dia katakan ketika kami tertinggal, tetapi kami mencoba melakukannya dan itu berhasil.
“Pelatih hanya meminta kami untuk mencetak lebih banyak poin dan mencegah lawan sebisa mungkin untuk mencetak poin. Sebenarnya hanya itu yang dia katakan ketika kami tertinggal, tetapi kami mencoba melakukannya dan itu berhasil,” kata Zoriks yang bermain selama 27 menit 8 detik.
Latvia tidak pernah kehabisan guard berbakat. Sebelumnya, guard inti Arturs Zagars ditunjuk sebagai pengganti kapten tim Dairis Bertans yang cedera di awal turnamen. Zagars memimpin Latvia menang atas Perancis di babak grup. Sore tadi, Zagars (7 poin) kurang bersinar di paruh kedua. Zoriks pun mengambil sinar itu.
Dibantu ribuan pendukung di Indonesia Arena, Latvia memanfaatkan momentum itu. Satu-satunya pemain NBA dalam tim, Davis Bertans, juga menunjukkan nilainya di kuarter penentu dengan sumbangan 16 poin. Mereka pun tersenyum lebar di akhir laga, mengulangi kebangkitan setelah tertinggal 12 poin di kuarter akhir dari Perancis.
Baca juga : Selamat Datang di ”Neraka” Latvia!
“Wow, maksud saya, kami bermain sangat solid. Ketika Anda melawan tim juara bertahan seperti Spanyol. Itu akan sangat sulit. Impresif, karena kami bisa bertahan di laga di tengah ketidakpastian. Kami sedikit goyang karena banyak pemain yang masih muda dan kurang berpengalaman, tetapi semua terbayar,” jelas Banchi.
Percaturan strategi terjadi antara pelatih kedua tim yang merupakan sahabat dan sama-sama berasal dari Italia, Banchi dan Sergio Scariolo. Banchi memakai sistem “bola kecil”, gaya bermain tanpa center murni yang mengandalkan kecepatan. Scariolo memanfaatkan keunggulan fisik para center Spanyol.
Latvia berkali-kali harus memberikan pelanggaran “murah” ke Spanyol. Duo forward inti, Rodions Kurucs dan Rolands Smits, yang ditugaskan menjaga area dalam sampai terkena foul trouble atau empat pelanggaran. Namun, pelanggaran itu tidak sia-sia. Mereka menghentikan center lawan agar tidak membuat poin mudah.
Spanyol memang mendapatkan tembakan bebas lebih banyak, 31-19. Namun, mayoritas dieksekusi oleh Willy dan Garuba. Keduanya hanya memasukkan total 11 dari 18 tembakan bebas. Total Willy menyumbang 14 poin dan Garuba 11 poin. Artinya, perjudian Banchi bisa dikatakan berhasil.
Baca juga : Pertaruhan Terbesar Brasil dan Latvia
Scariolo mengatakan, Latvia tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. “Mereka hebat di sepanjang turnamen. Tim ini bisa bermain tanpa tekanan dengan harmoni sangat baik. Saya menghormati itu. Selamat untuk Luca. Mereka lebih baik dari kami dan pantas menang,” ucap pelatih yang mengantar Spanyol juara dunia pada 2019 itu.
Kejutan Latvia di kuarter keempat tidak lepas dari hujan tiga angka yang terlambat datang. Mereka menciptakan 4 kali tembakan tiga angka di kuarter penentu. Jumlah itu sama dengan separuh total tiga angka Latvia di tiga kuarter awal. Zoriks dan rekan-rekan sering terbuka di garis tiga angka, tetapi belum menemukan ritme yang pas.
Mentalitas skuad Latvia sudah berevolusi di Indonesia Arena. Mereka tidak lagi melompat-lompat sampai berpelukan penuh haru di lapangan seperti setelah menang atas Perancis. Menurut Davis, Latvia sudah membuktikan pada dunia bisa menang atas tim-tim raksasa. Hal itu bukan lagi sesuatu yang ajaib dan perlu dirayakan berlebihan.
Di laga lain, tim Brasil sukses mengejutkan tim calon kuat juara Kanada dengan menang dramatis 69-65. Forward Bruno Caboclo menjadi penampil terbaik dengan catatan dobel-dobel 19 poin dan 13 rebound. Guard Yago Santos (8 poin dan 10 asis) juga berperan besar dengan sumbangan 4 poin beruntun saat kedudukan imbang 60-60.
Baca juga : Tim Latvia, Primadona Baru Dunia
Dengan hasil itu, seluruh tim di Grup L atau babak kedua memiliki rekor sama, yaitu 3 menang dan 1 kalah. Latvia, Spanyol, Brasil, dan Kanada punya peluang sama untuk lolos ke 8 besar. Adapun Minggu besok, di laga terakhir, Spanyol akan menghadapi Kanada, sementara Brasil melawan Latvia. Pemenang dari setiap laga itu dipastikan lolos.
Kanada, dengan 7 pemain NBA, tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya mengandalkan guard Shai Gilgeous-Alexander (23 poin, 5 rebound) dan forward Luguentz Dort (17 poin, 5 rebound). Adapun Kanada dan Spanyol sama-sama menelan kekalahan pertama di Piala Dunia kali ini.