Tekanan Ban Sangat Krusial di Red Bull Ring
Penerapan tekanan ban minimum dalam balapan MotoGP berpotensi jadi penentu persaingan di Red Bull Ring yang memiliki empat titik pengereman keras. Cuaca panas juga akan menambah tantangan bagi para pebalap dan mekanik.
SPIELBERG, KAMIS —Regulasi tekanan ban minimum belum menunjukkan dampak nyata saat diterapkan pertama kali dalam balapan MotoGP seri Inggris, dua pekan lalu, karena hujan yang mengguyur Silverstone. Akhir pekan ini, aturan baru itu berpotensi menunjukkan dampak sesungguhnya bagi para pebalap dalam balapan seri Austria di Red Bull Ring. Trek kecepatan tinggi ini sangat keras pada ban, dengan cuaca panas dan delapan titik pengereman, empat di antaranya pengereman keras.
Balapan di Red Bull Ring biasanya berlangsung dalam kondisi kering dengan temperatur udara yang panas. Kondisi itu selalu membuat para pebalap dan tim mekanik bekerja keras menentukan pilihan ban yang akan dipakai. Ban depan dengan pola simetris tersedia pilihan kompon keras, medium, dan lunak. Sementara untuk ban belakang asimetris dengan tambahan lapisan penguat tersedia pilihan kompon medium dan lunak.
Musim lalu, sebelum regulasi tekanan ban minimum diterapkan, ban depan medium memberi daya cengkeram terbaik, sedangkan kompon keras memberi stabilitas dalam balapan 28 putaran. Sementara untuk ban belakang, kompon medium menjadi pilihan utama karena bisa bertahan hingga akhir balapan. Ban belakang lunak tidak menjadi pilihan meskipun daya cengkeramnya terbaik. Ban itu lebih cepat habis, dan dalam beberapa putaran terakhir membuat motor tidak stabil sehingga risiko terjatuh sangat tinggi.
Baca juga : Ayunan Pendulum Menuju Red Bull Ring
Musim ini, pilihan dan pengelolaan ban untuk balapan di Red Bull Ring berpotensi berubah karena ada regulasi tekanan ban minimal. Pada musim-musim sebelumnya, tekanan ban di awal balapan dibuat rendah sehingga saat balapan tekanan tidak terlalu tinggi, masih di bawah 2 bar. Akhir pekan ini, semua tim wajib menjalankan regulasi yang mewajibkan tekanan ban slick depan minimal 1,88 bar, dan tekanan ban slick belakang 1,68 bar, sesuai dengan rekomendasi produsen ban MotoGP, Michelin.
Para pebalap wajib menggunakan tekanan ban di atas batas minimal itu, paling kurang 50 persen dari jarak balapan, untuk di Red Bull Ring, 14 putaran. Jika melanggar, akan ada empat tahapan sanksi. Pelanggaran pertama mendapat peringatan, pelanggaran kedua penalti 3 detik, pelanggaran ketiga penalti 6 detik, dan pelanggaran keempat penalti 12 detik.
Manajer Motorsport Roda Dua Michelin Piero Taramasso menegaskan, tekanan ban minimal itu diterapkan berdasarkan alasan keselamatan. Jika menggunakan tekanan di bawah anjuran, ban akan mengalami banyak pergerakan sehingga berbahaya bagi pebalap.
”Tekanan bisa berubah karena kecepatan, semakin kencang Anda melaju, maka tekanan akan semakin tinggi; semakin tinggi temperatur, maka tekanan juga akan meningkat. Jadi, banyak parameter yang memengaruhi tekanan ban,” ujar Taramasso kepada MotoGP.
”Sekarang, motor semakin kencang karena ada komponen aerodinamika, rem juga semakin besar, sehingga tekanan terus meningkat pada ban depan dan belakang, itulah mengapa kami harus memberlakukan batasan ini,” lanjut Taramasso.
Tekanan minimal ini bisa berubah dari satu musim ke musim lainnya, tergantung pada hasil yang kami peroleh dari analisis data, dari analisis ban balapan.
”Tekanan minimal ini bisa berubah dari satu musim ke musim lainnya, tergantung pada hasil yang kami peroleh dari analisis data, dari analisis ban balapan,” ungkap Taramasso.
