Tidak ada pengawalan khusus untuk pebasket NBA yang akan berlaga di Piala Dunia FIBA 2023. Walakin, keamanan dan keselamatan para pemain tetap harus diutamakan. Kericuhan dan insiden tahun lalu menjadi pembelajaran.
Oleh
KELVIN HIANUSA, REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim peserta Piala Dunia FIBA 2023 mulai berdatangan di Jakarta, Senin (21/8/2023) dini hari WIB. Beberapa hari jelang penyelenggaraan Piala Dunia, keselamatan pemain harus menjadi prioritas agar tidak terulang lagi preseden buruk di Piala Asia 2022.
Tim Kanada menjadi peserta yang pertama tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Mereka sampai pada pukul 00.55 WIB dalam rombongan yang diperkuat 38 orang, terdiri atas 14 pemain, tim pelatih, tim medis, dan ofisial. Kanada masih membawa 14 pemain, belum menentukan 12 nama final skuad.
Shai Gilgeous-Alexander dan rekan-rekan langsung diantar menuju Hotel Fairmont, Jakarta. Mereka menyusul pelatih kepala Jordi Fernadez yang tiba lebih dulu pada Minggu petang. Adapun tim peringkat ke-15 dunia itu menjadwalkan latihan tertutup sebanyak dua sesi, pada Senin siang dan petang.
Tim selanjutnya yang akan tiba adalah Pantai Gading pada Senin pukul 23.30. Setelah itu, enam tim lain, seperti Perancis dan Spanyol, akan menyusul pada 22-23 Oktober. Semua tim dijadwalkan sudah hadir di Jakarta sebelum latihan resmi dimulai pada Kamis (24/8/2023).
Ditanya tentang aspek keamanan, Direktur Komunikasi Panitia Lokal Piala Dunia (LOC) FIBA 2023 Yudha Permana mengatakan, tidak ada perlakuan spesial untuk para bintang NBA. Dari delapan tim peserta yang bermain di Jakarta, terdapat sejumlah pemain NBA, antara lain Shai, Rudy Gobert (Perancis), dan Santi Aldama (Spanyol). Setiap tim ataupun FIBA juga tidak membuat permintaan khusus untuk penjagaan individu.
”Tidak ada (pengawalan khusus) karena ini bukan olahraga individu. Ini olahraga tim. Masing-masing tim mengikuti apa yang sudah kami siapkan. Perlakuannya sama,” kata Yudha.
Salah satu tantangan terbesar bagi LOC ada pada aspek keamanan. Seperti diketahui, masalah keamanan sempat terjadi di pengujung Piala Asia 2022 saat Indonesia menjadi tuan rumah. Kericuhan sempat terjadi antara dua tim peserta yang berasal dari Timur Tengah, yakni Lebanon dan Jordania.
Puncaknya, terjadi penusukan di tempat tinggal atlet, yaitu Hotel Fairmont. Pebasket Lebanon, Ali Mezher, menusuk lengan salah satu anggota staf ofisial Jordania dengan pisau roti. Staf itu terluka sampai harus mengenakan penopang lengan saat mendampingi tim dalam perebutan peringkat ketiga.
Pelatih Jordania Wesam Al-Sous saat itu berharap ketegasan dari FIBA untuk menindaklanjuti insiden penyerangan. Namun, Lebanon lolos dari sanksi. Tim yang dipimpin guard Wael Arakji itu akan kembali datang ke Jakarta untuk Piala Dunia. Mereka termasuk delapan tim yang akan bermain di Stadion Indonesia Arena, Jakarta.
Tidak ada (pengawalan khusus) karena ini bukan olahraga individu. Ini olahraga tim. Masing-masing tim mengikuti apa yang sudah kami siapkan. Perlakuannya sama.
Sekretaris Jenderal LOC Piala Dunia FIBA 2023 Junas Miradiarsyah menegaskan, hal seperti itu tidak akan terulang. ”Negara-negara (dengan potensi konflik) sudah kami petakan. Tidak ada lagi yang seperti itu di Piala Dunia nanti, apalagi sampai saling berlaga,” katanya.
Adapun para pemain Jordania dan Lebanon sudah berkonflik sejak sebelum Piala Asia. Bara api itu seperti tersiram bensin karena kedua tim bertemu di semifinal. Ketika itu, Lebanon menang dramatis 86-85. Keributan pun tidak terhindarkan di Istora Gelora Bung Karno setelah laga.
Menurut Junas, keterbatasan infrastruktur menjadi salah satu faktor pendukung keributan itu. Ruang ganti Jordania dan Lebanon di Istora bersebelahan. Adapun selama Piala Dunia yang diselenggarakan di Stadion Indonesia Arena, ruang ganti antara tim yang berlaga terpisah jauh.
Tidak hanya antara sesama tim peserta, faktor keamanan umum juga harus lebih diantisipasi. Mengingat ajang Piala Dunia lebih besar ketimbang Piala Asia. Pemain yang datang punya popularitas sangat besar. Mereka akan menarik penonton di luar dan dalam lapangan.
Begitu pula dengan keamanan dan keselamatan di dalam Indonesia Arena. Stadion itu telah mendapatkan nilai yang baik dalam asesmen risiko oleh Direktorat Pengamanan Obyek Vital Polda Metro Jaya pada 14-15 Agustus lalu. Aspek yang dinilai dalam asesmen itu, antara lain, infrastruktur, kesehatan, risiko kompetisi, dan risiko keamanan pada sistem manajemen pengamanan, keselamatan, dan informasi.
Namun, khusus aspek infrastruktur dan risiko keamanan pada sistem manajemen pengamanan dan keselamatan, tim penilai meminta panitia menambah kamera pengawas di beberapa titik. Panitia juga harus melakukan sosialisasi kepada penonton dan penguatan prosedur standar operasi dalam mengantisipasi kondisi darurat.