Baca juga : Quartararo Tetapkan Tenggat Waktu bagi Yamaha
Penerapan pertama regulasi itu di Silverstone belum memberikan dampak nyata karena trek basah. Dampak regulasi itu berpotensi muncul di Red Bull Ring akhir pekan ini di mana balapan biasanya berlangsung dalam kondisi trek kering dan cuaca panas.
Ban-ban akan mengalami tekanan besar di trek kecepatan tinggi ini karena ada delapan titik pengereman, empat di antaranya kategori pengereman keras, dan masing-masing dua titik dengan kategori sedang dan ringan.
Titik pengereman terkeras, berdasarkan data Brembo, ada di titik masuk tikungan empat. Para pebalap akan mengerem keras untuk menurunkan kecepatan, dari rata-rata 298 kilometer per jam menjadi 88 kilometer per jam. Momen itu hanya berlangsung dalam 6 detik, dengan jarak pengereman 292 meter.
Pengereman di Red Bull Ring juga paling banyak di antara trek-trek lain di Eropa. Para pebalap menggunakan rem delapan kali dalam satu putaran, dengan total waktu 30 detik, atau mencapai 34 persen dari total waktu putaran balapan. Data itu menjadikan Red Bull Ring sebagai trek dengan penggunaan rem terbanyak, lebih dari sepertiga balapan. Ini menegaskan tekanan yang sangat besar pada sistem pengereman, serta ban.
Baca juga : Aturan Tekanan Ban Mengubah Balapan MotoGP
Kondisi ini berpotensi menyulitkan para pebalap Ducati, karena menurut pebalap KTM, Jack Miller, yang lama membela tim asal Borgo Panigale itu, motor Desmosedici GP lebih kritis dalam tekanan ban minimal. Sementara bagi motor KTM RC16, tekanan ban tinggi bukan masalah besar.
”Bagi saya, saya tahu pasti dari Ducati ini (tekanan ban) lebih kritis. Saya tidak melihat itu sesuatu yang besar pada motor KTM,” ungkap Miller.
”Terkait dengan motor kami, saya tahu bahwa Ducati bekerja dengan sangat baik pada tekanan ban rendah, sedangkan kami tidak. Seperti Anda lihat sebelumnya, KTM biasanya sangat keras pada ban depan atau menggunakan ban depan yang berbeda dengan motor-motor lainnya,” lanjut Miller.
”Jadi, memiliki tekanan ban sangat rendah tidak benar-benar memberi kami keuntungan, seperti yang terjadi pada motor lainnya, tetapi kami harus menunggu seberapa besar itu memengaruhi motor-motor lain,” kata Miller.
Potensi kendala tekanan ban bagi para pebalap Ducati juga diungkapkan oleh pebalap tim Prima Pramac Racing, Johann Zarco. Dia mengelami tekanan ban depan yang terlalu tinggi dalam balapan di Silverstone.
Baca juga : Hujan Membuka Jalan Espargaro
”Balapan berjalan bagus dalam paruh pertama, saya memilih menggunakan ban belakang kompon lunak dan saya pikir itu hanya bermasalah dalam empat putaran terakhir,” ungkap Zarco.
”Tetapi, masalah utamanya adalah pada pertengahan balapan, ketika saya masih bersaing dengan Brad (Binder, KTM) dan (Maverick) Vinales, saya mendapat (peringatan) temperatur terlalu tinggi pada ban depan, saya pun mengalami beberapa kejadian menakutkan dan kehilangan banyak waktu,” ujar pebalap asal Perancis itu.
”Saya berusaha menurunkan temperatur ban depan saya dengan sedikit melambat, tetapi itu tidak menurun. Saya kehilangan banyak waktu dan saya tidak bisa bertarung dengan para pebalap lain yang mendahului saya,” ungkap Zarco.
Kendala itu, menurut pebalap VR46-Ducati Luca Marini, hanya bisa disiasati dengan berada di posisi terdepan karena akan terus mendapat udara segar. Jika di tengah rombongan, temperatur ban depan akan cepat naik dan memaksa pebalap mengurangi kecepatan.
”Seperti di setiap balapan, akan krusial untuk segera memiliki pace sejak Jumat. Kualifikasi akan sangat penting, Spielberg mungkin menjadi trek di mana tekanan ban depan naik paling tinggi, dan targetnya adalah berada sejauh mungkin di depan,” ujar Marini, dikutip Crash.